15.📉📉📉📉📉

6K 746 124
                                    

Maaf nih ya, jangan suka asal nebak, kalau memang gamau baca gausah, jangan bilang alurnya mengecewakan, heh, buat alur suka-sukamu sana. Rewel banget, heran.

Author Pov.

Melo duduk dengan tenang di kursinya, sedangkan Zinnia duduk di kursi hadapannya, Melo tak tau, tapi semenjak kecelakaan yang menimpa Zinnia 5 tahun lalu, merubah sikap dan sifatnya.

Zinnia tak mau berada di rumah ketika Leo dan Bretna di rumah, dia memilih tinggal di apartemen yang di dapatnya karena menang balapan.

Dia menjadi sangat dingin, sarkas, kasar dan tidak sopan. Zinnia seakan kehilangan jati dirinya semenjak dia bangun dari koma dan mendapati Alby tak ada di sampingnya.

"Jadi Sheeva-"

"Jangan panggil gue Sheeva, Sheeva uda mati" Ucap Zinnia dingin, tatapannya menajam. Diusianya yang ke 21 tahun, Zinnia membuka usaha Club malam miliknya.

Zinnia tumbuh menjadi gadis cantik yang lebih dewasa, namun yang kurang adalah tatapan mata kosongnya, tak pernah lenyap setelah kejadian itu.

Melo menatap datar Zinnia, bukan hanya Zinnia yang berubah namun Melo juga. Sepeninggal Odice dari Jakarta 5 tahun lalu juga merubah sifatnya. Tak ada Melo yang ramah dan hangat, yang ada hanya Melo yang dingin dan diktator.

Melo bisa dikatakan sembuh dari penyakitnya, dia tak lagi sering tertidur mendadak, bahkan sekarang dia susah tidur. Melo sudah menjadi seorang Ceo di perusahaan tekstil.

Melo menghela napas malas, dia menatap datar Zinnia "Oke Zinnia, jadi ada urusan apa kamu kemari?" Tanya Melo tenang.

Zinnia bersidekap dada, dia menaikan kedua kakinya ke meja kaca di tengah mereka, Melo tak perduli karena itu sudah biasa baginya melihat kembarannya tak sopan.

"Gue mau ke suatu tempat, kalau Aldy nyariin gue bilang gue mati ya" Ucap Zinnia tenang. Melo malah menjawabnya dengan senyum sinisnya.

"Kamu ngehindar dari Aldy lagi, karena dia kembarannya Alby, dan aku juga gak setuju kalau kamu sama Aldy ataupun Alby, mereka sama buruknya" Cetus Melo dingin.

Zinnia menatap tajam Melo "Alby gak seperti Aldy, mereka orang yang berbeda namun kebetulan memiliki rupa yang sama" Tegas Zinnia, dia tak suka ada yang menjelekkan Alby-nya.

Melo memutar malas matanya "Lagipula, kenapa kamu harus pura-pura amnesia, dari Papi dan Mami sekalipun kamu masih begitu, ini sudah 5 tahun Zin" Ucap Melo.

Ya benar, saat bangun dari komanya Zinnia berpura-pura Amnesia, dia hanya mau melihat bagaimana kelakuan orang disekitarnya saat dia lupa pada kesalahan besar mereka yang sudah memisahkan dirinya dari Alby.

Dan begitu dia mulai ber akting, Aldy langsung mendekatinya, sekalipun mereka tak ada menyinggung soal Alby di depannya, seakan Alby itu tak nyata dan tak pernah ada. Dan itu menambah tingkat kebencian Zinnia pada mereka.

Hanya Melo yang tau jika Saudarinya itu ber-akting, oh ayolah, Melo sudah tau bagaimana baik-buruknya Zinnia, karena mereka satu jiwa di dua tubuh yang berbeda. Melo akan sakit jika Zinnia sakit, dan begitupun sebaliknya.

"Gue benci, disaat gue frustasi karena tak menemukan Alby, sekalipun mereka gak pernah menyinggung nama itu, dan malah mendukungku bersama Aldy, munafik" Jawab Zinnia. Melo mengangguk paham, sudahlah.

"Jadi kamu mau apa lagi?" Tanya Melo, Zinnia tersenyum lebar yang lebih mirip dengan seringaian.

"Gue mau pergi ke Amerika, mau Traveling, minta blackcard lo" Ucap Zinnia santai seraya menadahkan tangannya, Melo mendengus malas dan memberikan 3 blackcard milikya.

Diterima dengan senang hati oleh Zinnia, kemudian dia mengambil blackcard miliknya dan memberikannya lada Melo.

"Gue pake punya lo, lo pake punya gue, jadi mereka gabisa lacak keberadaan gue okey" Ucap Zinnia senang, kemudian menurunkan kakinya dan berdiri. Diikuti Melo.

Melo mendekati Zinnia dan mengelus kepalanya "Hati-hati" Ucapnya datar namun penuh kelembutan, Zinnia tersenyum simpul kemudian mengangguk.

"Siap Zova" Ucapnga santai, kemudian berjalan keluar dari ruangan, bertepatan dengan Sekretaris Melo yang baru hendak membuka pintu.

Zinnia menilisik penampilan wanita di depannya, kemeja hitam yang ketat, rok span se pahanya, make up tebalnya, Zinnia mendecih seketika dan berbalik menatap Melo.

"Zova, ganti Sekretaris lo, hari ini juga" Perintah Zinnia mutlak, Melo mengangguk patuh, sedangkan Sekretaris itu memandang terkejut Zinnia.

"Maaf ya mbak, kenapa saya harus dipecat?" Tanya Sekretaris itu tenang.

Zinnia mendengus dingin, dia mendekat "Karena lo, gapantes untuk saudara gue, setelah apa yang lo lakukan padanya dulu, sekarang lo kembali, mau lo apa hah" Ucap Zinnia dingin.

Wanita itu tersenyum lebar "Lo tau mau gue apa Zinnia, gue cuma mau Melo jatuh ke pelukan gue" Ucapnya santai.

Zinnia mengepalkan kedua tangannya, kenapa temannya yang satu itu tak kunjung kembali, sampai kapan Zinnia harus berhadapan dengan Ular betina ini.

"Zova gabakalan suka sama sampah kayak lo ini"

"Ouh, kalau gue sampah terus lo apa? Daur ulang?"

"Setidaknya gue masih perawan, gak kayak lo yang uda buka segel sebelum nikah, bitch" Ucapnya sinis.

"Nessi kamu bisa urus surat resign kamu sekarang" Ucap Melo tenang, Nessi menoleh dan memandang terkejut Melo.

"Tapi salah saya apa Pak!?" Tanya nya tak terima.

"Salah lo karena uda gangguin Zova, pergi lo"

Baik Melo, Zinnia maupun Nessi terdiam, seorang gadis berambut hitam dan bermata biru muda datang dengan seorang lelaki, Melo merasa jantungnya berdegup kencang saat ini juga.

Zinnia membelalakan matanya tidak percaya, melihat Pria yang lama pergi dari hidupnya kini berdiri dengan tenanganya tanpa ada rasa bersalah.

Bunyi ketukan sepatu terdengar mendekat, dan saat Melo mendongak, matanya terbelalak begitu saja.

"Vizra.."

"Odice..?"

.
.

Seorang Pria tampan berambut pirang dan bermata abu gelap keluar dari bandara, kaca-mata hitam menutupi matanya yang indah.

Wajahnya rupawan namun menunjukan kesan angkuh dan dingin, seringai terbentuk begitu saja saat ini.

"Sheeva.." Bisiknya senang, dia tak sabar ingin bertemu dengan Sheeva-nya lagi, dari kabar yang dia dengar dari Bundanya, Sheeva berhasil selamat.

Maka kabar baik itu menjadi motivasi untuknya agar bisa sembuh, tentu saja agar dia bisa menjadi seseorang yang pantas untuk Sheeva-nya.

Dia melangkah dengan tenang, menggeret koper miliknya menuju mobil yang jelasnya adalah milik keluarganya.

"Selamat datang kembali, Den Alby" Ucap Mang Didit, yang awalnya adalah Tukang Kebun, kini di upgrade menjadi Sopir Pribadi.

Pemuda itu tersenyum singkat "Terima kasih" Ucapnya tenang kemudian masuk ke dalam mobil, diikuti Mang Didit yang duduk dibagian sopir.

"Kita pulang atau pergi ke tempat lain Den?" Tanya Mang Didit. Alby melepas kaca-matanya dan menatap kaca mobil, kemudian senyum simpul diciptakannya.

"TM's Corps, Sheeva ada disana" Ucapnya pelan dan tenang, dia tau jika Sheeva ada disana, itu karena Melo mengirimkan E-mail padanya secara Pribadi.

Alby membantu Melo dengan mencari Odice di Amerika, sedangkan Melo membantu Alby dengan menjaga Zinnia agar tidak di dekati Pria lain.

Yah begitulah, Alby kita yang menggemaskan, Teddy Bearnya Zinnia, sudah berubah menjadi Pria tampan menawan, tak ada lagi Teddy Bear, yang ada Ice Bear.























Tbc...

Syalalalalal.

My Autis Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang