#Lia? Siapa?

35 33 10
                                    

...☜☆☞...


"Osi" panggil Haechan. Suaranya mendadak menjadi dingin.

Osi hanya ber-hm malas melirik kearah haechan dengan kedua tangan tetap didalam saku hoodie.

"kamu tau gak, biasanya setiap didalam kompleks itu ada rumah berhantu?"

"kagak" dengus Osi. Nada suara sama, menatap malas orang disampingnya yang tengah bercerita ini. Dapat ia tebak haechan berniat untuk menakutinya dengan cerita horor. Osi kembali mendengus, kemudian memandang jalanan didepan yang agak sepi.

"gue serius loh. Biasanya rumah itu terletak dinomor 13, dan juga memiliki pohon beringin. Liat noh, itu pohon udah tua banget" ujar haechan seraya menunjuk pohon depan rumah nomor 13 didepan mereka.

"katanya itu pohon sudah banyak penghuni kalau akarnya sudah keluar tanah"

"Serius lo si" sekarang suara haechan terdengar serak. Hampir tak terdengar karena suara sebuah mobil yang melintas dan jadi terkesan dingin

"Lariiiiii!!!" ia berteriak seketika tepat ditelinga Osi begitu melirik kepohon beringin.

"Haechan!"

Wajah Osi yang memang notabanenya putih, menjadi semakin pucat karena haechan ngibrit tepat didepan pohon beringin besar yang berakar menjuntai kebawah itu.

"echaaan!!" isak Osi ditengah lari yang semakin kencang. Rambut yang tadi sangat rapi jadi berantakan karena terguncang.

...

"haechan jangan lari-lari. Tungguin gue" dengus Osi memelankan langkah. tak lama ia sepenuhnya berhenti dan membungkuk memegangi lutut karena kelelahan. Nafas asap yang keluar dari hidungnya terus menderu-deru tak beraturan.

Begitu lelah ia karena tak berhenti berlari sejak didepan rumah nomor 13 sampai ke area supermarket.

Haechan juga ikut berhenti beberapa meter dari tempat Osi tak lama setelahnya, ia berdiri tegak dengan tangan yang berkacak pinggang.
"ayo cepatan. Itu supermarketnya sudah ada didepan" tunjuk Haechan.

Osi berjalan perlahan. Sesekali ia menekan dada karena nafasnya masih tak beraturan. "ngeselin banget kamu chan" Osi mendengus sambil memukul lengan haechan.

Ia melirik supermarket didepannya sebentar, kemudian menghampiri kursi dekat trotoar dan duduk disana.

kembali menghela nafas penat.

Haechan mengikutinya dan juga merebahkan diri disamping Osi.

Sesaat Osi mendengus menyingkirkan tangan haechan yang menggaet santai dibahu dan ia refleks memukul bahu haechan karena tubuh bongsor pemuda disampingnya ini mengisi hampir separuh kursi.

Haechan hanya melirik sebentar sebelum mendongkakkan wajah kearah langit.

"capek ya. Kamu juga capek kan?"

"ngapain juga sih lari-larian gak jelas. Gak mempan kalau niatnya nakutin gue"

"dih. Tadi kamu juga ikut lari ngibrit"

"ya gue kan cewek, Masa gue matung aja pas ditinggal sendiri. apalagi ditempat sepi" Osi mendengus. "kalau dipikir-pikir lagi, kamu ini memang gak ada akhlaknya ya"

"iya-iya. Maafin gue deh~"

"kagak, maafnya ketinggalan pas kita lari tadi. Jemput sendiri" ujar Osi dengan melipat tangan, kemudian membuang muka.

Haechan memasang wajah sedikit terisak namun menjengkelkan, ia perlahan berdiri dan mengulurkan tangan. "Osi... Maafin dong" ujarnya tetap menanti Osi yang kini membenarkan surai.

Make A Wish : HILANG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang