ELINAII27✔

348 23 12
                                    

NOTE:
Aku hanya author amatir, yang sangat-sangat membutuhkan saran atau pun kritikan dari orang lain. Jika author punya kesalahan silahkan komentar.

Tapi jangan berkomentar untuk menjatuhkan semangat.

Dan kalau kalian g suka karyaku, silahkan keluar dari cerita/lapak ini, memaksamu menyukai karya ini bukan hak aku. Aku bukan orang sukses, hanya orang biasa yang memerjuangkan cerita yang sederhana ini.

Part khusus Elina&Lili di part 29!

HAPPY READING>3

***

"MOMS!!"

Teriakan yang memekakan telinga itu membuat Elina menjauhkan handphone dari telinganya yang serasa ingin pecah karna teriakkan putrinya. Siapa lagi jika bukan Tata-nya.

"Iya iya moms gak budeg kok. Kamu minta anter sama mama Randra, atau gebetan moms udah di jalan ini. Tunggu moms di--ASTAGA!"

Handphone yang berada di genggaman Elina hampir terjatuh karna ia mengerem mendadak. Kucing yang tiba-tiba melintas di jalanan. Elina pun menaruh handphoennya sebelum itu Elina mematikan telponnya dulu. Elina pun turun memeriksa keadaan kucing.

Elina gemas akan kucing yang kini ada di dekat ban mobil yang ketakutan. Elina pun menggendong kucing kecil yang berwarna tidak terlalu hitam itu masuk di mobil bersama dirinya.

Elina menyimpan kucing itu di dadanya, satu tangannya guna memegang stir mobil yang sedang Elina bawa. Elina pun kembali menancapkas gas.

Sesampainya di mansionnya, Elina turun sambil menggendong kucing yang menggemaskan itu.

Baru saja Elina membuka pintu, Elina di kagetkan dengan teriakkan dari Lili. Apa putrinya hobby sekali berteriak? Merusak gendang telinga orang?

"MOMS? MENGAPA LAMA SEKALI LILI UDAH NUNgg- wahh bulunya lebat enggak sepelti Lili yang belum berbulu." Kagum Lili saat melihat kucing yang di gendongan Elina, yang ototmatis suaranya langsung berubah menjadi memelan.

Tak peduli raut wajah Elina yang mendengar ucapnnya terdengar ambigu?

"Hust! Jangan ngomong gitu."

"Emang benel kok moms. Nih buktinya." Balas Lili tak mau kalah, sambil menunjukkan bulu-nya di sekitar kaki dan tangan. Mata Elina melotot tak percaya saat Lili menunjuk di bagian akhir. Yaitu di bagian area kewanitaan.

Elina pun mengambil sapu lalu memukul Lili tapi pelan. Lili langsung lari terbirit-birit. Elina berdecak malas. Entah siapa yang mengajar Lili begitu. Satu lagi yang Elina tau dan sadari, Lili sudah mulai tau menjahili seseorang. Entah Elina harus bersikap was-was terhadap kepolosan yang sudah melekat di diri Lili. Apa kepolosan Lili ternodai?

"SAYANG! MALAM KAMU TURUN, MOMS MAU NGAJARIN KAMU BELAJAR YA?"

"IYA MOMS, TATA MENGGAMBAL DULU!"

"IYA TA.".

"BANG RAIZA?!" Panggil Elina sambil duduk menyender du sofa.

Masih tau Raiza? Iya si pengawal kecil Lili. Kini Raiza dan Elina sudah seperti adik-kakak. Tidak ada lagi kecanggungan di antara mereka berdua. Elina yang menyuruh Raiza bersikap seperti biasa. Kecuali, lagi keadaan genting atau bersangkutan dengan penyerangan, mafia.

"BENTAR, GUE RES CELANA GUE DULU."

Dan Elina juga jadi tau sifat dan sikap asli Raiza. Raiza yang berbicara seada, buktinya Raiza jujur jika lagi res celana. Raiza juga selalu berkata jujur. Masih banyak lah, kita lihat aja ya sikap and sifat Raiza itu gimana.

ELINA [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang