07.🎢

7.4K 861 68
                                    

Vote, follow, komen, Cheese👍.

Author Pov.

Zinnia tersenyum manis, namun perempatan siku-siku tercetak di dahinya, itu karena CaMernya, Frisya mengatakan pada Zinnia jika Alby tak boleh naik motor.

Dia bisa jatuh karena tak memakai pengaman, jadinya Alby tetap diantar naik mobil sedangkan Zinnia mengikuti dari samping.

Sebelum itu Frisya berpesan pada Zinnia untuk menjaga Alby di sekolah, tentu saja Zinnia langsung menyanggupinya "Huh, padahal gue mau berduaan sama Alby" Gerutu Zinnia.

Senyum yang tadi diukirnya kini berganti menjadi tatapan mematikan, dia memandang dingin setiap pengendara yang dilihatnya. Sampai membuat beberapa orang takut dan melaju semakin cepat.

Zinnia sesekali melirik Alby yang ada di dalam mobil, remaja itu tetap memakai serbet di sekitar lehernya, Alby sendiri sedang memandang jendela mobil.

Dia menatap kagum bangunan bertingkat yang mereka lewati, Zinnia tersenyum simpul, betapa manisnya Alby saat ini. Tak sia-sia Zinnia mendapat SP 1 karena berkelahi dengan Nessi.

Tetapi ada sesuatu yang Zinnia fikirkan sedari tadi, semalam Wawan dan memberikannya informasi saat mereka di area balap seperti biasa.

Flashback.

Zinnia duduk di motornya, jaket hitam tersampir di bahu sempitnya, Odice berdiri tak jauh darinya. Dari yang Zinnia lihat Odice sedang telfonan sama Melo.

Yasudahlah, adiknya itu bukannya nelepon kakaknya, tapi malah cewek lain yang dikhawatirkannya.

"Iya Zova, bawel banget lo ah" Ucap Odice mengakhiri perbincangannya dengan Melo. Dan berjalan mendekati Zinnia.

"Adek gue perduli banget sama lo, iri gue" Curhat Zinnia, dengan wajah pura-pura menderitanya, Odice mendecih jijik melihat ekspresi aneh Zinnia.

"Apaan sih lo" Ketus Odice, Zinnia tertawa dibuatnya.

"Oy Zin, gue ada sedikit informasi dari yang lo minta"

Zinnia menoleh, ternyata Wawan datang menggunakan motor beat miliknya ke area balap. Remaja itu memakai kemeja fanel biru yang di double dengan kaus putih.

"Oh Wawan, informasi apa yang lo dapat?" Tanya Zinnia santai, namun dia tak sabar mendengar informasi dari informannya.

Sebelum itu Wawan sedikit tak yakin ingin mengatakannya, namun dia harus memberitahu Zinnia "Zin, kayaknya Alby gak seperti yang lo kira deh" Ucap Wawan ambigu.

Zinnia mendatarkan ekspresinya, dia berdiri menghadap wawan yang bahkan hanya sebatas matanya "Katakan yang jelas" Suara Zinnia terdengar dingin sekali.

Wawan mengatur napasnya terlebih dahulu "Gue rasa Alby gak beneran autis, soalnya semalaman gue ngintai rumahnya, ada cowok yang persis banget sama Alby keluar dari rumah dan naik motor sendiri, secara logika anak autis gak mungkin bisa naik motor kan, kecuali itu motor mainan" Terang Wawan.

Zinnia terdiam, informasi yang Wawan berikan cukup membuat Zinnia sakit hati, jika benar Alby hanya berpura-pura, itu malah membuat Zinnia merasa bodoh.

Tapi Zinnia percaya pada Alby, tak mungkin Alby tega berpura-pura autis hanya untuk menipu semua orang, jadi selama Zinnia tak melihat orang yang Wawan maksud di depan matanya sendiri.

Zinnia akan tetap percaya bahwa Alby tak mungkin berpura-pura seperti itu.

"Makasih informasinya Wan, cukup sampai disini aja. Gue mau lihat sendiri ke depannya bagaimana" Ucap Zinnia tenang, dia menepuk bahu Wawan singkat.

Wawan khawatir pada Zinnia, dia akan sangat kecewa jika mengetahui fakta lainnya, bukan tentang Alby yang berpura-pura, namun tentang keluarga Alby yang sudah menipunya.

Perlu diketahui bahwa Zinnia, amat sangat benci dengan penipuan dan kebohongan. Dia akan membenci seumur hidup orang itu jika ketauan berbohong dan menipunya.

"Gak mungkin teddy bear gue bohong tentang autisme nya" Gumam Zinnia pada dirinya sendiri, namun tindakan Alby tadi siang membuatnya curiga.

Ada masa dimana Alby terlihat normal, dan itu membuat Zinnia khawatir jika dia kembali di bohongi.

"Tenang Zin, Alby bukan seperti bajingan itu" Gumam Zinnia lagi, dia tak mau terlalu berfikir. Biarkan semua berjalan sesuai arus yang mengalir.

Flashback end.

.......

Zinnia berjalan di sebelah Alby, tangan keduanya saling bertautan, sesekali Zinnia akan menyeka air liur Alby dan memberikan kecupan singkat di pipi Alby.

"Alby" Panggil Zinnia, Alby menoleh begitu mendengar suara Zinnia, dia menatap bingung Zinnia.

Kan, jika dia seperti itu, dia kelihatan normal-Batin Zinnia miris.

"Alby, Sheeva benci dibohongi, jadi jangan bohongi Sheeva ya" Ucap Zinnia lembut, Alby masih diam. Dia tidak mengerti dengan apa yang Zinnia maksud.

Alby berhenti berjalan, Zinnia juga ikut berhenti "Kenapa By?" Zinnia menatap bingung pada kekasihnya.

Alby menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca dan hidungnya mulai memerah, Zinnia tersentak panik melihat reaksi Alby.

"By kenapa!? Sheeva gak ada maksud apa-apa kok, Sheeva cuma kasih tau Alby aja" Ucap Zinnia panik dan langsung memeluk Alby, dia mengelus lembut punggung lebar Alby.

Alby menangis tanpa suara, dia hanya menggigit bibir bawahnya dan air matanya mengalir "Hiks..She-sheeva" Lirih Alby sedih.

"Kenapa Alby?" Tanya Zinnia lembut, Alby tak menjawab dan malah menarik rambut terikat milik Zinnia, sampai membuat ikatannya kendor.

Zinnia hanya mampu tersenyum pasrah menerima serangan tarikan dari Alby, ini pertanda jika Alby sedang kesal padanya. Baru sehari mereka bertemu, namun interaksi intim mereka melebihi yang pacaran bertahun-tahun.

"She-sheeva...nan ting-tinggalin..A-al-alby.." Bisik Alby teramat pelan, bahkan telinga tajam Zinnia tak bisa menjangkaunya.

"Uda ya, kita jalan lagi" Ucap Zinnia seraya melepaskan pelukan mereka, menatap lembut wajah Alby yang memerah akibat menangis. Zinnia menyeka air mata yang kembali jatuh.

Mengabaikan tatapan tak percaya yang banyak orang layangkan, Zinnia meneruskan langkahnya menuju kelas, dengan Alby yang berada di sebelahnya.

Zinnia tak menyadari, jika Wawan dan Randy memandang kalut punggung keduanya "Gimana kita harus kasih tau Zinnia, kelihatan banget dia suka sama Alby" Ucap Wawan.

Randy mengedikan bahunya "Gue gak tau Wan, gue berharap Zinnia gak kecewa sama fakta yang bakalan dia lihat suatu hari nanti" Ucap Randy.

Dan mereka berlalu menuju kelas mereka masing-masing.




















Tbc..

Syalalalla

My Autis Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang