Bagian 1

652 65 0
                                    

Hari ini Ana dan Asa berkesempatan untuk pulang bersama setelah sekian lama karena kesibukan masing masing sehingga mereka tidak dapat pulang bersama namun meski begitu mereka masih menyempatkan waktu untuk sekedar meminum kopi bersama di cafe milik Bian.
Cafe milik Bian memang jadi tempat favorit mereka untuk pergi ketika sedang bosan selain suasana cafe yang menyenangkan ditambah pemandangan yang menyejukkam makanan di sana juga sangat lezat tak ayal cafe itu selalu ramai pengunjung namun Bian selaku pemilik membuat tempat khusus untuk para sahabatnya ketika berkunjung jadi mereka tidak perlu khawatir jika cafe sedang penuh, menurut Bian semua sahabatnya akan selalu memiliki tempat di manapun mereka berada.

"Sa lusa kan ulang tahun ka Anin, aku belum beli kado"

"Mau beli sekarang? Besok aku ada UMKM kayanya bakalan sampe malem"

"Hmm boleh, tapi pulang dulu ya Sa, ATM ku ketinggalan hehe" kebiasaan Ana memang selalu tidak membawa serta dompetnya kemana mana Ana memohon kepada Asa untuk mau mengantarnya kembali ke rumah dengan melebarkan pupi eyes nya, masalahnya jika pulang terlebuh dahulu mereka harus memutar arah kembali

"Ok princess"

"Asaaaaa sakit"

Asa memang mudah gemas pada Ana, kadang kegemasan Asa pada Ana akan menjadi alasan mereka bertengkar karena Asa selalu mencubit pipi atau mengacak-ngacak rambut Ana ketika Asa merasa gemas pada Ana.
"Hehe maap ya Na kamu gemesin banget soalnya ngga tahan aku pengen cubit cubit"
.......
Ketika suasana dalam mobil sedang hening tiba tiba terdengar suara lagu 1000 hours yang di nyanyikan oleh Asa untuk ana ketika ana berulang tahun yang ke 18 suara Asa memang sangat menenangkan itu sebabnya Ana menjadikannya nada dering panggilan di smartphone nya

-Ka Ale Cantik is Calling

"Siapa Na?"

"Ka Ale kenapa ya"

"Halo Na? Lagi di mana?"

"Mmm di jalan pulang ka sama Asa"

"Jangan pulang dulu ya, main dulu sama Asa"

"Hmm? Kenapa emangnya ka? Ana mau ambil ATM ke rumah"

"Nggausah Na nanti ka Ale tansfer ke Asa aja kamu pake uang itu dulu"

"Tapi ka-" belum sempat Ana menyelesaikan kalimatnya Ale langsung memotong dengan nada tegas yang membuat Ana ciut

"Pokonya jangan pulang dulu ya Na ka Ale mohon"

Setelah panggilan itu di tutup sebenranya rasa penasaran Ana makin menjadi jadi apa yang sebenarnya terjadi mengapa dia tidak diperbolehkan untuk pulang, jika tidak salah dengar bahkan Ana mendengar samar samar teriakan dari seberang telfon meski terdengar pelan dan samar tapi Ana yakin ada sesuatu yang terjadi di rumahnya

Melihat setelah mengangkat telfon Ana malah melamun akhirnya Asa bertanya pada Ana "Kenapa Na?"

"Ka Ale ngga ngebolehin aku pulang, kata ka Ale uangnya mau ka Ale transfer ke ATM kamu, tapi kayanya ya Sa ada yang ngga beres di rumah soalnya tadi aku denger ada yang teriak teriak di telfon"

Tanpa Ana tau sebenarnya Asa mendapat pesan dari Ale yang memberi tahu bahwa ada keributan di rumahnya dan sebisa mungkin untuk tidak membiarkan Ana pulang dulu ke rumah.

"Perasaan kamu aja kali Na, mungkin orang rumah mau pada pergi"

"Hmm iya kali ya" meski pun menjawab demikian perasaan Ana tetap tidak tenang

"Yaudah langsung pergi aja berarti ya"

....

Di lain sisi tepatnya di kediaman rumah keluarga Aleta terjadi keributan karena Adi papanya Ana mencari Ana dan mengancam keluarga Ale untuk mengembalikan Ana padanya, hal itu justru memancing amarah keluarga Ale dirinya tidak akan pernah memberikan Ana pada Adi apapun keadaannya

"Dia anak saya jadi tolong kembalikan dia pada saya"

"Kamu merasa punya anak setelah 15 tahun ini kamu lupa punya anak? Jangan harap kami akan memberika Ana, bahkan sedetik pun kami tidak akan pernah mengijinkan kamu untuk bertemu Ana" kira kira kira seperti itulah keributan yang mungkin saja tadi sempat di dengar Ana meski samar

Setelah mendapatkan hasil yang tidak memuaskan Adi pergi dengan penuh amarah karena kali ini dia tidak berhasil membawa Ana tapi dia meyakinkan diri akan membawa Ana pergi bersamanya.

"Asa jangan biarin Ana pulang, keadaan rumah lagi ngga baik, kamu bisa ajak Ana pergi kan? Kalo perlu jangan biarin malam ini dia pulang juga, ka Ale mohon. Kita sama sama jaga Ana ya. O iya uangnya udah ka Ale transfer. Ka Ale percaya sama kamu, titip Ana" kurang lebih itulah pesan Ale kepada Asa untuk tidak membiarkan Ana pulang ke rumahnya dan Asa berjanji untuk menjaga Ana

.......
Sepulangnya dari mall Asa mengajak Ana menuju rumahnya
"Loh ko ke sini Sa? Ini kan bukan jalan pulang?" Ana bertanya heran karena setaunya jalan ini jalan menuju rumah Asa bukan Ana

"Kita ke rumah aku ya, mama sama abang-abang ku kangen kamu"

"Bang Odi sama bang Dani lagi pada di rumah?"

"Huum bang Odi sih udah dari seminggu kemarin di rumah cuma bang Dani baru pulang kemarin sore abis tour"

"Mereka sibuk banget ya, kamu kan jarang di rumah mamah sering sendiri dong?" Mengingat ayah Asa seorang pilot yang jarang di rumah

"Ya gitu mau gimana lagi tapi 6 bulan lagi papa bilang sih mau pensiun biar bisa nemenin mama di rumah lagian bang Odi juga kan udah mau nikah jadi ya rumah bakalan tambah sepi"

"Bang Odi nikah kapan emang ko aku ngga tau?"

"Ini masih rahasia sih bang Odi kan emang seneng dadakan jadi masih banyak yang belum tau bang Ate sama bang Avin juga belum pada tau yah palingan bang Rion sih udah tau soalnya calon bang Odi kan anak agensi dia"

"Wah ka Ale bisa bisa keduluan bang Odi dong"

"Emang ka Ale kapan nikah sama bang Ate?"

"Kurang tau sih soalnya ka Ale bilang dia masih banyak kontrak sama produk produk jadi masih sibuk yah paling taun depan udah harus nyusun rencana tante Anjani udah maksa ka Ale harus udah nikah, kasian juga sih liat ka Ale padahal apa salahnya perempuan pengen ngejar karir dulu lagian bang Ate sama keluarganya ngga minta buru buru juga tante Anjani udah kemakan stigma perempuan ngga boleh nikah tua padahal kan nikah bukan cuma tentang umur tapi kesiapan dari individunya"
Ana memang sedikit kasihan dan kesal pada tante Anjani karena termakan hasutan tetangga dan teman arisannya yang telah menajadi seorang nene menurut Ana stigma itu benar banar harus segera di basmi banyak orang menikah lalu bercerai hanya karena masalah yang tidak bisa diselesaikan baik baik, menurutnya usia tidak menentukan kedewasaan seseorang dalam bersikap menikah kan bukan perkara main main melainkan janji yang harus di pertanggung jawabkan di hadapan tuhan dia selalu mengingat kalimat -menikahlah karena kesiapan bukan tuntutan- karena jika menikah dengan kesiapan artinya seseorang itu siap untuk mengahadapi apapun yang akan terjadi nantinya.

"Pinter bangetnsiiiih Nana nyan Asa"
Asa benar benar gemas dan kagum pada Ana yang diumur nya yang sekarang telah berpikir kedepan disaat bahkan teman temannya banyak yang menikah muda Ana tidak tertarik dan tergiur, untung saja Ana memiliki pola pikir yang sama dengannya karena jika Ana memintanya untuk menikah dia pasti tidak akan menolak hanya saja pasti Asa akan bingung bagaimana cara menghidupi Ana dan keluarga kecilnya kelak karena pada saat ini Asa masih bergantung pada ibu negaranya

"Sakit Asa pipi aku tambah lebar kamu cubitin terus"

"Na i have to told you kamu gemesin banget aku ngga tahan pipi kamu tuh kaya magnet tau ga bikin tangan aku pengen nempel terus" elaknya Ana hanya bisa memajukan bibirnya lebih lagi dan hal itu membut tingkat kegemasan Ana naik 1000%

"Jangan manyun manyun gitu dong kan jadi tambah gemes"

Sorry for any typos💜💜💜 makasih udah klik cerita ini yaakkkkk happy a nice day all

Derana (jungri) [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang