12.Kesan Pertama.

12 3 1
                                    


***

"Jadi nggak?" Tanya Argo pada sang pacar.

"Jadi dong."

Ya, argo memang sudah berniat akan membawa Syaila kerumahnya siang ini. Bahkan sang pacar pun sudah membawa kue coklat senjatanya!

Syaila membuka kotak bekal warna birunya dan tampak beberapa potong kue cokelat.

"Aku bahkan udah siapin ini." Pamernya.

"Buat apa?" Goda Argo.

"Buat bunda kamu dong, kalo kata mama kan lebih baik bawa sesuatu. Biar kesan pertama ketemu nggak terlalu jelek." Jelasnya.

"Kamu nggak akan jelek." Gencarnya semakin menggoda.

"Kesannya Argo." Katanya mulai kesal.

Argo terkekeh kecil. Ia pun segera menggenggam tangan Syaila dan mulai berjalan kearah parkiran sekolahnya.

"Ajarin naik motor dong." Ucap Syaila iseng.

"Masak naik aja minta diajarin." Balasnya terkekeh.

"Serius." Gerutunya lagi.

"Aku dua kali serius."

"Lagi nggak mood bercanda go." Lerainya pasrah.

Argo tersenyum kecil dan memakaikan helm ke kepalanya kemudian mengacak-acak rambut Syaila.

"Ayok." Ajaknya.

***

Tak lama Argo memasuki gerbang rumahnya dan keluarlah wanita paruh baya berambut pendek membawa selang air.

Syaila pun melepas helm nya kemudian segera mendekat kearah bunda Argo yang tersenyum kearahnya.

"Syaila ya?" Tanya bundanya tersenyum.

"Iya tante." Balasnya sopan.

"Jangan panggil Tante, bunda aja. Kan mau jadi calon mantu." Cegah bundanya.

Argo tersenyum hangat, ia sudah mengira bahwa sang bunda akan menyukai syaila.

"Ayo masuk nak," ajak bundanya merangkul Syaila masuk ke dalam.

"Semoga ini awal yang baik."

***

Syaila duduk di sofa ruang tamu bersebrangan dengan Argo, ia nampak menahan kegugupannya.

Argo pun juga mengerti bahwa sang pacar tengah gugup sekarang, hal itu terlihat saat Syaila terus menerus memeras pergelangan tangannya sebelah kiri.

Itu adalah salah satu ciri khas nya.

"Gugup banget?" Tanya Argo memecahkan keheningan.

"Nggak kok." Balasnya sambil tersenyum.

Argo mendekat ke Syaila dan meraih tangan sang pacar. Ia tersenyum manis, senyum yang menenangkan orang yang akan melihatnya.

Syaila pun membalas senyumnya. Ia pun membalas tatapan teduh Argo.

Tak lama bunda Argo datang membawa nampan berisi tiga cangkir teh hangat dan camilan disampingnya.

"Minum dulu nak," ucap sang bunda mencairkan suasana.

"Iya bunda, makasih." Jawab Syaila tersenyum.

"Makasih bunda." Balas Argo ikut-ikutan.

"Udah berapa lama pacarannya?" Tanya bundanya.

Argo berdeham kemudian menjawab,

STORY SYAILA || Sepetik Bunga Tulip. [ HIATUS ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang