Max hanya diam menatap jendela mobilnya. Tak berniat bersuara ataupun tidur. Pikirannya kini melayang-layang tak tentu arah. Seperti layang-layang yang pasrah ditarik ulur manusia dan jika putus tali benangnya, ia pun pasrah diterbangkan angin kemanapun angin membawanya.
Jack yang kini duduk disampingnya menatap Max dengan raut khawatir.
"Tenang. Ada gue disini." Bisik Jack pada telinga Max setelah sebelumnya ia menggenggam tangan dingin Max.
Max menoleh pada Jack dengan senyuman yang terkesan dipaksakan.
"Makasih kak.." ucapnya dan kembali fokus pada jendela mobilnya.
Tak jauh berbeda dengan mobil di belakangnya. Mobil yang ditumpangi oleh Lucky dan Biancapun terasa sunyi. Sedari tadi Bianca melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Max yaitu menatap jendela mobil. Pikirannya tak tenang dan selalu dihinggapi rasa khawatir. Khawatir yang tak dapat ia enyahkan.
"Jangan dipikirkan. Orang tuaku tidak akan macam-macam dengan Max. Mereka juga sama dengan kita. Mereka juga manusia. Mereka pasti bisa mengontrol perasaan mereka nanti." Ucap Lucky yang sesekali melirik pada sang istri, sementara ia fokus pada ponselnya.
"Semoga.."
Jeda panjang dan helaan nafas terdengar dari Bianca.
"Tapi aku tidak yakin jika orang tuamu tidak akan menyakiti Max. Aku tidak rela putra bungsuku terus menerus terluka karena mereka." Lanjutnya.
"Jangan negatif thinking. Apa yang orang tuaku lakukan di masa lalu belum tentu akan mereka lakukan kembali, apa lagi disana banyak orang-orang ternama yang datang." Sahut Lucky.
"Belum tentu bukan berarti tidak kan?"
Bianca menatap Lucky dalam.
"Sudahlah. Aku tidak mau membahasnya." Ucap Lucky memutus percakapan.
Bianca tak merespon dan lebih memilih menatap jendela kembali sembari berdoa memohon kebaikan pada Tuhan.
Tak terasa perjalanan merekapun usai. Mereka sudah sampai dikediaman mewah keluarga Anderson. Salah satu keluarga terkaya di Bandung.
Mobil yang ditumpangi oleh Max dan Jack lebih dulu sampai dan lima menit kemudian mobil yang di tumpangi Lucky dan Biancapun sampai tepat di belakang mobil yang ditumpangi Max dan Jack.
Max masih diam tak berniat beranjak sedikitpun. Justru kini ia menggigit bibir dalamnya kencang tak peduli jika bibirnya akan terluka oleh ulahnya.
"Den, kita udah sampe. Sebaiknya Den Max dan Den Jack turun. Mobil Tuan dan Nyonya juga udah sampe." Peringat Budi pada kedua majikannya sambil menunjuk mobil sedan hitam di belakangnya.
"Ya Pak." Sahut Jack setelah melihat kebelakang. Iapun menggenggam tangan Max yang masih saja terasa dingin.
"Turun yuk?" Ajak Jack.
Max masih diam menatap sendu sang kakak.
TOK TOK TOK TOK!
Suara ketukan pada jendela mobil mereka membuat Max dan Jack spontan menoleh.
"Kenapa kalian tidak turun. Kita sudah hampir terlambat. Orang-orang pasti sudah datang dan ada di dalam semua. Ayo turun!" Perintah Lucky.
"Ya Dad." Jawab Jack lalu menoleh pada Max.
"Yuk !" Ajaknya pada Max.
Max mengangguk pasrah. Mereka berempatpun masuk.
Suasana ramai dan mewah menjadi pemandangan pertama yang mereka lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLETS??? (TERBIT) ✔
Teen Fiction(Follow Dulu Sebelum Baca) 🤗 Sebagian isi cerita dihapus untuk kepentingan penerbitan di FAQIH PUBLISHING 💖 Yuk, di order Rp 85.000 (belum termasuk ongkir) 🤗💖 Rank #1 - jantung (29092021) Rank #1 - persaudaraan (04062021) Rank #1 - teenfictions...