Masih mau jadi silent? Tolonglah menghargai yang harus bangun tengah malam agar ngetik biar cepet up, agar readers seneng. Bukannya apa, cuman author tuh males klau hnya koment tanpa vote. Dan entengny komen 'next' doang. Ga ada akhlak emang.
Ah maaf aku mang gni klw lgi mrh.
-o0o-
"
Dih songong battdah, nerd kok bolos ya."
"Iya, kek sekolah punya dia aja."
"Seminggu gak sekolah, eh kalau gue kepala sekolah udah lama gue tendeng dari sekolah. Cuihh."
Elina berjalan dengan angkuh, tatapan tajam menyorot lurus di setiap langkahnya. Memutar bola mata malas mendengar bisik-bisikkan yang tidak ada guna-nya sama sekali. Lebih baik Elina mengabaikan saja, toh buang-buang waktu aja.
Elina memasuki kelas, mengdengus malas, tak henti-hentinya Elina mendengar perkataan yang hanya tau dari luar saja. Elina lagi lagi mengabaikan.
"HUAAA ELIN KOK BARU MASUK?" Pekik Zahra sembari memeluk Elina dengan kencang.
Elina menepuk bahu Zahra agar melepaskan pelukan yang membuat dadanya sesak. "Taek! Lepas bego gue sesak."
"Wahh lo bisa ngomong panjang juga ternyata." Takjub Zahra.
Zahra meringis saat Elina menyentil bibirnya. "Bodo."
Elina mengedarkan mata sekelilingnya. Hm tidak ada yang berubah, masih suka menggibah.
Elina pun menyimpan tasnya di kursi lalu duduk. Menggelamkan kepalanya di atas meja. Dara yang sudah menyadari kehadiran Elina pun menggoyangkan bahu Elina dengan heboh.
"WAHH ANJAYY, LO DARI MANA AJA PE'A." Teriak histeris Adara. Selanjutnya Adara meringis malu melihat semua tatapan terarah padanya. Adara pun meminta maaf di buat teriakkannya.
"Ck! Gue ngantuk anying. Semalam gak tidur." Gerutu Elina dengan suara yang sedikit terpendam akibat belum mendongakkan kepalanya.
"Y-yaudah tidur. Entar guru dateng gue bangunin ya?"
"Iya. Thnks."
Adara atau singkatnya Dara menggangguk lalu kembali di kursinya. Di depan kursi Elina, yang hanya terhalang 1 meja. Tempat duduk Elina sedikit ke belakang bukan karna tanpa alasan.
Elina hanya mau saja, jika ia mengantuk dan proses pembelajaran masih berlangsung, Elina akan menutup wajahnya dengan buku. Yang dari depan terlihat Elina sedang membaca.
Elina merasa ada yang ganjal. Aneh plus penasaran. Bomat aja dah si Elina-nya.
Guru pun memasuki kelas, tapi Adara tak sempat membangunkan Elina. Karna saat Adara ingin berdiri, tepatan itu juga guru masuk di kelas. Keheningan pun terjadi.
Sedangkan Elina yang masih berada di alam mimpi. Mereka yang melihat Elina tidur hanya membiarkan, ada maksud tersembunyi.
"ELINA! Kenapa tidur di kelas kah?!"
Suara yang nyaring menggema di kelas. Guru killer ini selain kejam, suara-nya juga persis toa masjid. Tak segan-segan menghukum siswi maupun siswa tanpa melihat jabatan.
Elina terbangun, saat suara menembus pendengarannya. Elina dengan ogah-ogahhan menatap guru yang kini sudah ada di hadapannya. Entah sejak kapan dan jam berapa Elina pun tidak tahu dan tidak tempe.
"Ngantuk." Jawab Elina dengan entengnya.
"SANGAT TIDAK SOPAN. APAKAH TAK DI AJARI SOPAN SANTUN TERHADAP YANG LEBIH TUA DARI PADA KAMU?! ATAU TIDAK MEMPUNYAI TEMPAT TIDUR MAKANYA TIDUR DI SEKO--"
Plak!
"Sikap anda berbanding balik dengan perkataan anda, sangat buruk."
Keadaan seketika hening. Melihat perlakuan Elina yang dengan gampangnya menampar guru. Bu Siska, guru killer. Bu Siska menggeram marah, aiss jatuh sudah harga dirinya di depan murid-muridnya. Tapi Bu Siska malu juga mendengar perkataan Elina yang menusuk. Elina membuat Bu Siska mati kutu. Elina tersenyum miring.
Karna sudah malu sekali, Bu Siska keluar dari kelas dengan muka yang memerah, antara menahan malu dan menahan kemarahan. Lihat saja ia akan membalasnya!
Elina pun kembali membenamkan kepalanya di atas meja, kembali lanjut tidur. Mengantuk karna sudah dari rumah Elina menahan kantuk akibat tadi malam tak tidur sama sekali. Sudah di bilang bukan.
Kelas yang masih saja hening, tidak ada yang berani berkata. Hingga bell istrahat pun berbunyi, berlomba-lomba keluar, saling mendorong satu sama lain. Tak ayal ada yang terjepit di pintu. Katakan lah mereka takut!
-o0o-
Di tengah-tengah lapangan, semua mata teralih, menonton yang seru. Tak ada niat hentikan atau melaporkan kepada sang guru. Isak tangis sosok gadis kecil sesekali sesegukan ini, meraung-raung meminta tolong. Namun hanya sia-sia saja. Malahan tawa yang selalu terdengar.
Badannya yang sakit, rambutnya pun ikut sakit. Sementara yang membuat ulah tertawa puas, meremehkan sosok yang sudah lemah di hadapannya.
"Aira di lawan."
Tawa kembali pecah, di ikuti dua orang di belakangnya yang ikut melakukan aksi pembullyan.
Merintih sakit tatkala rambutnya kembali di tarik, bahkan di tampar. Pipinya yang suda memerah. Aira si tukang bully dan dua temannya pun saling pandang satu sama lain. Hingga gadis ini was-was saat dua temannya maju.
Sosok gadis ini kembali memberontak, saat tangannya di pegang kuat-kuat. Baju berwarna pink di buka, hingga roknya pun di buka. Kesadarannya hilang, hanya suara tawa yang mengiringi matanya yang terpejam.
Wah siapa y yg di bully?
Jam 1 semalam aku udh mau up. Tapi jrngan ssh skli. Dan pas mau up tadi, part ini kehapus entah mengpa. Jdi aku nulis ulang. Ah alhamdullillah masih ingat dikit.
Author udh g minta apa" lg. Trserh klian mau vote atau tidak. Toh percuma ngetik tapi g di hargai.
Fllw Ig author:
@_dhyynn_ardSEE YOU NEXT PART.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELINA [TAHAP REVISI]
Mystery / ThrillerLANJUTANNYA DI AKUN @TryLazherraina (cek di profil aku) ✔ [Sudah di Revisi!] Begitu banyak teka-teki di kehidupannya, membuatnya lelah akan mempecahkan semuanya. Tapi, karna teka-teki itu, membuat ia menangis akan takdirnya. Elina Amelia, sosok gadi...