Bagian 24

171 25 0
                                    

Setelah pertemuan tak sengaja di kafe ternyata Adi terus gencar mengicar Ana ia bahkan telah menyiapkan laporan hak asuh Ana yang telah ia ajukan beberapa waktu lalu Ale yang mengetahui hak itu berkoordinasi dengan pihak hukum dan tentunya meminta bantuan Avin untuk membantu keluarganya yang dengan mudah Avin sanggupi Ana telah mengetahui semuanya dan ia menyanggupi jika hakim meminta ia kembali menjadi saksi
.
.
.
Hari ini Ana dan anggota keluarganya telah siap untuk berangkat ke pengadilan Ana bahkan telah menghubungi Asa dan meminta dukungan dan doa dari Asa

Asa merasa bersalah karena kini ia tidak dapat menemani Ana disisinya meski sedih namun Ana mengerti tidak mudah bagi Asa untuk menghampirinya saat ini jadilah Asa selalu meminta perkembangan sidangnya

"Udah siap Na?" Kali ini Ale bertanya karena sedari tadi ia melihat Ana melamun

"Hmm Ana pasti bisa kan ka?"

Ale langsung memeluk Ana dan membisikan jika semuanya akan baik baik saja dan Ana tidak perlu takut akan apapun
"Kamu jangan takut Na, ini saat nya kita udah lakuin semua yang kita bisa semoga hasilnya sesuai apa yang kita mau"

"Semua udah siap" Avin berjalan lurus menghampiri Ana dan Ale yang sedang memeluk satu sama lain di depan pintu masuk ruang sidang

Ana menangguk meski wajahnya masih terlihat agak tegang dan Avin menyadarinya

"Rileks ya Na, kita pasti menang bukti yang kamu kasih udah kuat banget"

"Minta tolong ya ka Avin"

"Pasti" Avin memeluk Ana sejenak memberikan ia kekuatan karena Avin tau saat ini Ana sedang membutuhkan dukungan dari orang orang terdekatnya

Kali ini ruang sidang telah penuh dengan orang orang yang penasaran akan kelanjutan persidangan hampir 10 tahun silam, berita pemerkosan, perampokan dan pembunuhan anak dari salah satu orang berpengaruh saat itu memang menjadi bahan pembicaraan di mana mana

Hari ini memang menjadi hari yang sangat berat bagi Ana diawali Adi yang meminta hak asuh Ana kembali padanya namun berakhir dengan pengulangan sidang 10 tahun lalu dan Ana bertekad kali ini ia tidak akan kalah dan takut banyak orang yang mendukungnya

Sidang di mulai dengan khidmat, Adi tidak mengetahui jika agenda sidang kali ini bukanlah tentang penuntutan hak asuh Ana melainkan sidang KUHP pembunuhan berencana 10 tahun silam, meski tersangka telah di tetapkan dan pemerkosa yang membunuh istirnya telah di penjara namun otak dari pembunuhannya belum di tangkap selama ini Adi sebagai dalang merasa tenang karena kurangnya bukti dan saksi yang mengarah padanya sebagai otak dari aksi bejatnya ia merasa tenang dan justru menghilang

Karena Adi merasa kejadian itu sudah 10 tahun lalu maka ia merasa tenang tenang saja berada di pengadilan dan menganggap hakim tidak dapat merevisi hasil sidang yang telah lalu sepertinya Adi membutuhkan banyak belajar

Awalnya Adi mulai merasa curiga mengapa ia kini mengisi kursi terdakwa tapi karena ketidaktauannya Adi menanggap jika memang begini prosedurnya

Hakim dan para jaksa lainnya memang sudah bekerja sama karena jika Adi tidak di jebak maka ia akan kabur sama seperti hal nya 10 tahun yang lalu akhirnya hakim menyanggupi karena di dukung berdasarkan bukti dan saksi yang kuat untuk menuntut Adi dan merevisi kembali hasil putusan sidang yang lalu

Kini Adi di berikan beberapa pertanyaan mendasar sebelum penuntutan di bacakan, hakim menanyakan perihal dirinya menerima surat salinan dakwaan Adi mengiyakan karena iya mengira surat yang waktu itu ia terima adalah surat yang sama yang dimaksud hakim padahal dirinya sama sekali belum membacanya Adi juga di tanya tentang kondisi fisiknya dalam keadaan sehat dan dapat mengikuti sidang kali ini yang Adi iyakan tanpa ada rasa ragu

Derana (jungri) [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang