Chapter 7 Keputusan (2)

2.6K 482 63
                                    

Haru berbalik menatap Takei, "Takei... San?"

Takei tersenyum dan berjalan mendekati Haru, "lama tidak berjumpa... Haru."

Haru hanya mengangguk canggung.
Ini sudah sekitar 6 bulan sejak terakhir mereka melaksanakan misi bersama, namun entah kenapa, Takei agak berubah.

Haru menyadari bahwa Takei adalah tipe orang yang tidak akan bicara kepada orang lain tanpa sesuatu yang penting, Haru, "maaf Takei-san, aku akan menemuimu setelah aku mengenbalikan anak ini."

Takei nampaknya senang melihat Haru masih mengingat kebiasaannya dan tertawa, "baiklah. Kamu memang rekan kerja yang paling pengertian."

Haru segera merangkul An dan membawanya ke tempat yang lebih baik, kemudian segera kembali mencari Takei.

Takei melihat Haru datang dan tersenyum, ia menyodorkan kopi kepada Haru.

Haru segera menerima kopi itu, "terimakasih."

Takei, "sudah cukup lama ya..."

Takei, "Bagaimana kabarmu?"

Haru hanya diam menyesap kopinya.

Takei, "aku harap kamu baik-baik saja selama ini."

Haru, "jadi, apa yang anda ingin sampaikan?"

Takei memicingkan matanya, "sebenarnya, kamu adalah orang yang baik, Haru."

Haru, "?"

Takei menyesap kopinya, "kamu adalah orang yang baik untuk tugas ini... Atau, kamu adalah orang yang terlalu baik untuk tugas ini."

Haru semakin bingung, "tugas?"

Takei, "ini sudah sangat lama tapi, aku akan mengatakannya lagi. Haru, maukah kamu menjadi rekan kerjaku sekali lagi?"

Haru, "apakah tugas ini penting?"

Takei tersenyum, "justru, ini adalah tugas untuk membawa kedamaian dunia."

Mata Haru melihat ke arah mata Takei. Meskipun agak aneh, namun Haru yakin Takei tidak berbohong.

Untuk diikutsertakan dalam misi penting semacam ini...

Jantung Haru berdetak kencang.

Haru mengangkat kepalanya dan memberikan senyuman, "aku akan ikut!"

Takei tersenyum bangga.

Haru, "tapi, tugas macam apa ini? Apakah..."tangan Haru agak gemetar namun ia berusaha menyembunyikannya, "apakah ini tugas untuk membunuh zombie?"

Takei tersenyum pahit, "sayangnya tidak... Tapi, ini adalah tugas yang sangat cocok untukmu."

Meskipun tidak ingin mengakuinya, Haru entah kenapa merasa lega. Dan ia membenci itu.

Takei, "aku ingin kamu membujuk seseorang."

***

Suzue memasuki ruangan yang hampir seluruhnya kosong dan hampa, hanya ada sebuah tempat tidur kecil, toilet, kursi dan seorang pria, itu adalah Daisuke.

Suzue, "Daisuke-sama..."

Daisuke berbicara tanpa melirik Suzue, "buang!"

Suzue mendongakkan kepalanya, "maaf?"

Daisuke mengernyitkan dahinya, "buang itu sekarang juga!!!"

Suzue reflek melihat kapsul kecil di dalam kantongnya, "Da...Daisuke-sama, bagaimana?"

Suzue, dia bahkan tidak melirikku sejak aku masuk.

Daisuke, "Suzue, aku lelah dengan semua ini! Bilang kepada orang tua itu, aku ingin mati sekarang juga! Bunuh aku sekarang juga!!"

Suzue langsung memeluk Daisuke dengan erat, "tolong jangan berpikir seperti itu, Daisuke-sama!"

Daisuke, "katakan, orang tua itu dapat menggunakan tubuhku setelah aku mati! Kenapa dia perlu membuatku hidup seperti ini?!"

Suzue hendak menjawab Daisuke sebelum pintu terbuka, "itu karena vaksin memerlukan sel dari mahluk yang masih hidup."

Suzue melirik ke belakang, "Shigemaru-sama..."

Wajah Daisuke langsung berubah.

Shigemaru berjalan menuju Daisuke dan berbicara selembut mungkin, "aku memerlukan sel dari orang yang masih hidup untuk membuat vaksin, terutama dari orang yang spesial seperti dirimu. Jadi, tolong... Daisuke... Bekerja samalah untuk saat ini."

Daisuke hanya diam menatap ayahnya.

Shigemaru berbisik kepada Daisuke, "kumohon, Daisuke... Demi seluruh umat manusia, demi ibumu..."

Daisuke segera terdiam dan pandangannya berubah menjadi agak santai.

Shigemaru langsung menjulurkan tangannya ke arah Suzue. Suzue tertegun sebelum akhirnya memberikan kapsul obat yang ia simpan di kantungnya.

Shigemaru, "hari ini aku tidak akan terlalu keras padamu, kami bisa mengambil minimal 3 pil."

Daisuke mengambil 4 pil dan menelannya dengan cepat.

Shigemaru tersenyum, "anak baik."

Shigemaru, "Suzue, tolong ikat dia!"

Suzue nampak ragu sebelum ia berjalan ke arah Daisuke yang langsung menduduki kursi dan membiarkan Suzue mengikatnya.

Suzue, "permisi..."

Suzue berusaha untuk mengikat Daisuke selembut mungkin, namun, tampaknya Daisuke masih merasa kesakitan, terbukti dari dirinya yang terus menerus menahan sakit.

Shigemaru, "karena hari ini kami bersikap baik, aku akan membiarkanmu memilih, bagian mana yang kamu inginkan?"

Daisuke nampak berpikir sejenak, "jari... Jari kelingking harusnya cukup."

Shigemaru, "baiklah."

Shigemaru langsung mengambil pisau bedah dan alat-alat serupa, dan mulai mengambil kelingking Daisuke.

Daisuke berusaha menahan teriakannya, "ngggh...khgg...aa..."

Suzue hanya bisa menatap Daisuke dari pojok, sungguh, ia tidak pernah menginginkan Daisuke seperti ini, namun, seperti perkataan Shigemaru, dunia hanya dapat mengandalkan Daisuke, satu-satunya orang yang tersisa untuk membuat vaksin ini.

Wajah Suzue nampak sedih dan ia berusaha untuk menahan air matanya.

***

Suzue selesai membalutkan perban di tangan Daisuke, "sudah selesai, Daisuke-sama."

Daisuke hanya terdiam.

Suzue, "kalau begitu, aku akan pergi."

Daisuke, "..."

Ia tidak berbaring di kasurnya. Ia mengambil bantal dan selimutnya kemudian meringkuk di lantai yang dingin.

Ia terbiasa tidur di pangkuan ibunya selama ia kecil dan meringkuk seperti ini.

Daisuke, "sweet sweet dream, my little child, deep deep in your dream..."

Bersambung...

A Life in A World With Zombie Apocalypse(HaruDai ff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang