11.📉

6.6K 777 89
                                    

Votenya..jahat bener, kayak Hermina di book sebelah. Komen, Follow, Cheese👍.

Author Pov.

Setelah meletakan Melo di kamarnya, Zinnia langsung pergi menuju rumah Alby, hatinya sesak sekali, antara dia bahagia karena Alby tak menipunya atau karena dia merasa bersalah sudah menjahati Alby di sekolah.

Tak mau membuang waktu, Zinnia mengendarai motornya dengan kecepatan maksimal, tak sabar hati ingin bertemu Alby kesayangannya.

"Setidaknya dia gak pura-pura.." Bisik Zinnia di balik helmnya, senyum manis terbentuk di wajah cantiknya itu. Dia semakin bersyukur karena jalanan tak padat dan macet, melancarkan perjalanannya.

.
.

Felix, Frisya, Aldy duduk bersama di ruang tamu, ada Leo dan juga Bretna di sofa depan mereka.

Tadi Aldy langsung pulang begitu mendapat jawaban dari Zinnia, dan setelah sampai di rumah dia melihat ada sepasang suami-istri di ruang tamu.

"Aku minta maaf Leo, Bretna atas apa yang Frisya lakukan pada Zinnia" Ucap Felix meminta maaf, dia merasa bersalah dan malu karena tak bisa mengayomi Istrinya.

Leo dan Bretna saling menatap "Yasudah, lagipula Sheeva gak papa, jadi gak masalah" Ucap Bretna tenang, Frisya menatap penuh rasa bersalah pada Leo.

"Maaf...gara-gara dendam gajelas ku.." Bisik Frisya, Leo tersenyum simpul dan mengangguk "Santuy aja mah kalau sama kami, lagian Sheeva cinta hidup sama Alby, makannya dia rela nyelametin Alby" Ucap Leo.

Kedua pihak keluarga itu sudah berhasil bercengkrama dengan hangat, yang dibahas hanya Alby saja dan Aldy dilupakan.

Apa sih bagusnya si idiot itu-Gerutu Aldy dalam hati.

Dia mendengus malas mendengar perbincangan para orang tua itu "Tapi, aku ada rencana bagus untuk mereka berdua" Ucap Leo mengintruksi, mereka nampak penasaran.

Begitu juga dengan Aldy "Rencana apa?" Tanya Felix, Leo menunjukan senyum rahasianya.

"Gimana kalau kita pisahi Sheeva dari Alby" Cetusnya percaya diri, mereka merasa rahang mereka jatuh mendengar usulan Leo.

Plak!

Bretna memukul kuat paha Leo, dengan senyum lembutnya dia menepuk paha Leo. Membuat Pria itu meringis kesakitan dan mengusap pahanya yang pasti memerah.

"Kamu cari mati sama Sheeva sayang" Ucap Bretna lembut, tatapannya teduh namun sangat dingin, membuat Leo pucat dan keringat dingin.

"Aku belum siap ngomong Ya Allah, gini loh, setidaknya jika ingin Alby dan Sheeva bersama, Alby harus bisa mengatasi Tantrum dan cara berkomunikasinya, dan dia juga harus bisa menafkahi Sheeva, jika tidak lebih baik Sheeva bersama Aldy saja" Terang Leo.

Wow...gue ada kesempatan nih-Batin Aldy.

Baik Felix maupun Frisya berfikir sejenak, kemudian mengangguk setuju "Benar, sepertinya kami harus melanjutkan pengobatan Alby di Amerika" Ucap Felix setuju.

Karena mau bagaimanapun, Putranya sudah memiliki seseorang yang dapat menerimanya apa adanya, namun bagi Felix, setidaknya Alby harus cocok dengan Zinnia.

Zinnia sempurna, cantik, pemberani, dan pintar, dan Alby itu tampan, dia cerdas namun tak banyak orang tau, dan setidaknya Tantrum Alby harus di hilangkan. Agar kehidupannya dengan Zinnia kedepannya tidak terlalu rumit.

Apalagi dengan omongan orang, pasti akan ada banyak gunjingan.

"Jadi kapan kalian akan ke Amerika?" Tanya Bretna.

"Besok, lebih cepat lebih baik, namun Aldy akan tetap disini" Ucap Felix seraya melirik kearah Aldy yang menyembunyikan senyum kebahagiaannya.

Kalau Aldy disini, sepertinya dia bisa mencoba untuk pendekatan pada Zinnia nantinya "Yasudah, dan Sheeva uda sampe, dia di pagar rumah kalian" Ucap Bretna tenang.

Dan benar saja tok tok.

Zinnia mengetuk pintu rumah di depannya, dan menunggu beberapa detik untuk dibuka.

Cklek..

"Loh? Mami"

Bretna memberikan senyum manisnya pada Putrinya itu "Kamu mau ketemu Alby kan, langsung ke kamarnya aja, Mami sama Papi lagi ada urusan sama Ayah dan Bundanya Alby, kamu gausah ikut campur ya" Ucap Bretna lembut, namun penuh dengan perintah.

Zinnia mengangguk patuh dan berjalan dengan cepat, tak mau menoleh ke arah Frisya dan Felix ataupun Aldy, biar saja dia dianggap tak sopan. Tapi tetap Zinnia merasa sakit hati di tipu.

Zinnia melangkah menuju pintu yang bercat biru, dengan perlahan dia membuka pintu kamar dan menampilkan seorang remaja yang tertidur dengan infus di tangannya.

Perban melilit di telapak tangannya, perban juga melilit di dahinya. Zinnia berjalan perlahan menuju tempat tidur yang Alby tempati. Hatinya ngilu melihat pemandangan ini, semua terjadi karena Zinnia mengabaikan Alby tadi.

Jadinya dia seperti ini, Zinnia duduk di pinggir tempat tidur, dia mengelus pelan rambut Alby yang halus kesukaannya itu.

"Alby, maafin Sheeva ya" Bisik Zinnia seraya melayangkan kecupan singkat di dahi Alby yang berperban. Zinnia tetap berada di sebelah Alby sampai malam, menunggu dengan sabar kapan Alby akan bangun.

Merasa menyesal karena sudah berkata jahat pada Alby tadi siang, sungguh Zinnia terbawa emosi, dia menatap sendu Alby, kemudian memejamkan matanya.

"Alby maaf" Lirihnya, kemudian mencium punggung tangan Alby yang di perban, kemudian mengelus tangan Alby itu.

Zinnia tak akan melakukan hal yang sama seperti tadi, cukup itu yang pertama dan terakhir.
































Tbc...

Syalalala.

My Autis Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang