Helaan napas terdengar begitu kentara, menunjukkan bahwa disana memang tak banyak orang. Hanya mereka, berdua, dan bersama keheningan.
Masih, tak juga tersadar, napas mereka memang terdengar saling memburu, namun tidak, yang membuat dunia seakan berhenti adalah tatapan mematikan itu.
Sang pria dengan tatapan tegasnya dan si wanita lebih pada sorot sayunya. Meskipun berbeda, keduanya tetap punya persamaan. Disana sama-sama ada kerinduan yang tengah berpeluk mesra dalam tatapan lekat.
Untuk kesekian kali ia mengalami keterkejutan dengan kemunculan tiba-tiba si pria, untuk kesekian kali ia merasa tubuh lelaki di depannya ini adalah tempat aman sekaligus nyaman. Dan terakhir, ini adalah kesekian kali tubuh rampingnya berada dalam dekapan si pemuda Jeon.
Setelah hampir saja ambruk lalu tubuhnya masih bisa terselamatkan sehingga tak jadi mencium kerasnya lantai ruangan tembikar, kini Tzuyu justru merasa hangat. Lagi, ini karena ulah lelaki itu.
Tak bisa bertahan lebih lama lagi, lulut sang gadis dirasa semakin melemah meskipun kedua tangan kekar telah melingkar di pinggang dan punggungnya. Tentu saja itu posisi yang kurang tepat digunakan dalam jangka waktu yang tidak sebentar, namun akhirnya membuat ia tersadar.
"Ah maaf," ucapnya sambil mencoba berdiri sendiri lalu beralih membenarkan beberapa anak rambut yang ia bawa bersembunyi di belakang telinga.
"Aku yang minta maaf--seharusnya aku mengetuk pintu atau menyapa mu lebih awal," sang lelaki tak kalah gugup, ia tak tahu harus bagaimana menggunakan kedua tangannya, keduanya tergantung tanpa perintah di udara, sesekali juga ia bawa sembunyi di dalam kantung celana bagian belakang.
Hening.
"Ah aku membuat tembikar tad--"
"Hm, aku tahu"
Aish!
"Nona, apa sudah siap?" Akhirnya ada seseorang yang memecah keheningan. Bukan, bukan salah satu dari keduanya, tapi ahjussi supir rumah Jungkook.
Beruntung, karena Tzuyu tak dapat berpikir lagi untuk membuat suasana yang tak ia yakini akan lebih baik setelah ini.
"Aaa, ne paman"
"Tidak perlu, aku saja yang mengantarnya." Lelaki itu menyela, mencegah Tzuyu berkemas dan pergi meninggalkannya.
🌼
Kegugupan.
Hanya itu yang dapat menggambarkan suasana hati pria dan wanita berstatus atasan dan bawahan ini.
Tak bisa, Tzuyu tak bisa melakukan lebih jauh daripada ini. Ia harus mencari cara tepat sekaligus cepat, bukankah ia pernah menyelamatkan suasana tak nyaman antara Namjoon dan Jeongyeon waktu itu? Baiklah ini gilirannya.
"Bagaimana keadaan Ayah mu?" memilih topik untuk pembicaraan awal adalah kunci, Tzuyu tak dapat memastikan apakah itu pertanyaan yang paling tepat. Tak ada pilihan, ia juga sudah terlanjur mengatakannya.
Jungkook menyampingkan atensinya sekedar untuk menoleh sekilas melihat Tzuyu yang berada tepat di samping kursi kemudi.
"Dia sudah sehat," ujar Jungkook setelah lebih dulu sebuah dehaman mengawali jawabannya.
"Syukurlah."
Lalu apalagi yang akan kau tanyakan selanjutnya Tzuyu-ah?
Tak jauh berbeda dengan keadaan saat di dalam mobil tadi, meskipun kini telah berada di luar--tepatnya di depan halaman kamar sewa Tzuyu, kenyataannya kegugupan itu masih ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Deserve Better [JJK & CTY]
FanfictionApakah karena memiliki perasaan yang sama lantas dua orang dapat dengan mudah bersama? Banyak hal yang yang mendasari. Salah satunya sudut pandang dan pola pikir dari keduanya. Bila hanya salah satu yang menginginkan apa masih bisa bersama? Jungkook...