"Kara."
"Bangun cepat!" Asaka menarik selimut yang menutupi tubuh Angkara.
"Ishh... Kenapa sih Ka, masih pagi juga?!" dengus Angkara karena tidurnya di ganggu.
"Sepedahan yuk. Cuaca pagi ini cerah banget."
"Nggak mau lagi mager!"
Mendapat penolakan dari Angkara, membuat Asaka menarik kaki Angkara hingga membuat Angkara hampir terjatuh dari kasurnya.
"Aaaa Saka!"
"Makanya cepat bangun."
"Maksa!" kesal Angkara lalu beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka.
"Aku tunggu di bawah ya, Ra," triak Asaka ketika Angkara sudah menutup pintu kamar mandinya dengan keras.
Kini keduanya, sudah berada di taman dengan membawa sepedahnya masing-masing. Taman ini lebih ramai dari biasanya, mungkin karena sekarang weekend jadi banyak orang berolahraga disini termasuk Angkara dan Asaka.
Angkara sangat menyukai pagi ini, cuaca yang sangat cerah dengan Asaka yang berada di sampingnya.
"Saka berhenti."
"Kenapa Ra?" tanya Asaka yang ikut memberhentikan sepedanya.
"Istirahat dulu ya, aku mau haus."
"Baru juga sebentar Ra kita goesnya."
"Iya udah kalau kamu mau lanjut sana sendiri!"
Angkara lebih dulu turun dari sepedanya dan pergi menuju penjual minuman. Mau tak mau Asaka juga mengikuti Angkara dengan turun dari sepedanya.
"Kamu mau gak?" tawar Angkara ketika Asaka sudah berdiri di sampingnya.
"Boleh."
"Dua ya Pak aquanya."
"Makasih Pak," ucap Angkara sembari memberikan uang pada bapak penjualnya.
Angkara dan Asaka duduk di salah satu kursi taman yang berada di bawah pohon besar. Keduanya langsung meleguk Minumannya dengan rasa haus.
"Katanya gak haus," sindir Angkara melihat Asaka yang menyisakan air nya setengah botol.
"Aku gak bilang gitu."
"Tapi tadi nolak di ajak beli."
"Kapan? Buktinya sekarang aku beli."
"Iiih Saka! Mulai deh ngeselinnya."
"Hahaha," tawa Asaka yang membuat air di mulutnya muncrat pada Angkara.
"Saka jorok ih!" refleks Angkara menghapus air di wajahnya dengan kaos Asaka di bagian tangannya.
"Haha kamu lebih jorok, masa lap muka pake baju bekas keringat aku."
Sadar dengan apa yang telah di lakukannya tadi, membuat Angkara makin kesal.
"Plis deh Ka, jangan ngerusak mood pagi aku."
"Aku gak ngerusak ya, kamu sendiri yang ngerusaknya."
Angkara mengerucutkan bibirnya dan itu membuat Asaka gemas melihatnya. Asaka menarik kedua pipi Angkara hingga Angkara kesakitan.
"Aaaa," refleks tangan Angkara memukul kedua tangan Asaka sampai Asaka melepaskan cubitan pada pipinya.
"Sakit tau!" Angkara mengelus-elus pipinya yang meninggalkan bekas merah.
"Habis kamunya gemesin Ra."
"Tapi gak usah di cubit juga, kan sakit."
"Maaf ya." Asaka mengelus-elus pipi Angkara, berharap rasa sakitnya menghilang.
***
Sepulang dari taman, Angkara langsung membersihkan tubuhnya. Ia baru saja keluar dari kamar mandi dan langsung memakai pakaian santainya.
Rambutnya yang basah membuat Angkara mengeringkannya dengan handuk terlebih dahulu. Di tengah kegiatannya, dirinya tidak sengaja menarik rambutnya.
"Aww," ringisnya.
Angkara dibuat bingung, padahal ia menarik rambutnya sedikit tapi mengapa banyak rambut rontok di tangannya.
Angkara tak mengambil pusing, mungkin secara tak sengaja ia menarik rambutnya banyak.
"Kara," panggil Anggara di sebrang pintu.
"Kenapa Mas?"
"Turun, kata Mama kamu belum sarapan."
"Iya sebentar lagi Kara turun."
***
"Ayo habisin sarapannya," ujar sang Mama yang tengah merapihkan piring untuk dicuci.
"Biar Kara aja Mah yang cuci piringnya."
"Nggak apa-apa, kamu kan lagi sarapan."
"Habis sarapan Kara kerjain."
Uhuk...
Mendengar Kara batuk, membuat Mamanya membawakan air minum untuknya.
"Pelan-pelan dong makannya, ini minum dulu."
Baik Angkara maupun Mamanya dibuat terkejut saat melihat telapak tangan Angkara yang meninggalkan bercak darah, dan darah itu berasal dari mulutnya.
"Kara, kamu kenapa?" panik sang Mama dengan melihat-lihat wajah anaknya.
"Kenapa Mah?" tanya sang Papa yang menghampiri keduanya.
"Kara Pah, batuknya ngeluarin darah!"
Papanya ikut terkejut ketika melihat darah di telapak tangan Angkara.
Angkara langsung meminum air yang sebelumnya diberikan oleh mamanya.
"Mama sama Papa gak usah khawatir. Kara gak apa-apa, mungkin karena aku makannya gak hati-hati jadi ke gigit bibirnya."
"Kamu serius gak apa-apa sayang?" tanya sang Mama yang masih nampak khawatir dengan kondisi anaknya.
"Iya Mah," jawab Angkara meyakinkan.
"Lain kali hati-hati ya makannya," pesan sang Papa yang di angguki Angkara.
###
VOTE 🌟 DAN KOMENNYA🗨 JANGAN LUPA:)💚
KAMU SEDANG MEMBACA
ASAKA ANGKARA (TAMAT)✔️
Teen Fiction⚠[DAHULUKAN FOLLOW] Tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan. Jikapun ada, pasti diantara keduanya ada yang menyimpan rasa lebih. Apakah semua itu berlaku juga bagi ASAKA dan ANGKARA? 🥇 #1 musimhujan (291020) 🥇 #1 Langitsore (02...