37. Bahagia itu Sederhana

694 80 72
                                    

Mobil yang dikendarai Lucky dan Max akhirnya sampai juga di halaman rumah kedua orang tua Lucky.

"Awas, pelan - pelan turunnya."

Max turun dibantu Lucky dan supirnya. Setelah turun ia melihat supir Lucky yang bernama Joko mengeluarkan kursi rodanya.

"Dad..Max tidak perlu pakai kursi roda ya?" Mohon Max. Sungguh ia tidak suka memakai kursi roda. Kakinya kan masih bisa bergerak, begitulah pikirnya.

"Baiklah, tapi Daddy gendong ya?"

Max membulatkan kedua matanya lucu.

"Hah? Max tidak salah dengarkan? Daddy mau menggendong Max?"

Lucky mengangguk, gemas juga melihat ekspresi Max. Ia lalu berjongkok membelakangi tubuh Max.

"Ayo naik Dek."

Max mengerjapkan kedua matanya.

"Hah? Adek? Gue dipanggil Adek sama Daddy? Gue mau digendong Daddy? Ini mimpi ya? Gue mimpi ya? Gue halusinasi ya?" Monolog Max dalam hati. Ia lalu  mencubit lengannya kencang.

"Aww..!" Ringis Max.

Lucky yang mendengar Max meringis seketika berbalik dan langsung bangun menghampiri Max.

"Kenapa Dek? Kenapa? Apa yang sakit? Katakan pada Daddy?" Panik Lucky.

Max terdiam. Ia menatap wajah Lucky dalam.

"Dek? Hey kamu kenapa?" Panik Lucky sambil sedikit mengguncang bahu Max pelan dan mengusap kepala Max lembut. Tiba - tiba terdengar suara isakan keluar dari mulut Max membuat Lucky kaget dan semakin dilanda panik.

"PAK JOKO! KITA KEMBALI KE RUMAH SAKIT SEKARANG!" Teriak Lucky panik.

GREPP!

"Dek.." bingung Lucky.

Lucky benar - benar terkejut saat Max tiba - tiba memeluknya erat.

"Hikshikshiks..Daddy...hikshiks."

Lucky membalas pelukan Max sambil mengusap kepala dan punggung Max pelan.

"Dek..kenapa? Mana yang sakit katakan pada Daddy?" Tanya Lucky lagi.

Max semakin menelusupkan tubuhnya ke dalam pelukan Lucky.

"Ini nyata bukan sih Dad? hikshiks.. kalau ini cuma mimpi tolong jangan bangunin Max. Hikshiks.. Max suka dipeluk Daddy kayak gini..hikshiks..Max suka dimanja Daddy kaya gini..hikshiks.. Biarin begini terus ya Dad, biarin Max mimpi terus. Max lebih seneng kaya gini.. hikshiks..."

Tak terasa setetes air mata turun dari ujung mata Lucky. Sungguh semua perkataan Max begitu terdengar memilukan.

"Apa selama ini aku begitu jahat?" Batin Lucky.

"Daddy, maafin Max. Hikshiks..Max tau selama ini Max cuma jadi beban Daddy..hikshiks..Maaf.."

Lucky merenggangkan pelukannya dan melihat pipi dan hidung Max yang sudah memerah dan basah serta mata yang terlihat sembab.

"Shusstt sudah ya.. sudah, jangan menangis terus. Max ti__"

Belum selesai Lucky berbicara, Max sudah memotongnya.

"Maaf Dad.. hikshiks...Max tarik ucapan Max lagi." Ucap Max sambil menggeleng - gelengkan kepalanya ribut.

Lucky mengernyitkan dahinya bingung.

"Daddy gak usah manjain Max eh maaf maksud Max Daddy tidak perlu memanjakan Max, tidak perlu memeluk Max hikshiks..Cukup satu, tolong anggap Max ada jangan anggap Max manusia transparan, hantu atau makhluk yang tak kasat mata lagi, tolong anggap Max selalu ada Dad dan jangan hukum Max lagi di gudang..hikshiks..Max ta__"

TRIPLETS??? (TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang