"Nyonya, sebaiknya kita pulang. Saya takut Nyonya kelelahan." Saran Inem yang dijawab gelengan pelan dari Rose.
"Tidak Inem. Aku tidak ingin pulang sebelum bertemu dengan cucuku."
Inem menghembuskan nafasnya pelan.
CKLEKK!
Suara pintu mengalihkan atensi mereka berdua dan segera berdiri dari duduknya. Rose menghampiri Lucky dan Bianca.
"Nak, bagaimana keadaan cucu Mamih? Dia baik-baik saja kan? Apa Max sudah sadar?"
Lucky menatap Rose datar. Sejak Lucky datang, Lucky tidak menyapa Rose sama sekali.
"Cucu mana yang Mamih maksud? Bukankah Mamih tidak pernah menganggapnya sebagai cucu Mamih?"
Rose menggelengkan kepalanya ribut. Ia lalu memegang tangan sang putra.
"Maaf..maafkan Mamih, nak. Mamih jan__"
Lucky menepis tangan Rose.
"Kami mau ke kantin. Tolong jangan ganggu putra bungsu kami. Jika Mamih memang ingin disini silahkan tapi jangan pernah masuk ke kamar rawat putraku. Aku tidak mau Max collaps setelah melihat Mamih karena aku tahu Mamih hanya menambah sakit anakku saja." Ucap Lucky sambil menarik pelan tangan Bianca dan pergi menuju kantin.
"Nyonya.." panggil Inem pelan. Ia khawatir melihat sang majikan terdiam dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
Rose melangkah mendekati kaca kecil yang ada di pintu kamar rawat Max. Ia melihat Max yang masih belum sadarkan diri berada didalam di temani Jack disampingnya. Tapi tiba-tiba kedua mata Rose berbinar saat ia melihat Jack beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar mandi.
"Ayo kita masuk." Ajak Rose.
"Tapi Nyonya__"
"Shusttt..jangan berisik." Potong Rose.
CKLEKK!
Rose masuk diikuti Inem dibelakangnya. Rose terkejut, menatap Max miris.
"Apa selalu seperti ini setiap Max collaps?" Batin Rose.
Iapun menghampiri Max yang terbaring di ranjang lalu mengusap kepala Max pelan takut jika pergerakan yang ia lakukan mengenai beberapa peralatan medis yang ada disana. Iapun meneliti setiap inci tubuh Max dimana wajah Max sebagian masih tertutup oleh masker oksigen dan beberapa kabel berwarna warni yang masih menghiasi dada Max menyembul keluar dari pakaian rumah sakit yang dikenakan Max.
"Maafkan Omah, sayang.." ucapnya lirih memegang tangan Max pelan. Air matanya kini semakin deras mengalir bahkan ada yang jatuh ke tangan Max.
"Eunghh.." lenguh Max.
Rose langsung menggenggam tangan Max.
"Max..cucu Omah..kau sudah bangun sayang.."
Max mengerjapkan kedua matanya pelan berusaha membiasakan cahaya yang masuk ke matanya. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Menatap langit-langit lalu menoleh kesamping dimana Rose berada disana. Max berjengit kaget.
"Max sayang.. apa yang sakit nak? Katakan pada Omah."
"Omah.."
Rose mengangguk.
"Iya, ini Omah sayang. Ini Omah..hikshiks."
Max mengusap air mata Rose.
"Ja..ngan mena..ngis.."
Rose semakin terisak.
"Kenapa? Kenapa Max menolong Omah? Kenapa nak..?"
Max tersenyum dibalik masker oksigen.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLETS??? (TERBIT) ✔
Teen Fiction(Follow Dulu Sebelum Baca) 🤗 Sebagian isi cerita dihapus untuk kepentingan penerbitan di FAQIH PUBLISHING 💖 Yuk, di order Rp 85.000 (belum termasuk ongkir) 🤗💖 Rank #1 - jantung (29092021) Rank #1 - persaudaraan (04062021) Rank #1 - teenfictions...