Bagian 19

169 27 11
                                    

Sore harinya setelah Asa mendapatkan kesempatan dari Ale untuk mengunjungi Ana, Asa langsung bergegas menuju rumah sakit tempat Ana berada sekarang

Asa tak lupa membawa seluruh hadiah yang ia beli waktu itu di tambah sebuket bunga kesukaan Ana. Hati Asa sedikit lega sekarang karena satu persatu masalahnya telah selesai meskipun masih ada hal yang mengganjal ia takut Ana tidak mau mendengarkan penjelasannya atau bahkan tak ingin memaafkannya. Tapi Asa yakin dirinya akan mendapatkan maaf dari Ana dan tidak akan menyerah begitu saja

Ketika Asa sampai di depan pintu kamar Ana ia melihat dari kaca kecil yang berada di di pintu di dalam sana ada Anin dan Bian sedang menunggu Ana namun sepertinya Ana tertidur sehingga ia tidak menyadari keberadaan Asa meski mereka saling berhadapan

Sebelum masuk ia menghela nafas sejenak berpikir jika ini adalah saat yang tepat untuk dirinya bertemu Ana karena sejujurnya Asa sangat merindukan Ana

Mendengar pintu yang terbuka secara tiba tiba kedua pasangan penuh drama yang baru saja melaksanakan lamaran itu sontak menoleh secara bersamaan ke arah pintu masuk. Tidak ada ekpresi yang mencurigakan bahkan Asa sempat berfikir jika Anin dan Bian tidak mengetahui masalah yang ia timbulkan namun siapa sangka Bian langsung berdiri menghampirinya dan memberikan sedikit pukulan ringan di perut dan kepalanya, tidak terlalu sakit memang tapi Asa mengerti maksud Bian melakukannya ternyata semua orang tau akan tindakannya yang salah

Setelah memukul Asa Bian mengajaknya untuk duduk di sofa yang sebelumnya ia dan Anin tempati sebenarnya mereka penasaran bagaimana awal mula ceritanya sampai Asa berbuat demikian namun rasa penasaran Bian maupun Anin harus tertahan karena pada sore itu suster masuk dan memeriksa keadaan Ana

Selepas suster yang memeriksa Ana keluar Bian kembali bertanya pada Asa tentang permasalahan apa yang terjadi dari pihak Asa karena baik Bian maupun Anin baru mendengar sedikit dari Clara pagi tadi sebelum berganti jaga

Asa menjelaskannya secara singkat pada Anin dan Bian perihal masalahnya, setelah memberikan penjelasan Asa mendapat pukulan pelan di bahunya karena kini Asa mulai menangis tersedu entah kenapa ia amat merasa sedih jika harus mengingat masalahnya beberapa hari ini, ia sadar tindakannya telah membuat kecewa orang orang disekitarnya

"Gua maklumin dan hargain tindakan lu buat bantu orang Sa, tapi lu harus lebih mikir lagi gua tau lu anak baik, gua cuma takut kebaikan lu malah di manfaatin banyak orang yang ngga bertanggung jawab"

"Iya bang gua emang salah-"

"Ngga ada yang salah dalam membantu orang lain Sa, jangan sampe abis ini kamu malah ngga mau bantuin orang lain hanya aja kamu harus lebih cermat lagi buat ngasih bantuan, hidup kita emang ngga harus ngikutin apa kata orang lain terkadang kita emang perlu dengerin mereka karena ngga selama nya kita bener tapi ada saat di mana kamu juga ngga harus dengerin mereka karena kadang apa yang mereka omongin juga ngga selalu bener, sama kaya kasus sekarang orang lain mungkin ada benarnya kalo ngga ketauan mau sampe kapan kamu kucing kucingan begini, tapi ada hal  ngga baiknya juga mereka jadi  fitnah kamu yang engga engga dan sebaiknya hal yang begitu nggausah terlalu didengerin, jadiin aja pembelajaran buat kedepannya ka Anin yakin Ana pasti mau ngerti"
Tangan Anin tergerak untuk mengelus punggung Asa yang terlihat bergetar, Anin tidak ingin setelah ini Asa menjadi takut dan tidak mau lagi membantu orang lain meskipun Asa terlihat dewasa tapi Asa tetap lah remaja yang baru menginjak dewasa dirinya masih membutuhkan nasihat dan arahan dari orang orang terdekatnya

"Dah ah sedih sedihannya, yang laly biar berlalu ya, sekarang kita tinggal fokus ke depannya gimana hm?"

Bian yang melihat nya mulai merasa jengah
"Kamu juga udahan dong ngelus punggunya dia keenakan nanti dia" Bian menarik tangan Anin yang berada di punggung Asa untuk ia gengam

(Dasar bucin)

Anin hanya terkekeh melihat kelakuan calon suaminya ini bagaimana bisa ia tetap cemburu pada Asa yang merupakan sahabatnya juga

"Makasih ya Ka Nin bang Bi" isaknya, Asa berusaha menahan sesuatu yang ingin keluar dari hidungnya hal itu membuat Bian mengerinyit menatap Asa

Asa terkadang bisa lebih dewasa daripada umurnya namun tetap saja ketika menangis ia terlihat seperti anak kecil yang kehilangan barang
.
.
.
Malam harinya Anin dan Bian memutuskan untuk pulang padahal Anin ingin lebih lama menemani Ana, namun ia tau Asa dan Ana membutuhkan waktu untuk mereka berdua menyelesaikan masalah yang belum selesai, tapi Anin berjanji besok ia akan kembali kemari

Sepeninggal Anin dan Bian Asa kembali duduk di kursi yang berada di samping ranjang Ana. Sedari tadi meskipun ia banyak mengobrol dengan Bian dan Anin afeksinya tidak lepas dari gadis yang sedang tertidur sejak tadi sore

Asa memfokuskan pandangannya pada Ana yang terlihat sangat tenang ketika tidur matanya madu nya ia sembunyikan di dalam kelopak matanya yang terpejam

Asa terus menggenggam jari Ana yang tidak terdapat selamlng infus, dirinya memandang pergelangan tangan kiri Ana yang di balut perbang ia tau Ana berusaha menyakiti dirinya sendiri lagi

"Na maafin Asa ya, harusnya dari awal Asa bilang dan ngga nyembunyiin apapun dari kamu, Asa nyesel Na maafin Asa-"
Tangisnya kembali pecah ia benar benar tidak sanggup jika harus kehilangan Ana menyakiti Ana sama saja dengan menyakiti dirinya sendiri ia pernah berjanji untuk menyembuhkan Ana tapi nyatanya dia juga yang menggoreskan luka pada Ana, Asa benar benar menyesal

"Ana harus cepet sembuh hm, ayo kita main seharian kalo Ana udah sembuh Asa pengen ngabisin waktu itung itung nebus waktu yang kita lewatin bareng, cepet sembuh Nacil sayang, Asa sayang kamu"

Setelah tangisan pilunya tanla sadar dengan mudab ia tertidur mrnghabiskan berliter liter air mat membuat dirinya mengantuk namun kali ini tidurnya merasa jauh lebih tenang karena kali ini ia berhasil menggenggam tangan Ana kembali

Setelah merasa dengkuran Asa mengalun Ana membukakan matanya, ia memang berpura pura tidur sebenarnya ia telah bangun sejak Asa menggenggam tangannya namun ia urung untuk membukakan mata karena ia ingin tau apa yang akan Asa lakukan setelahnya

Sejujurnya Ana merasa marah dan kecewa namun melihat tangis pilu Asa ia tau Asa sangat merasa bersalah dan terus menyalahkan dirinya sendiri, Ana telah mendengar semua penjelasan Asa dari Ate yang merekam pembicaraan nya kemarin dari sana Ana tau Asa benar benar menyesal dan tidak berniat menyakitinya

Ana mencoba mengangkat tangannya dan mengusap pelan kepala Asa, melihat wajah Asa yang sembab Ana tau Asa pasti banyak menangis  sampai akhirnya Ana mengguman dan bergabung kembali untuk tidur

"Ana maafin kamu Sa" 

*******
Hi aku lagi ngabisin draft 😅 semoga hari ini bisa senggang biar bisa nyetok lagi hwhwh 😆

Derana (jungri) [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang