"Kara cepet turun, Saka udah datang nih," triak sang Mama dari lantai bawah.
Tak lama munculah Angkara yang baru turun dari lantai dua dengan seragam yang sudah terpasang di tubuhnya.
"Ini masih pagi Saka."
"Mama sengaja minta Saka buat datang pagi, biar dia bisa ikut sarapan bareng kita."
"Gimana sekolah kalian?" tanya sang Papa pada Angkara dan Asaka di sela makannya.
"Lancar-lancar aja Om."
"Om harap, sekarang kalian hanya fokus pada pelajaran."
"Maksud Papa?"
"Kalian harus belajar dulu yang benar jangan mikirin hal-hal lain, apalagi pacaran."
"Om kayak Bunda aja," timpal Asaka.
"Kita kan udah gede, udah boleh dong kalo pacaran."
"Kara, dimata Papa kalian berdua itu masih kecil. Masih banyak pelajaran yang harus kalian mengerti. Jika tidak, kalian akan salah langkah nantinya."
"Dengar tuh," timpal Anggara.
"Yeeu... mentang-mentang udah di ijinin pacaran," cibir Angkara pada kakak laki-lakinya.
"Walaupun Papa udah ngijinin Anggara pacaran, tapi ada batasan-batasan yang harus dia ingat."
Papa Angkara sebenarnya baik, namun kebaikannya itu ia salurkan melalui ketegasannya.
Setelah selesai sarapan, Angkara dan Asaka berpamitan untuk pergi ke sekolah.
Hari ini cuacanya sangat cerah. Tanaman yang masih terselimuti embun dan angin yg berhembus dengan sejuknya. Sampai membuat Angkara memejamkan matanya dan merentangkan kedua tangannya di atas motor.
"Hah."
berulangkali Angkara menarik dan membuang napasnya. Mencoba untuk menghirup dan menikmati oksigen pagi hari yang menyegarkan.
"Pegangan Ra nanti jatuh," tegur Asaka di tengah menyetir motornya.
"Cuacanya sangat menyegarkan Ka, aku suka."
"Iya sama. Cepat pegangan aku mau ngebut."
"Ihhh jangan ngebut, aku gak suka."
"Biar cepat sampainya Ra."
"Aku mau lama-lama dijalannya, masih mau menikmati udara menyegarkan ini."
Tangan Angkara masih merentang ke udara dengan matanya yang kembali di tutup.
"Pegangan. Aku mau cepat-cepat ketemu Ajeng."
Dalam sekejap mood Angkara berubah jadi buruk. Yang awalnya ia semangat pergi sekolah kini ucapan Asaka mematahkan api semangat dalam dirinya.
Kenapa Asaka harus mengatakan hal itu pada pagi cerah ini.
Setibanya di sekolah, Angkara langsung turun dari motor setelah Asaka sudah memberhentikan motornya di tempat parkir. Angkara langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun pada Asaka, bahkan biasanya dia menunggu Asaka terlebih dahulu.
"Kara!"
Panggilan Asaka tidak digubris oleh Angkara yang sudah berjalan semakin jauh.
Asaka menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Dia kenapa sih, dalam satu waktu sikapnya bisa berubah dengan cepat."
"Muka kamu kenapa Ra?" tanya Ajeng yang melihat Angkara datang dengan wajah masamnya.
"Aku gak apa-apa."
"Asaka kemana? gak masuk lagi?" tanya Ryan.
"Ke laut," jawab Angkara asal.
"Kara, kamu kenapa sih?" tanya Asaka yang baru datang.
"Kalian kenapa lagi sih. Berantem?"
"Tau nih Kara, tiba-tiba aja cuekin gue."
"Udah deh Ka, hari ini aku lagi gak mau ngomong sama kamu."
"Kamu kenapa sih tiba-tiba gini, perasaan tadi pagi baik-baik aja."
"Ya sekarang juga aku baik-baik aja."
Ryan menahan Asaka yang akan menjawab ucapan Angkara. Jika tidak, pasti akan menjadi masalah yang tidak akan ada ujungnya.
###
J
ika ada laki-laki yang tidak peka, itu pasti ASAKA!
Jangan lupa vote dan komentarnya ❤
Authornya pengen cepet-cepet END. Jadi, kemungkinan akan Up setiap hari. 😅
Pantengin trus ya ceritanya, jangan sampe ketinggalan😁
KAMU SEDANG MEMBACA
ASAKA ANGKARA (TAMAT)✔️
Novela Juvenil⚠[DAHULUKAN FOLLOW] Tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan. Jikapun ada, pasti diantara keduanya ada yang menyimpan rasa lebih. Apakah semua itu berlaku juga bagi ASAKA dan ANGKARA? 🥇 #1 musimhujan (291020) 🥇 #1 Langitsore (02...