Summer, Tuesday.
School Of The Art Institute Of Chicago.
"Warna biru cerah,"
Seorang pemuda dengan hoodie hitam tengah sibuk berkutat pada MacBook, sedang mengetikkan sesuatu dibenda canggih itu, akan tetapi mulutnya sejak tadi tak berhenti berbicara seraya menyeruput Americano nya. Matanya masih terfokus pada benda yang ada dihadapannya itu.
Seorang pemuda yang sibuk memakan Beef Burger tengah merotasi bola matanya malas tanpa berminat menyahut, kegiatan makannya jauh lebih menyenangkan daripada menanggapi salah seorang yang ada disana dengan ocehan tak berarti.
"Apakah cocok untuk warna rambut baruku?" Sambungnya kembali yang sontak membuat pemuda bersurai hitam legam yang tengah memekan Beef Burger melemparinya dengan kentang goreng, bibirnya siap mencibir.
"Why?" Si pemuda yang berbicara spontan menghentikan segala aktivitasnya pada layar MacBook, berucap ketus sembari menatap sengit pada pemuda yang melemparinya dengan kentang goreng.
Si pemuda bersurai hitam berdesis sinis, "Pikirkan dulu MacBook ku yang kau rusak sebelum mewarnai rambut jelek mu itu!" Cibirnya berang hingga yang dicibir tak terima, dengan kasar ia menutup MacBook nya dan menggebrak meja dihadapannya cukup keras.
"DAMN! Shut the fuck up!"
Nyaris saja jantung mereka mencelos keluar ketika mendengar umpatan berang itu. Tidak, itu bukan dari si pemuda bersurai hitam, bukan pula si pemuda berhoodie hitam.
Suara umpatan itu berasal dari pemuda berhoodie putih yang tengah menelungkupkan wajahnya diatas meja dengan kepala yang ditutupi menggunakan kupluk hoodie, ia mendelik sinis secara bergantian pada dua pemuda yang tadi sempat berseteru hingga keduanya terdiam. Si pemuda berhoodie putih melepas hoodie nya hingga menyisakan kaos putih lengan pendek, lantas menyeruput Americano miliknya yang sejak tadi belum tersentuh dan sudah mulai dingin, masih dalam keadaan kesal.
Seorang pemuda bersurai pirang datang membawa satu cup Ice Latte dengan tatapan bertanya-tanya, lantas memilih duduk disamping pemuda yang terlihat tengah kesal.
"Kenapa kau, Sam?" Pemuda pirang itu bertanya lalu beralih menatap pada kedua pemuda lainnya yang ada disana secara bergantian.
Sam Hwang, pemuda yang berkaos putih itu memilih memasang earphone nya sembari berdiri menyampirkan ranselnya dipundak kanan lalu menenteng hoodie yang ia lepas tadi, pergi meninggalkan teman-temannya yang sedang mengernyit heran melihat tingkah Sam pagi ini. Tak seperti biasanya.
Memilih acuh, Ketiga pemuda itu mengendikkan bahunya sembari menikmati makanan yang masih tersisa diatas meja.
"Soobin, mana flashdisk ku?" Tagih si pemuda pirang, mengulurkan tangannya didepan wajah Soobin.
Pemuda bernama Soobin itu sempat mendengus sebentar lantas membuka ranselnya dan menyerahkannya pada pemuda pirang, namanya Felix, pemuda yang terkenal karena Deep voice nya yang mematikan.
Sedangkan satu pemuda lainnya bernama Jaemin, si pecinta kopi dan tukang tebar pesona. Well, ia memang tampan hanya saja kadang membuat ketiga sahabatnya jengah.
Pagi ini mereka sedang berkumpul di kafetaria kampus, tetapi Sam marah-marah tanpa alasan yang jelas setelah tidur selama beberapa menit disana, Sam terbangun karena suara berisik dari Jaemin dan Soobin yang mengganggunya. Lalu pergi dengan keadaan kesal sembari menyumpal telinganya dengan earphone dalam volume yang cukup kencang. Berjalan acuh dengan wajah dingin dan tangan yang ditenggelamkan didalam saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live a Crazy Life
Fanfiction[M] Warning: Adult and Explicit Sensual Content!! Cerita cukup pelik yang membungkus kehidupan Seo Lalisa, seorang gadis penurut yang sayangnya terperangkap dalam ruang lingkup seorang pria yang berhasil menarik semestanya untuk berporos pada satu t...