12.📉📉

6.3K 754 74
                                    

Vote, komen, Follow, Cheese👍. Terlebih jangan lupa Vote👍.

Author Pov.

Pukul 9:45 WIB pagi, kediaman Felix.

Zinnia masih berada di kamar Alby, dia menginap semalam dan tidur di sofa yang ada di kamar Alby, Alby sendiri belum juga bangun, tapi kata Dokter yang memeriksanya tadi dia akan bangun sebentar lagi.

"Heum, sarapan dulu kali ya" Gumam Zinnia, dia duduk di pinggir ranjang Alby, mengelus telapak tangan Alby dengan lembut.

Dia menatap Alby terlebih dahulu, kemudian bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju pintu kamar.

Papi dan Maminya sudah pulang semalam, berarti Zinnia akan sarapan bersama Orang Tua Alby. Zinnia berjalan dengan tenang dan sesekali menyapa pembantu yang dilihatnya.

"Eh Nona Zinnia, baru saja saya mau antar ini ke kamar Den Alby"

Zinnia berhenti melangkah dan berbalik, ternyata seorang perempuan berusia 45 tahunan yang mengenakan pakaian pembantu. Zinnia menunjukan senyum sopannya "Kebetulan, biar Zinnia aja yang bawa Bi" Ucap Zinnia lembut.

Bibi Margaret, lantas menganggukan kepalanya disertai senyum teduhnya "Ini Nona" Ucap Margaret seraya memberikan nampan berisi makanan itu.

Zinnia menerima nampan itu, dan kini berjalan menuju kembali ke kamar Alby.

Cklek..

Zinnia membuka pintu kamar Alby lalu masuk, tak lupa mengunci pintu terlebih dahulu, setelahnya dia berjalan dengan tenang menuju ranjang Alby.

Duduk di pinggir bawah ranjang, dan menikmati sarapannya. Dia menikmati sarapannya sambil memandang penuh kehangatan pada Alby.

Menyuapkan sesendok demi sesendok nasi gorengnya, dan setelah habis dia meminum susu hangatnya. Dan dia meletakan nampan itu ke nakas di sebelahnya.

Zinnia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi di kamar Alby, dia hendak buang air kecil terlebih dahulu.

"Smile~Sweet~sister~sadistic~Suprise~Semongkoh! TARIK SIS!!"

Abaikan saja Zinnia yang sedang menggila di kamar mandi, setelah selesai dengan rutinitas buang airnya, Zinnia berjalan menuju Wastafel guna mencuci tangannya.

Prang!

Zinnia tersentak mendengar suara pecahan kaca itu "Weeh Alby kenapaa!!" Racaunya, dia segera mematikan keran dan berjalan cepat menuju pintu.

Sekeluarnya dia dari kamar mandi, dia melihat Alby terduduk lemas di ranjang, dan gelas berisi air minum sudah pecah di lantai. Zinnia segera mendekati Alby dan membersihkan pecahan kaca itu.

"Alby, jangan turun, disitu aja ya" Ucap Zinnia perlahan, Alby mendongak dan menatap kearah Zinnia, tatapan kosongnya berubah menjadi tatapan kesedihan.

Air mata kembali menggenang di matanya, dia masih ingat tentang kemarahan yang Zinnia tunjukan padanya semalam. Selagi Zinnia membersihkan pecahan kaca, Alby hanya mampu diam dan menahan tangis.

Tangannya meremat-remat selimut, guna menyalurkan rasa takut dan sedihnya pada Zinnia, Zinnia berdiri dengan tangan yang memegang serpihan gelas.

Dia menatap lembut Alby, dan mengelus pipinya "Alby, Sheeva gak marah, maafin Sheeva ya, uda marah sama Alby semalam" Ucap Zinnia lembut, tatapannya menyendu.

Alby dengan tangan yang bergetar pelan, memegang tangan Zinnia dan memeluknya, Zinnia sampai sedikit tertarik ke ranjang akibat tarikan Alby.

"Eh Alby, Sheeva mau buang ini dulu sayang" Ucap Zinnia perlahan pada Alby, Alby menggeleng ribut.

"Eung!" Gumamnya menolak, dia menatap Zinnia dengan tatapan memohon, air matanya tak terbendung dan mengalir begitu saja.

Zinnia terenyuh, dia melepaskan pelukan Alby secara perlahan, Alby semakin menggelengkan kepalanya cepat "She-sheeva nan pe-pergi...hiks..nan ting-galin A-al-alby..la-lagi..hiks...nan" Isak Alby memohon.

Zinnia menatap lembut Alby, guna menenangkan Alby dia mencium dahi Alby dengan lembut, mencium hidung, dan kedua kelopak mata Alby yang basah, dan mencium pipi kanan Alby, kemudian dia menatap tepat ke kedua mata Alby.

"Alby, Sheeva gak kemana-mana, Sheeva cuma mau, buang ini" Ucapnya perlahan seraya menunjukan pecahan kaca di tangannya. Alby menatap pecahan itu dan kembali menatap Zinnia.

"I-ikut!" Paksa Alby, dia melempar jauh selimutnya sampai jatuh ke lantai, kemudian Alby turun dari ranjangnya, tapi baru saja dia berdiri dia sudah terhuyung ke belakang.

Tak tak.

Zinnia melempar pecahan gelas itu dan memilih menahan tubuh Alby, dia memeluk Alby agar tubuhnya tidak jatuh terhempas ke belakang. Alby meremat rambutnya sendiri dengan tangannya yang tidak di infus.

Kepalanya sangat pusing "Alby hey, jangan remat rambut kamu sayang, nanti rontok" Ucap Zinnia tenang dan melepaskan rematan Alby.

"Pu-sing, ke-kepala A-al-alby pu-sing~" Rengek Alby di bahu Zinnia, Zinnia tersenyum tenang kemudian mengelus kepala Alby perlahan, lalu mendudukan Alby di ranjangnya.

"Alby duduk disini ya, Sheeva bersihin ini dulu" Ucap Zinnia lagi, dia berhenti mengelus kepala Alby dan berjongkok, guna mengutipi pecahan itu.

Alby tak rela sebenarnya, elusan nyaman yang Zinnia berikan hilang begitu saja, dia mempoutingkan bibir pinknya dan mendengus kesal.

"She-sheeva, gak sa-sayang A-al-alby lagi" Gerutu Alby kesal, heum sepertinya dedek Alby sudah mulai sembuh ya sayang. Sheeva yang mendengar gerutuan Alby lantas tertawa pelan.

Dia bangkit dengan pecahan di tangan kirinya, menatap jenaka Alby kemudian menyeka liur di sudut bibir Alby "Sheeva sayang sama Alby kok" Ucap Zinnia geli, kemudian dia berjalan menuju sudut kamar dan membuang pecahan itu di plastik sampah.

Setelahnya Zinnia kembali ke ranjang Alby, dan duduk di sebelahnya, Alby sendiri langsung menjatuhkan tubuhnya ke ranjang dan mengambil tangan Zinnia, mengarahkannya ke dahi Alby.

"E-elus, A-alby ma-u di e-lus" Pinta Alby dengan wajah yang penuh permohonan, Zinnia melakukan permintaan itu dengan senang hati.

Kegiatan mereka di intip dari jauh, Ada Felix, Frisya dan Aldy di taman samping rumah, mengintip dari jendela kamar kegiatan mereka berdua.

"Jadi sayang, kapan kita akan membawa Alby?" Tanya Frisya.

"Nanti malam, tunggu Zinnia pulang kita akan pergi" Ucap Felix.

Frisya mengangguk, Aldy sendiri sudah tidak sabar melihat saudara gilanya itu pergi dari rumah, dan dengan begitu Aldy bisa mendekat Zinnia tanpa ada penghalang.

Pede bener lu Aldy┐('д`)┌.




















Tbc..

Syalalal.

My Autis Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang