🌻 Chapter tujuh🌻

8 0 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

Zee menghindari Tara? Tentu. Cewek itu selalu menolak panggilan Tara, baik melalui telepon atau secara langsung. Bukannya marah, Zee hanya kesal setiap mengingat ucapan Tara di ruang musik kemarin.

Satu lagi, akhir-akhir ini Zee seperti melihat Tara yang dulu. Tara yang keras kepala dan emosional. Alasannya? Zee tidak tahu dan ia pun enggan menanyakannya langsung. Zee tahu, Tara jelas menolak menjawab.

Namun, demi kelancaran pelaksanaan kegiatan drama bulan depan, mau tidak mau Zee harus berkeliaran di sekitar Tara. Setidaknya dalam waktu singkat.

"Siapa yang buat naskah ini?" Suara Tara yang menggema mengalihkan fokus semua orang di ruang teater.

"Tia. Kelas XI bahasa." Zee menjawab tenang.

Tara menatap Zee beberapa saat, sebelum kembali berbicara. "Gue nggak setuju sama adegan di hutan, Zee," kata Tara.

Adegan yang dimaksud Tara ialah saat Ratu atau Ibu Tiri Putri Salju menyuruh pemburu agar membunuh Putri Salju di hutan. Di naskah tertulis jika pemburu itu membawa alat tajam berupa sebilah pedang.

Semua yang ada di sana langsung membuka naskah masing-masing dan membaca bagian yang dimaksud Tara.

"Menurut gue nggak ada yang salah dengan adegan di hutan. Lagi pula di berbagai sumber buku dongeng yang menceritakan kisah Putri Salju juga sama di naskah ini, bedanya cuman ada di bagian nama kalian," komentar Zee dan diangguki oleh yang lainnya.

"Gue minta bagian pemburu yang mau membunuh Putri Salju dihilangkan."

"Kenapa, sih, Ta? Adegan bagian itu fine-fine aja dan gue pikir nggak bisa dihilangkan gitu aja. Karena adegan si Putri Salju dikejar pemburu memang penting dan berkesinambungan dengan adegan berikutnya." Juta, pemeran pemburu ikut menimpali.

Tara menatap Naila yang berdiri di dekatnya, lalu menggenggam tangan cewek itu erat.

"Kalau gitu ganti properti dan gerakan dibagian itu," kata Tara.

"Lo kenapa sih? Aneh banget!" decak Juta. Kemudian tatapannya beralih ke Zee. "Gimana, nih, Zee? Gue enggak mau tahu, ya, kalau pentas drama kita kacau gara-gara pacar songong lo ini!" ketus Juta dan tidak sadar akibat ucapannya banyak yang salah paham.

"Ngaco lo!" Jesi datang-datang memukul kepala Juta menggunakan penggaris. "Tara itu pacarnya Naila, bego! Tentang Zee yang pacaran sama Tara itu cuman gosip. You know lah, Tara pernah beberapa kali ngantar Zee. Wajar kali kalau temenan. Iya, kan, Zee?"

Zee tidak mengangguk maupun menggeleng. Cewek itu memilih mengabaikan Jesi dan meminta agar mereka kembali melanjutkan latihan.

Tiga puluh menit kemudian latihan mereka berakhir. Hampir semua yang ada di ruangan itu berhamburan, begitu pun dengan Tara dan Naila. Sedangkan Zee membereskan ruang teater terlebih dahulu sebelum beranjak.

Kamu JumantarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang