“Mostly it is loss which teaches us about the worth of things.” — Arthur Schopenhauer
.
.
.Elektra, US
Pesawat invisible Johnny akhirnya mendarat tepat di atas Elektra, pukul dua dini hari. Taeyong, Johnny, dan Yuta menyisir semua lantai, berharap agar semua orang telah di evakuasi. Dan benar saja, tak ada satu pun wanita, orang tua, dan anak kecil di bangunan atas. Semuanya telah berada di ruang bawah tanah.
Dan, ya. Sebelum tiba di Elektra, pesawat invisible itu menurunkan Jeno dan Jisung di Paxon di mana Chenle, Jaemin, dan Renjun bersama makhluk-makhluk lainnya, tengah berdiri menghadang kepolisian untuk menerobos masuk.
Begitu pula dengan Kun. Ia akhirnya berdiri paling depan, melindungi Magnum yang kembali dibayangi oleh ketakutan luar biasa akibat perbuatan aparat beberapa waktu lalu. Kini, Magnum dilindungi oleh tiga mutan terkuat; Kun, Lucas, dan Winwin.
Di lantai 62, Taeyong memandang ke luar jendela. Tatapannya jatuh di gerbang Elektra. Ia menyaksikan aparat negara masih berjaga dengan rapi, lengkap dengan shield yang berada di depannya. Mereka terlihat siap menembak siapa saja yang keluar dari Elektra tanpa izin.
Sebelum keluar dari ruangan, seorang pria datang dengan tergesa-gesa. Ia meminta Taeyong untuk menyiapkan peralatan medis untuk para pasien di lantai bawah tanah.
Tanpa pikir panjang, Taeyong menyuruh Yuta untuk mempersiapkan semua kebutuhan medis, termasuk untuk para lansia. Yuta pun mengikuti perintah Taeyong dan berlari bersama pria tersebut menuju ruangan medis.
Johnny dan Taeyong bergabung dengan Haechan serta Taeil di pintu utama Elektra.
"Akhirnya kalian tiba juga," ujar Haechan sembari melipat tangannya di dada.
Taeyong menoleh, "Ada respon Pemerintah?"
Cyborg muda tersebut mendengkus dan menggeleng lemah. Darahnya mendidih dan dadanya sesak ketika mendengar kata 'Pemerintah'. Sejak meletusnya penyerangan di Magnum, Pemerintah seolah tak memiliki wibawa lagi di mata Haechan. Terlebih, ia sudah melihat bagaimana teman-temannya disiksa di penjara Dark V akibat titah para penguasa yang duduk di Parlemen itu.
Hingga matahari mulai menampakkan sinarnya, jajaran kepolisian negara masih betah berada di luar Elektra, Paxon, dan Magnum.
Taeyong kemudian menuju ruang diskusi Elektra pagi itu. Ia menyalakan semua hologram yang terhubung pada kediaman mutan, demigod, serta Pentagon; tempat bernaung para manusia yang memiliki kuasa di bidang militer.
Ketika Jeno, Kun, dan Menteri Edward telah muncul di hologram, Taeyong memulai diskusi tak resmi itu.
"Saya tidak akan berlama-lama, Pak Menteri. Yang saya butuhkan adalah kejelasan, kapan Anda menarik para polisi ini menjauh dari Elektra dan kediaman kaum lainnya?" tanya Taeyong dengan tegas.
"Saya pikir saya tidak akan menarik mereka setelah apa yang Anda dan kaum lainnya lakukan di Area 51."
"Apa?!" seru Jeno.
"Ya, jadi saya pikir bahwa kita memang harus melakukan ini. Dan yang terpenting adalah sesuai dengan kesepakatan awal kita, serahkan Winwin kepada kami!" ujar Edward dengan lantangnya.
Taeyong menyandarkan tubuhnya di kursi, lalu menatap langit-langit ruangan. Ia pun menghela napas dan memejamkan netranya selama beberapa detik.
Menghadapi masalah seperti ini untuk pertama kalinya, Taeyong mengakui jika ia terguncang dan tak mampu mengendalikan emosi. Ini jauh berbeda dengan dirinya yang lalu. Terkadang, ada penyesalan dalam dalam hatinya ketika menyetujui project pemerintah terkait penangkapan mutan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIOUR : KINGDOM [✓]
Fanfiction[COMPLETED - NCT OT23] ⚠️Tidak direvisi, maaf jika penulisan berantakan⚠️ Pada awalnya, kehidupan cyborg, mutan, demigod, dan manusia di muka Bumi berlangsung harmonis. Namun, banyaknya kebohongan besar berhasil memecah dan meluluhlantakkan equilibr...