"Astagaaa", pekikan kesal Tzuyu terdengar saat melihat jam wekernya menunjuk pukul 7 pagi, kesadarannya belum begitu pulih namun dia segera bergegas turun sambil merutuki diri bahwa harusnya ia tak tidur lagi setelah tadi pagi bangun pukul 5.
Dan berakhir dengan kembali menarik selimutnya karena teringat bahwa hari ini adalah hari sabtu, tentu kantor tempatnya bekerja pasti libur.
Tapi tidak pada sabtu kali ini, di weekend yang sangat berharga menurut Tzuyu, ia harus berpuas diri tak melanjutkan tidurnya karena mendapat tugas lembur setengah hari di kantor.
Ya Tzuyu lupa.
"Mengapa lupa, bisa-bisa para peserta tes datang lebih awal dariku, aku tidak bisa membayangkan wajah Jeongyeon unnie jika aku datang mepet begini. Apa tidak perlu mandi ya? ah tidak.. tidak, siang nanti ada kelas mata kuliah", Tzuyu bergumam sendiri mengetahui bahwa ada 2 jadwal wajib yang harus Tzuyu lakukan hari ini.
Selain pergi lembur bekerja, ia memiliki satu jadwal menghadiri kelas mata kuliah pukul 1 siang nanti.
Tzuyu datang di depan gedung dengan tergopoh-gopoh, bisa-bisa jatuh harga dirinya di depan para peserta tes calon pegawai karena waktu yang ia buat sendiri tidak sesuai dengan jadwal hanya karena ia bangun kesiangan.
Sialnya Jeongyeon sudah datang lebih awal 3 menit darinya, lengkaplah sudah.
"Mepet sekali", gumam Jeongyeon sambil menyiapkan beberapa berkas untuk agenda mereka hari ini tanpa melihat ke arah Tzuyu yang baru saja masuk keruangannya.
"Maaf aku kesiangan", jawab Tzuyu jujur.
"Sudahlah, waktu kita tak cukup banyak maka bekerjalah dengan cepat dan benar", timpal Jeongyeon. "Baik unnie", jawab Tzuyu lirih.
Beruntung kemarin sebelum bergegas pulang ia sedikit menyiapkan beberapa berkas yang diperlukan untuk tugasnya hari ini.
Suasana ruangan Jeongyeon hening, hanya terdengar kertas-kertas yang bersahutan karena seseorang sedang menyesuaikan dengan fungsinya masing-masing.
Tzuyu menghela napas dengan berat menandai ia sudah selesai berkutat dengan tugasnya.
"Aku sudah selesai unnie", tzuyu berkata sambil membenarkan beberapa helai anak rambutnya.
"Okay, coba cek ruangan tes apa sudah siap, jika tidak ada masalah segera telepon resepsionis untuk mengantar para peserta masuk ke ruangan", titah Jeongyeon pada Tzuyu.
♡♡♡
Lampu disebuah ruangan telah menyala sepenuhnya, Tzuyu kemudian berjalan menuju tempat remote AC untuk menyalakan pendingin ruangan dan menekan tombol untuk menyesuaikan suhu yang diinginkan,
juga tak lupa ia mengecek kebersihan ruangan tersebut,
oh juga pewangi ruangan apa berfungsi dengan baik.
Tzuyu sebentar mengedarkan pandangannya pada ruangan itu, dia merasa beruntung bisa bekerja di perusahaan ini tanpa perlu mengikuti tes seperti para calon pegawai yang akan segera melakukan tes nanti.
Berawal saat tidak menemukan seseorang yang pas untuk membantu pekerjaannya, Jeongyeon menemukan Tzuyu saat ia sedang mampir untuk makan malam kemudian melihat gadis itu bekerja sebagai kasir di resto tersebut.
Jeongyeon yang pada saat itu sedang mencari asisten tertarik dengan Tzuyu, entah apa daya tarik dari gadis Chou tersebut, dia awalnya hanya iseng menawari sebuah pekerjaan dan menyuruh gadis Chou itu untuk datang interview.
Jika dibandingkan dengan calon-calon yang pernah Jeongyeon tes, melihat Tzuyu pertama kali membuatnya menghilangkan seluruh standard ketat yang ia pasang saat membuka peluang untuk membantu pekerjaannya.
Sepertinya Jeongyeon mulai frustasi dengan dirinya yang tak kunjung menemukan seseorang yang pas pada saat itu.
Meskipun terdengar sangat keren karena pekerjaannya yang berhubungan dengan perekrutan karyawan, namun Tzuyu hanyalah seorang 'admin biasa' yang tugasnya membantu pekerjaan staff yang lain, bahkan ia harus siap menjadi 'ban serep' yang kapanpun saat dibutuhkan menggantikan posisi seseorang di sebuah pekerjaan harus siap menerima tugas dan menjalankannya dengan maksimal,
jadi Tzuyu tentu bukan menduduki posisi yang vital.
