"Mana lagi berkas yang harus ku pelajari Sekretaris Yoon?"
Setidaknya itu adalah kalimat pembuka setelah orang kepercayaannya berada dalam satu ruangan dengannya dan meskipun ia masih terfokus pada lembaran-lembaran penting dalam genggaman.
"Tuan, kesehatan anda terlihat sedang tidak baik-baik saja, tidakkah lebih baik mengambil istirahat beberapa hari, apa perlu saya panggilkan Dokter Lee kemari, setidaknya kita bisa tahu--"
Tak mendapat jawaban atas pertanyaannya, akhirnya pandangan tuan Jeon beralih untuk melihat sang lawan bicara yang bahkan belum tuntas menyampaikan maksudnya.
"Bukankah dokter Lee akan sama saja seperti mu Yoon? menyuruh ku beristirahat saat kau tahu persis bahwa aku tak mungkin meninggalkan pekerjaan." Tuan Jeon menghela napas sambil membenahi kacamata yang bertengger pada pangkal hidungnya.
"Tanggung jawab ku bukan hanya pada keluarga Jeon, tapi juga pada keluarga semua yang bekerja pada perusahaan ini, harapan mereka ada pada keberlangsungan perusahaan." Kemudian tangannya bergerak menaruh berkas pada meja dan mulai tertarik pada percakapan. "Atau perlu ku ingatkan lagi padamu Yoon, jika Jungkook bahkan tak mau peduli pada apa yang ku bangun dengan susah payah ini."
Kini semua nampak begitu sulit bagi pemimpin Jeon Group, di usia yang senja seperti ini tak seharusnya ia masih berkutat mengontrol semua laju perkembangan satu persatu dari perusahan.
Hubungan baik yang terjalin akhir-akhir ini tidak juga terlihat apa ia telah berhasil mengambil hati Jungkook agar mau menggantikan posisinya.
Pilihan lain juga mengecilkan harapan tuan Tuan Jeon, saat Taehyung lebih memilih Jepang sebagai tempat peruntungan suami putri pertamanya itu untuk membangun usaha.
Nayeon, tuan Jeon tak akan memberikan perusahaan sebelum gadis itu menikah. Ya, sejujurnya tuan Jeon tak begitu percaya pada kepemimpinan seorang wanita dalam perusahaan.
Atau katakan saja bahwa ia teramat sangat menginginkan Jungkook meneruskan semua apa yang diupayakannya selama ini.
Belakangan pikirannya dipenuhi sangkaan buruk . Akankah ia menutup mata saat sedang sibuk bekerja? tanpa mempunyai kesempatan untuk menimang cucu, atau bahkan sebelum melihat Nayeon dan Jungkook menikah.
°°°
Jungkook ingin menarik Tzuyu lalu menghujaninya dengan introgasi menuntut penjelasan tentang keadaan ini, tentang pengakuan Jennie dengan nada riangnya, tentang sikap gadis itu yang terlihat dingin seolah tak terjadi apapun, serta ingin pulang bersama Sehun, dengan dalih bahwa ia datang kemari karena bersama dengan pria itu.
Bagaimana pun Jungkook harus mengakui bahwa hal-hal itu telah sukses membuatnya tak dapat berpikiran baik sedikitpun pada Tzuyu.
"Jennie, telepon supir mu katakan padanya bahwa kau pulang bersama ku,"
"Apa?!"
Ada apa dengan pria kulkas ini, tadi saat aku ingin menumpang ia bersiap memesankan taxi, lalu sekarang?
Mata Tzuyu membulat merasakan perih menerima sikap Jungkook yang justru tak meredam rajukannya.
Sehun mengela napas bagaimana pun ia harus tetap menjadi yang paling realistis disini. "Tzuyu, pulang lah bersama Jungkook. Jennie-ssi aku bisa memberi mu tumpangan."
Jennie masih melirik Jungkook, hendak menunggu jawaban, namun yang ia lihat pria itu justru diam.
"Tidak perlu, aku bisa memesan taxi," ucapnya ramah menolak halus ajakan Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Deserve Better [JJK & CTY]
FanficApakah karena memiliki perasaan yang sama lantas dua orang dapat dengan mudah bersama? Banyak hal yang yang mendasari. Salah satunya sudut pandang dan pola pikir dari keduanya. Bila hanya salah satu yang menginginkan apa masih bisa bersama? Jungkook...