"Kenapa? Kok diem? Lagi mikirin omongan gue ya? Ini fakta kok. Coba aja lo liat diri lo sendiri. Ada yang mirip gak sama mereka? Gak ada kan?"
Max terdiam tubuhnya kini terasa lemas, pikirannya juga sudah meliar kemana-mana ditambah tadi saja ia sudah lelah mengerjakan tugas dari Rose.
"Dari segi manapun lo tuh gak ada mirip-miripnya sama Om Lucky, Tante Bianca apalagi sama Kak Jack."
Gilang berjalan pelan memutari tubuh Max yang kini terdiam mematung.
"Golongan darah lo aja beda sama mereka. Masa lo masih mau nyangkal sih?"
Max mencengkram dadanya pelan rasa sesak mulai menyerang. Ia membenarkan semua ucapan Gilang. Dia memang berbeda dari semua anggota keluarganya.
Gilang tersenyum miring saat dilihatnya Max sudah terlihat semakin pucat dengan mata yang sudah berkaca-kaca dan nafas yang tersengal-sengal.
"Oke gue beberin satu persatu fakta tentang lo. Biar lo sadar diri kalo lo bukan bagian dari keluarga Anderson."
Max menarik nafasnya pelan. Berharap rasa sesaknya menghilang. Ia tak mau tumbang sebelum mendengar fakta tentangnya dari Gilang.
"Abis kak Jack lahir, Tante Bianca tuh gak bisa hamil lagi tapi tiba-tiba tiga tahun kemudian dia bawa bayi yang gak jelas asal usulnya yaitu lo. Yang gue tau sih mereka ngangkat lo jadi anak karena kasian ngeliat kondisi lo yang udah sakit dari lahir. Ya intinya mereka kasian karena lo penyakitan tapi Omah sama Opah jelas lah gak setuju, seluruh keluarga besar Anderson juga sama. Semuanya gak ada yang setuju termasuk Nyokap Bokap gue."
Semakin lama Max merasa oksigen yang ia hirup semakin menjauh. Cengkraman di dada kirinyapun semakin kuat.
"Ini gue gak ngada-ngada ya, Nyokap Bokap gue sendiri loh yang ngomong."
Air mata Max pun akhirnya turun juga tak mampu lagi terbendung dan itu membuat Gilang terkekeh sinis melihatnya.
"Cengeng banget sih lo jadi laki." Ejeknya sembari menepuk pipi Max berkali-kali.
"Jadi sekarang, lo tau kan lo tuh siapa? Lo tuh bukan siapa-siapa disini. Lo tuh cuma a-nak pu-ngut.." bisik Gilang tepat di telinga Max.
"Bye anak pungut.."
Gilang lalu pergi dari sana meninggalkan Max yang menangis sendirian.
🐣🐣🐣
"Mana? Kata Bang Guntur Papih dateng?" Bingung Marco saat ia berada di depan minimarket.
"Gue disini."
Marco langsung menoleh ke belakang.
"Dirga? Lo?"
Dirga menepuk pundak Marco.
"Iya ini gue. Lo kerja disini?" Tanya Dirga.
"Iya tapi..tar dulu tadi kata Bang Guntur yang dateng itu Bokap gue tapi kok malah lo?" Bingung Marco.
"Oh."
Marco mengernyit.
"Ga kok oh doang sih?"
Dirga tak menjawab, ia justru pergi ke arah kursi tunggu yang ada di depan minimarket lalu duduk disana.
"Duduk. Capek kalo berdiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIPLETS??? (TERBIT) ✔
Fiksi Remaja(Follow Dulu Sebelum Baca) 🤗 Sebagian isi cerita dihapus untuk kepentingan penerbitan di FAQIH PUBLISHING 💖 Yuk, di order Rp 85.000 (belum termasuk ongkir) 🤗💖 Rank #1 - jantung (29092021) Rank #1 - persaudaraan (04062021) Rank #1 - teenfictions...