ELINAII16

214 13 2
                                    

Kagak ada harapan, dah pupus sudah.

Happy reading💋

-o0o-

Kantin kini ramai sekali. Bukan hanya untuk makan tapi untuk melihat kegantengan most wanted yang baru-baru ini di lantik oleh para kaum hawa, yang mereka tak menyadari ada kauh adam yang sungguh ganteng dan menggemaskan. Elina hanya mendengarkan pembicaraan mereka terhadap most wanted baru.

"Wahh gue gak sadar njirr ada cogan di sini."

"Ho'oh dia sih jarang nongol, sekalinya nongol eh jadi most wanted anjirr."

"Aiss bibir ama idungnya itu loh yang kyutee uwwu."

Kehebohan serta kekaguman pun Elina hanya menjadi pendengar. Teman-temannya pun ikut-ikutan mengganggumi sosok baru ini. Apa lah daya seorang Elina yang hanya tidur di kelas tak tau apa-apa.

Saat Dreynan memasuki kantin, semua berteriak heboh kembali. Kegantengan Dreynan ini tak perlu di ragukan lagi. Hanya tampangnya saja yang datar dan dingin membuat mereka kecewa susah mendapatkan Dreynan. Tapi bukan berarti mereka berhenti mengejar, makin kesini, makin berulah saja para jablay. Udah lihat bukan castnya? Biar tau kegantengan dan menggemaskan seorang Dreynan.

Rey mengedarkan matanya di kantin, meja yang sudah penuh sekali, tinggal meja Elina ddk saja yang masih kosong. Masih bisa lah muat untuk se-geng Dreynan. Rey pun menepok bahu Dreynan.

"Tuh sama Elina aja, kantin udah penuh plus kita modus." Kata Rey membuat mereka menoleh.

Dreynan pun menggangguk mengiyakan. Yang lain pun mengiyakan saja. Dreynan and the geng pun berjalan menghampiri meja Elina, lagi.

"A-anu kita mau numpa--"

Terlambat, ucapan Rey terhenti tatkala Dreynan sudah duduk deluan. Aldo dan Aldi pun mengedih bahu acuh mengikuti Dreynan duduk. Rey, Daniel, Leo pun dengan perasaan tak enak ikut duduk juga.

Elina yang melihat itu menatap satu persatu Dreynan dkk. Hingga tatapan Elina bertemu dengan Aldo. Elina menatap Aldo dengan lekat, sementara Aldo menatap Elina dengan alis yang di angkat satu. Elina berpindah menatap Aldi dengan lamat juga.

"Duduk. Diam. Tenang. Seberapa miskin mulut kalian duduk tanpa permisi." Ucap Elina sambil mencomot keripik dengan santai yang membuat keadaan hening di meja itu.

Dreynan hanya menatap seksama Elina. Rey berdehem pelan, canggung kalau sudah di sindir. Malunya itu loh pluss pedas lagi.

"Pesen. Makan. Gapapa." Ucap Elina, lagi.

Daniel melirik sekilas kepada Elina, lalu berdiri pergi memesan makanan untuk ia dan teman-temannya. Ah ralat, sahabat. Daniel si bodoh amat tak terlalu ambil perkataan Elina yang tajam. Meja pun kembali hening, bukan berarti para jablay berhenti bisik-bisik tetangga. Yang sangat santai di sini Elina, seakan tak terjadi apa-apa. Padahal dia lah yang membuat suasana menjadi canggung.

Adara yang di sampingnya pun menepuk bahu Elina pelan sambil berbisik. "Sorry, tadi gue gak sempet bangunin lo."

Elina melirik sekilas, lalu menggangguk. "Sans."

Elina merengut tak suka saat akan memasukan keripik di mulutnya, seseorang datang menampar pipinya. Hingga keripik tersebut jatuh. Bukan hanya itu, minumannya yang berada di atas meja pun tertumpah membasahi bajunya. Elina hanya menatapnya datar, tangannya mencomot kembali keripik, memakannya dengan santai. Semua mata kembali terarah pada Elina yang kini akan di bully.

Elina berdiri, sehingga kursi tergeser kebelakang. Menatap seseorang yang selalu membully, Nara dkk. Ternyata tak adavkapok-kapoknya juga ya bermain dengan Elina. Ah membuat Elina makin suka.

"Gue suka tantangan." Desis Elina terkekeh pelan.

Elina maju tepat di hadapan Nara, sambil mengelilingi tubuh Nara.
"Nara. Memberikan keperawanannya kepada bapaknya sendiri. Right?" Bisik Elina membuat Nara terkelonjat kaget.

Nara membeo sekejap. Nara menatap Elina dengan penuh kebencian, dengan tangan yang terkepal. Dari mana ia tau?

"Apa gue harus sebar--"

"Heh! Pergi itu harus pamit nyonya Nara."

Gelak tawa pun picah, saat kaki Elina membuat Nara terjatuh yang akan pergi dari kantin. Nara meringis mengusap-usap lututnya yang kini keluar darah. Elina mengambil garpu lalu berjongkok, tersenyum miring menatap Nara.

Tanpa sepengatahuan mereka, seseorang yang melihat itu menggeram marah.

Elina mencolek-colek lutut Nara pakai garpu, menusuknya tanpa ampun.  Nara memekik kesakitan, mukanya yang pucat. Bahkan anak-anak lain oun terdiam menyaksikan aksi Elina.

Elina menjilat ujung garpu yang dilumuti darah. "Darah lo gak enak. Pergi sebelum gue masukin lo di tanah." Ucap Elina.

Nara yang sudah takut mati-matian pun menggangguk sambil mengesot di lantai kantin. Cecilia dan Vanny yang baru tersadar dari kekagettan pun membantu Nara berdiri. Kantin masih heninh sampai Nara dkk sudah keluar dari kantin.

Elina menyapu mata di seluruh kantin, menangkap satu sosok yang sedang menatapnya lekat. Elina tersenyum smirk, di balas dengan senyuman smirk juga.



Wahh 2 part ya pembullyan.
Bantu dan suportt author biar end cepet.

Fllw Ig author:
@dhyynn_ard

ELINA [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang