Absen nama dong, beserta kotanya ya.
Happy reading💋
-o0o-
"Elina? Lo?"
Di suguhi pemandangan yang membuatnya merasa sesak, dan pertanyaan yang keluar dari mulut sang kakak.
Elina tersenyum kecut, miris sekali mendengar pertanyaan Aldi. Ini bukan keluarganya. Apa keluarganya berubah?
Belum sempat Elina menjawab, Firman-Ayahnya sudah bertanya sekaligusnya membentaknya.
"DARI MANA AJA KAMU?!"
"Enggak ada Yah." Jawab Elina santai, tapi percayalah di lubuk hatinya, ia merasakan sakit di hatinya.
Bentakkan? Sejak kapan Ayahnya membentak dirinya?
"Kenapa gak pulang? Di tunggu harus cari dulu? Lihat Billa, dia selalu pulang dengan tepat waktu. Bahkan Billa mau keluar saja izin kepada Ayah dan Bundamu. Ingat, jangan kekanak-kanakkan Elina." Tegas Ayah menyorot lurus Elina.
Elina yang mendengar itu mengalihkan matanya di tempat lain. Apa Elina salah dengar? Apa Elina baru saja di beda-bedakan?
"Udah-udah Ayah. Elin naik di kamar habis itu mandi. Lalu turun ya, Bunda siapin makanan untuk kamu." Cela Bunda menengahi, Elina yang mendengar itu hatinya menghangat.
Lalu memberikan senyuman simpul, menggangguk. Elina pun pergi ke kamarnya. Tapi sebelum itu, Elina menatap tajam Billa. Tatapan yang menghunuskan.
Sementara Billa yang melihat Naina--ibu rumah tangga, membela Elina, Billa menahan kemarahannya. Billa yang tadinya senang karna Firman membedakan ia dan Elina, lenyap karna Naina. Billa menatap tajam Elina juga, membalasnya.
Aldo dan Aldi hanya diam, sesekali mata mereka berdua menatap bergantian Billa dan Elina. Aldo dan Aldi, entah mengapa mulut mereka terlalu susah untuk bersuara atau melakukan apa saja.
Elina menutup pintu kamarnya. Membantingkan tubuhnya di tempat tidur. Menatap dinding-dinding dengan pikiran yang berkecamuk.
Seakan tersadar, Elina tersenyum miring. Lalu berdiri mengambil komputer. Tangan Elina lincah mengotak-ngatik komputer berlogo apel.
Elina memperhatikan satu-persatu yang menampilkan wajah Billa. Elina pun menekan cctv yang sangat kecil. Seperti lalat kecilnya. Elina berinsiatif memasang cctv di mana saja. Elina sengaja, agar Elina was-was kalau ada yang terjadi tak di inginkan. Dan Elina was-was jika Billa berbuat ulah yang tidak-tidak.
"Ayah?"
"Iya sayang?"
"Bil-Billa parasit ya? Kak Elina bilang kalau Billa parasit."
Elina memasang telinga baik-baik, matanya meneliti di setiap kata-perkata. Elina berdecih saat Billa memanggilnya dengan sebutan 'kak' Elina bahkan melihat pergerakan Firman terhenti yang sedang berkutat dengan komputer. Mata Firman yang berubah tajam.
"Apa lagi yang Elina lakuin kepada kamu?"
"E-Elina tampar Billa yah."
Elina menggeram marah. Tangannya terkepal kuat dengan emosi di ubun-ubun. Elina menutup komputer dengan kasar. Tidak melanjutkan lagi. Kembali membaringkan badannya yang semula-nya duduk.
Elina menutup mukanya dengan bantal. Ah bukannya Elina akan mandi? Aiss akhir-akhir ini Elina mulai jadi pelupa ya. Elina pun mengambil handuk lalu masuk di kamar mandi.
Setelah beberapa menit kemudian, Elina keluar. Mengambil satu set pakaian lalu memakainya. Bibir Elina ia poleskan sedikit liblam. Agar bibirnya selalu pink. Bibir Elina sebenarnya sudah pink. Hanya saja Elina sudah terbiasa memakai liblam. Agar senantiasa bibirnya tidak mudah picah-picah.
Elina membuka pintu kamar, Elina terkejut saat akan keluar melihat keberadaan mamanya yang di ambang pintu. Naina pun menyengir melihat raut Elina yang terkejut.
"Ayuk kamu makan. Bunda udah siapin."
Elina menggangguk lalu bergelaut manja di lengan Naina. Naina hanya tersenyum dan mengelus rambut Elina dengan lembut.
Elina pun melahap nasi goreng buatan Mommy-nya. Elina rindu dengan masakan enak mommy.
"Kamu kemana aja hm? Kenapa gak ngabarin mommy? Gak telpon-telpon mommy?" Tanya Naina menatap Elina lekat.
Elina mendongak, "Elin lagi bangunin cafe terbaru. Dan Elin gak ngasih tau Daddy sama Mommy." Ucap Elina bohong.
Naina menggangguk mengerti. Lalu kembali berucap, "Enak gak nasi gorengnya?"
"Enak mom!" Riang Elina.
Elina menyuapkan makanan terakhir ke mulutnya. Elina pun minum air putih hingga tandas.
"Mom, Elin ke kamar dulu ya. Kalau udah sore bangunin Elin."
"Iya, nanti Mommy bangunin." Ujar Naina sambil mengambil bekas piring Elina lalu menyusun dengan gelas. Lalu membawa di wastafel.
Elina pun menaiki satu-persatu tangga. Sesekali bersenandung ria karna senang habis makan favoritnya bahkan mommy-nya yang memasak untuknya.
Dan seandainya Elina tau, makanan yang masuk di mulutnya adalah makanan sisa Billa yang di panasi.
SPAM KOMEN DONG HYUNG-_-
VOTE!
Fllw Ig author:
@dhyynn_ard
KAMU SEDANG MEMBACA
ELINA [TAHAP REVISI]
Misterio / SuspensoLANJUTANNYA DI AKUN @TryLazherraina (cek di profil aku) ✔ [Sudah di Revisi!] Begitu banyak teka-teki di kehidupannya, membuatnya lelah akan mempecahkan semuanya. Tapi, karna teka-teki itu, membuat ia menangis akan takdirnya. Elina Amelia, sosok gadi...