*****
"Kenapa?"
Cowok yang sedang duduk di samping Zee menoleh ke arah cewek itu dengan raut tak mengerti.
"Kenapa apanya?"
Zee menunduk, menatap sepasang sandal yang ia kenakan. Lalu menatap Tara yang belum juga melepas tatapannya.
"Kenapa kesini?" Pada akhirnya pertanyaan itu terlontar di bibir Zee.
Ada raut terkejut di wajah Tara. Namun cowok itu terlalu baik dalam menyembunyikan ekspresinya. Buktinya beberapa detik kemudian ia telah menampilkan raut biasa saja, selain sorot mata teduhnya yang kerap menyejukkan hati Zee setiap menyelaminya.
"Capek."
Jawaban singkat itu bukan yang pertama.
"Juga kangen." Tara melanjutkan. Sudut bibirnya mengulas senyum manis seiring dengan tangannya yang bergerak merapikan anak rambut Zee yang tertiup angin malam.
Zee membalas dengan senyum simpul. "Udah lama, ya, Ta."
"Hm?"
"Udah lama kita enggak duduk di teras rumah gue. Berdua."
Tara mengerjap. Baru menyadari mungkin.
"Maaf."
Zee menoleh. "Untuk?"
"Semuanya."
Senyum simpul tadi kini terganti menjadi kekehan. Zee berdeham setelahnya dan menepuk punggung tangan kanan Tara yang sejak tadi menggenggam tangannya penuh kelembutan dan kenyamanan—layaknya menjajikan sebuah keamanan.
"Kalau masa itu sudah ada atau lo sudah merasakannya ...." Zee tersenyum menahan gejolak di dalam sana. "Jangan segan buat jujur, ya, Ta."
Bohong jika Zee tidak melihat rahang Tara yang mengeras.
"Ta, jawab," ujar Zee saat Tara tak kunjung menanggapinya.
"Zee, gue capek. Apa bisa kita tidak membahas itu dulu?"
Zee mengangguk paham. Tara sedang lelah dan butuh istirahat. Maka Zee sebagai pacar yang baik, tentu harus mengiyakan, bukan?
Dua sejoli itu kini sedang duduk di bangku taman depan rumah Zee. Sisi kanan bangku itu ditumbuhi berbagai macam bunga, sedangkan sisi kiri terdapat jalan sebagai sarana menuju gerbang rumah Zee. Seluas itu memang halaman rumah Zee, seluas rasa yang pernah ada yang kini dipertanyakan keberadaannya.
"Gue izin bersandar," kata Tara dan detik itu juga kepalanya menubruk bahu kanan Zee, tak peduli jika si pemilik bahu belum menjawab.
"Naila itu sahabat gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Jumantaraku
Genç Kurgu"Lo tahu enggak rasanya punya pacar, tapi kayak enggak punya pacar?" -Zee- "Zee, tahu nggak hadirnya lo di hidup gue hanya bikin sakit?" -Jumantara- _________ Jumantara hanya datang jika dia lelah, membutuhkan, dan merindu dengan Zee yang katanya t...