Tzuyu sadar pekerjaannya sejauh ini hanya membantu pekerja lain menyelesaikan pekerjaannya namun menurutnya itu adalah sebuah keberuntungan dalam hidup, dengan pekerjaannya tersebut sejauh ini Tzuyu dapat membiayai kuliahnya sendiri, membantu kebutuhan sekolah 2 adiknya serta setidaknya dapat mencukupi kebutuhan rumah tiap bulan, memang tidak banyak dan berlebih, namun sejauh ini, Tzuyu dapat mengandalkan seluruh gaji yang ia terima terbagi rata dan itu sudah sangat-sangat cukup baginya.
Suara dering telepon membuyarkan Tzuyu dari pikirannya yang bercabang-cabang.
"Apa sudah siap?", terdengar suara Jeongyeon dari handphone Tzuyu, "Ah ne, sudah aku juga akan meminta resepsionis untuk mengarahkan peserta tes masuk ke ruangan", jawab Tzuyu.
Jeongyeon masuk ke ruangan para peserta tes diekori Tzuyu yang membawa beberapa berkas dibelakangnya.
"Selamat pagi, perkenalkan saya Jeongyeon manager kepegawaian. Anda sekalian kemarin kami hubungi untuk mengikuti tes sebagai General Manager, adapun ketentuan selama mengikuti tes ini.." Jeongyeon terdengar tegas dan elegan saat memeperkenalkan diri dan menjelaskan satu persatu ketentuannya.
Tzuyu yang memperhatikan Jeongyeon dengan seksama menjadikan Jeongyeon pemain utama dalam pikirannya saat ini
Selain cerdas, elegan, dan ketegasan yang dimilikinya ada satu hal tentang Jeongyeon yang Tzuyu bingung dibuatnya,
Dia tak memiliki teman yang tulus disisinya, sejauh yang Tzuyu ketahui semua orang di kantor hanya baik di depan Jeongyeon, tidak ada yang tulus menjadikan Jeongyeon teman, bahkan sekedar menemaninya meminum kopi di pantry.
Semua akan mendekat hanya saat mereka membutuhkan bantuannya.
"Selanjutnya saya memperkenalkan nona Tzuyu, nona Tzuyu yang akan membantu anda sekalian selama tes berlangsung", lagi-lagi suara tegas Jeongyeon mengintrupsi Tzuyu.
"Ah ne, perkenalkan saya Tzu..",
Belum sempat Tzuyu melanjutkan bicaranya, seseorang mengetuk pintu ruangan, "maaf, saya terlambat", ujar seorang pria berperawakan tinggi dengan tatapan dingin yang muncul di balik pintu.
Jeongyeon yang mengetahui tentang pria tersebut berdiri dari tempat duduknya dan mempersilahkan pria tersebut masuk mengikuti tes ini, alih-alih melarangnya untuk pulang karena dia terlambat.
Tzuyu tahu Jeongyeon paling benci dengan kata terlambat, mungkin kali ini pengecualian.
Setelah kejadian seseorang yang tadi datang tiba-tiba dan terlambat, juga setelah Tzuyu menyelesaikan bicaranya yang tertunda, Jeongyeon mengajak Tzuyu untuk menepi ke ujung ruangan.
"Kau ingat Jeon Corp relasi bisnis yang pernah bekerja sama dengan perusahaan? pria tadi adalah anak terakhir tuan Jeon", Jeongyeon menjelaskan sedikit salah satu peserta tes tadi yang terlambat.
Tzuyu yang dijelaskan sebenarnya tidak paham mengapa hal tersebut diutarakan Jeongyeon kepadanya, pun ia juga tak ingin mengetahui lebih dalam.
Tzuyu melihat daftar hadir dari peserta tes, memang tidak banyak pelamar yang hadir karena posisi ini bukan posisi sembarangan yang bisa diisi oleh seseorang
Ya, menjadi seorang manajer yang mengatur kebutuhan dan kesejahterahan seluruh karyawan perusahaan bukan hal yang mudah dijalankan oleh seseorang, selain memenuhi sejumlah standard juga memiliki kemampuan kepemimpinan dan managerial secara baik di semua aspek yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Jari lentik telunjuk Tzuyu turun kebawah seiring mengarah pada nama-nama yang tercetak di secarik kertas, jari tersebut berhenti pada nama 'Jeon Jungkook', ia perhatikan nama beserta tanda tangan disampingnya.
Entahlah dia hanya bergumam tidak jelas kemudian melanjutkan pada nama selanjutnya dalam daftar.
Terimakasih sudah menampung kehaluan dan delulu ku ini.
Semoga berkenan membaca. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Deserve Better [JJK & CTY]
Fiksi PenggemarApakah karena memiliki perasaan yang sama lantas dua orang dapat dengan mudah bersama? Banyak hal yang yang mendasari. Salah satunya sudut pandang dan pola pikir dari keduanya. Bila hanya salah satu yang menginginkan apa masih bisa bersama? Jungkook...