Pergerakannya kaku seiring airmata mulai menggenangi kedua pelupuk matanya, ia seakan dipaku pada tempatnya kini berdiri. Bagaimana tidak, anak seusianya melihat kejadian seseorang yang tertabrak tengah terkulai tak berdaya dengan menghasilkan darah segar yang mengalir dari pelipis. Dan yang paling mengenaskan, orang yang menjadi korban itu adalah Ibunya.
Tidak, tidak. Jungkook mencoba mengusir pikiran-pikiran buruknya. Selama ini ia hidup bersama sang ibu hanya berdua. Meskipun kenyataan ia memiliki ayah.
Bertubi-tubi sesal Jungkook menyalahkan sikapnya, jika saja ia tak pergi dari sekolah. Mungkin ia masih dalam dekapan sang ibu saat ini.
Melihat bagaimana Jungkook terduduk di lantai rumah sakit sendirian, tak dapat ia bohongi perasaan takut ketika petugas medis melarangnya untuk ikut masuk ruang IGD untuk memastikan keadaan sang ibu. Membuat ia benar-benar tak sanggup bila sosok terkasihnya itu harus pergi meninggalkan ia sendirian nantinya.
Jungkook harus tetap disini, di balik pintu pemisah antara ia dan sang ibu. Tatapan iba orang-orang yang melihat keadaannya hanya sampai pada kata 'kasihan', tak bisa membantu apapun untuk sekedar memberi pelukan menenangkan pria kecil itu.
"Tuan muda", sebuah suara membuat Jungkook mendongakkan kepala sebagai responnya.
Tepat sekali, Jungkook butuh seseorang untuk menyalurkan ketakutannya sekarang, tapi mengapa Sekretaris Yoon? Kemana sang Ayah?
Tak peduli, Jungkook hanya butuh seseorang untuk dipeluk sekedar mengistirahatkan dirinya yang terlalu lelah menangis dan berpikiran macam-macam tentang kondisi sang ibu.
♡♡♡
Dua bulan pasca kejadian itu, Jungkook kini mulai curiga dengan keadaan dalam hidupnya, apa yang sebenarnya terjadi? Apalagi jika bukan karena sang ayah.
Tentu ia tak akan berpikiran macam-macam jika sang Ayah akan selalu ada di rumah atau paling tidak menunggui sang ibu yang sempat tak sadarkan diri terbaring lemah di rumah sakit selama perawatannya.
Setelah kejadian datangnya utusan sang ayah--Sekretaris Yoon di rumah sakit, baru seminggu kemudian akhirnya Jungkook dapat bertemu dengan sosok yang amat sangat ia rindukan. Hingga menumbuhkan harapan besar bahwa setelah kejadian ini sang ayah tak akan lagi meninggalkan ia dan ibunya terlalu lama.
"Pastikan Seohyun mendapat perawatan terbaik" ucap Tuan Jeon pada sekretaris Yoon
"Tentu tuan, untuk membantu Nyonya saya sudah menyewa perawat pribadi yang akan merawat sampai Nyonya Seohyun pulih"
Tuan Jeon mengangguk setuju, kemudian pandangannya jatuh pada Jungkook yang kini terlelap di sofa bersebrangan dengan bed tempat ibunya terbaring tak berdaya.
"Tolong juga jaga dia, aku titipkan padamu"
Samar mendengar dua orang sedang berbicara membuat perlahan kedua bola mata Jungkook terbuka, sedetik kemudian air mata terjun bebas dari kedua sudut matanya seiring pendengarannya yang menangkap langkah seseorang menjauh dan kemudian hilang di balik pintu.
Ayahnya pergi lagi, bahkan belum sempat kerinduan ini habis.
Tiga minggu perawatan intensif yang Seohyun dapatkan tak serta merta berpengaruh pada kondisi tubuhnya. Masih sama, tak sadarkan diri.
Selama itu juga Jungkook setiap hari datang ke rumah sakit melihat keadaan sang ibu dengan berakhir menggenggam tangannya. Ia tak tahu kondisi sebenarnya dari sang ibu, sekretaris Yoon hanya bilang bahwa sang ibu butuh istirahat banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Deserve Better [JJK & CTY]
FanfictionApakah karena memiliki perasaan yang sama lantas dua orang dapat dengan mudah bersama? Banyak hal yang yang mendasari. Salah satunya sudut pandang dan pola pikir dari keduanya. Bila hanya salah satu yang menginginkan apa masih bisa bersama? Jungkook...