05.📈📈📈📈📈

8.8K 980 83
                                    

Vote, komen, follow, cheese👍.

Author Pov.

Zinnia memarkirkan motor miliknya di garasi, setelah melepas helm, dia melangkah dengan santai menuju gerbang besi garasi. Dan menarik turun pintu besi itu.

Di rumahnya yang bertingkat 4 ini sebenarnya ada Maid, dan pengurus garasi, namun Zinnia lebih suka melalukan semuanya sendiri.

"Gue ngerasa ada yang aneh di rumah Teddy bear Gue, tapi apa ya" Gumam Zinnia, jari telunjuknya menyentuh dagu.

Kakinya yang berbalut sepatu Sekolah putih menginjak jalanan setapak yang ada di halaman, matanya melirik ke arah bangku taman. Ada seorang remaja duduk dengan tenang disana.

Rambut coklat gelap yang ikal, mengingatkan Zinnia pada beruang grizzly. Gila memang.

Zinnia dengan semangat berjalan menuju remaja itu, dia memeluk remaja itu dari belakang seketika "Melo~" Sapa Zinnia dengan riang.

Remaja itu tersentak, namun tak lama tawa lembut terdengar dari bibirnya "Sheeva, kamu uda pulang" Ucap remaja bernama Melo itu hangat.

Zinnia mengangguk semangat, dia berjalan menghadap Melo dan memberikan senyum manisnya "Aku baru pulang, tadi Melo lagi tidur, jadi gatau kalau aku uda pulang" Jawab Zinnia.

Melo Mahendra Zova, Adik kembar tidak identik Zinnia, Melo memiliki wajah yang tampan, mata biru mudanya sangat indah, seperti birunya langit di siang hari, senyum di bibir ranumnya yang mungil, hangat bagai mentari pagi.

Hidungnya yang mancung bagai perosotan bermain, alisnya yang rapi dan indah, bagai di bentuk di salon. Rambut ikal coklatnya yang menggemaskan, Melo memiliki tinggi 170 Cm.

"Hhha, maaf ya, Sheeva kan tau Melo-"

Pluk.

Zinnia dengan segera menangkap tubuh Melo yang jatuh ke depan, Zinnia tersenyum lembut, dia langsung memposisikan Melo di gendongannya dan membawa Melo masuk.

Ini jawaban kenapa Zinnia sanggup menggendong Alby, itu karena Zinnia sudah terbiasa menggendong Melo. Melo memiliki penyakit yang disebut Narkolepsi, penyakit yang membuat Melo tak dapat mengatur kapan dia tertidur.

Melo sudah masuk ke dalam tahap yang parah, Melo bisa tertidur di saat yang tak tertentu, bisa disaat dia mandi, saat dia makan. Itu alasan kenapa Melo tak bersekolah secara umum. Dia di private kan di rumah.

Melo memiliki sifat yang lemah lembut, ramah dan hangat.

Melo punya teman yang tak lain adalah tetangga mereka sendiri, nama gadis itu adalah Odice Jaya Hartono.

Gadis cantik yang seusia dengan Melo. Sifat gadis itu galak, jutek dan Tsundere pastinya.

Zinnia amat sangat menyayangi Melo, dan dia tak masalah dengan Odice, karena Zinnia dan Odice itu satu server.

Odice nakal dan barbar, Odice suka tawuran sama seperti Zinnia, Odice juga suka balap liar.

Pokoknya kalau jodoh, Zinnia maunya Melo sama Odice aja. Mereka klop.

"Assalamualaikum, Maaaaamiiiiiiiiiii"
Ucap Zinnia saat memasuki rumah, Bretna yang sedang melakukan Yoga lantas terkejut.

Mendengar suara melengking milik anak gadis satu-satunya itu.

"Waalaikum sallam, kamu ini ya, bikin kaget aja" Ucap Bretna saat melihat Zinnia berjalan dengan Melo di gendongannya, btw itu di gendong ala bridal ya.

Zinnia hanya tertawa pelan dan berjalan menuju Bretna.

Dan memberikan ciuman singkat di pipi sang mami.

"Melo ketiduran di taman lagi ya" Gumam Bretna, Zinnia mengangguk singkat.

Sebelum Zinnia melangkah lebih jauh, dia terlebih dahulu mengatakan sesuatu pada Maminya.

"Sheeva mau main nanti malam Mi, bilang juga sama Melo kalau Zinnia sekalian ke Gramedia buat beliin Melo Sketchbook baru" Ucap Zinnia.

Bretna mengangguk mengiyakan, dia membebaskan apapun yang Putrinya ingin lakukan.

Kebebasan yang seharusnya dimiliki Melo, tak apa diambil alih sama Zinnia.

Namun kebebasan yang masih di tahap wajar.

Zinnia kembali melangkah menuju kamar Melo yang tak jauh dari ruang santai, terlalu berbahaya jika meletakan Melo di kamar lantai 2.

Banyak resiko yang mungkin bisa terjadi.

Setelah Zinnia selesai dengan urusan adik kembarnya, saat ini Zinnia sudah masuk ke dalam kamarnya.

Kamar yang memiliki cat berwarna abu strip putih yang elegan, Zinnia melempar asal tas miliknya.

Dia merebahkan tubuhnya di kasur Queen size yang ada di samping jendela besar, tanpa membersihkan dirinya terlebih dahulu, Zinnia memilih untuk tidur sebentar.

Tidur siang yang jarang Zinnia lakukan.

Itu karena Zinnia selalu pulang sore, bukan siang seperti ini. Ini semua karena Alby. Tak masalah sih, ini juga pengaruh positif.

"Semoga ketemu Alby di mimpi" Gumam Zinnia sebelum akhirnya terlelap dalam tidurnya.

.........

Pukul 19:15 WIB.

Seorang remaja tampan berambut pirang dan bermata keabuan, melangkah dengan tenang di dalam Gramedia, dia memakai masker dan topi.

Karena rambut pirangnya akan mencolok dan wajahnya yang tampan akan membuat kegaduhan.

"Tadi Bunda nitip apa ya.." Gumam remaja itu, dia berada di rak buku Ilmu Psychologi. Di tangannya ada 2 buku tentang penyakit mental.

Dia mengambil sebuah buku yang berjudul 'Cara mengenal tanda-tanda Autisme pada anak'

"Heum, ambil aja deh, ngitung-ngitung buat nambah ilmu" Gumam remaja itu.

Dia berjalan menuju rak buku khusus Novel, dan mengambil beberapa judul buku yang menarik perhatiannya.

Bruk!

Remaja itu tak sengaja menyenggol seorang gadis yang memakai Hodie biru dan masker, buku yang ada di tangannya terjatuh, dia mengambil buku itu terlebih dahulu, sambil meminta maaf.

"Ah Maaf ya, Gue gak sengaja" Ucap gadis itu.

Remaja tadi tersenyum dibalik maskernya.

"Gapapa kok, lain kali hati-hati ya" Jawab remaja tadi dengan nada suara yang tenang.

Gadis tadi mendongak dan mereka saling menatap.

"Sekali lagi maaf ya" ucap Gadis itu kemudian pergi menuju ke arah seorang gadis lainnya.

Remaja tadi hanya mengangguk saja, dia berjalan menuju rak buku lainnya.

"Lama ya Odice, uda dapet belum Sketch booknya?"

Gadis yang dipanggil Odice itu mendengus dibalik maskernya "Uda dapet Gue, uda yuk balik" Ucap Odice seraya menari Hodie milik Zinnia.

Iya, kedua gadis belia itu mengunjungi Gramedia yang ada di jalan Gajah Mada, tentu saja untuk membeli Sketch book dan beberapa komik.

Dan setelahnya mereka berlalu ke kasir.

"Lo mau ikut balapan gak besok?" Tanya Zinnia pada Odice, Odice yang tengah fokus pada Chattingannya dengan Melo kini menoleh.

"Apa hadiahnya cuy"

"Satu apartemen di Podomoro"

"Gue ikut"

Lumayan kan apartemen gratis di perumahan elit Podomoro, bisa Odice manfaatkan untuk keperluannya kelak.

Zinnia tak menyadari adanya tatapan dari sepasang mata keabuan milik seseorang.
































Tbc..

Syalalala, di grup ada yang bilang takut ini Sad Ending, tenang aja gak Sad End, cuma konflik biasa aja.

My Autis Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang