27

494 31 0
                                    

Jangan berjanji jika tidak bisa menepati. Karena, janji dibuat untuk ditepati bukan diingkari.   -Angkara







Jam sudah menunjukan pukul 00:00. Angkara belum juga tidur. Sebenarnya bukan karna tidak bisa tidur tapi Angkara sengaja menahan rasa ngantuknya. Ia tengah menunggu ucapan pertama dari Asaka. Namun,waktu tetap berjalan. Sudah pukul 12 lewat Angkara belum mendapatkan apapun. Ponsel yg sedari ia simpan di dekatnya tidak kunjung berbunyi.

Hingga tak terasa rasa ngantuknya semakin berat dan Angkara tidak dapat menahannya lagi.

***

Huacim.

Huacim.

Bulu yg terus menggelitiki hidungnya membuat Angkara terus-terusan bersin. Penasaran dengan apa yg telah mengganggu tidurnya, Angkara memaksakan membuka matanya. Dan alangkah terkejutnya ketika Papa, Mama dan Anggara berada di kamarnya dengan membawa bolu ulang tahun dengan lilin yg menyala. Dengan diiringi lagu selamat ulang tahun.

"Happy birthday Kara."

"Happy birthday Kara."

"Happy birthday Happy birthday Happy birthday Angkara."

Bangun tidurnya di sambut oleh nyanyian ulang tahun. Dan itu membuat Angkara terharu dengan apa yg telah keluarganya lakukan untuknya.

"Ayo-ayo tiup dulu lilinnya. Sebelum itu make a wish dulu."

Angkara menurut dan langsung meniup lilinnya dengan satu tiupan.

"Yeeeay." semuanya bertepuk tangan bahagia

"Selamat ulang tahun Sayang." satu kecupan mendarat di kening Angkara dari Mamanya.

"Makasih Mah."

"Happy birthday putri cantik Papa. Nggak terasa usia kamu semakin bertambah Ra." Angkara juga mendapatkan kecupan dari Papa tercintanya.

"Makasih Papa Gantengku."

"Selamat ulang tahun adik kesayanganku, semoga di umur yg sekarang, apa yg kamu inginkan bisa terwujud." ucap Anggara lalu memeluk Angkara singkat dan menciumnya.

"Amin... Makasih Mas Gara."

"Makasih buat semuanya."

"Sama-sama Sayang."

"Jadi tadi Mas Gara gelitikin hidung aku pake kemoceng itu?" tunjuk Angkara pada kemoceng yg berada di tangan kanan Anggara

"Haha iya. Gimana rasanya?"

"Sini gantian biar Mas Gara tau rasanya."

"Udah-udah. Kara sekarang kamu cepet mandi terus siap-siap. Nanti Bunda sama Saka sebentar lagi kesini."

Iya, Angkara baru inget. Ia belum mendapat ucapan dari Asaka.

"Yaudah Kara mandi dulu." Angkara beranjak dari kasur dengan semangat, ia tak sabar menerima ucapan dari sahabatanya, Asaka.

***

Ini sudah waktunya makan bersama. Namun Asaka belum datang juga. Angkara sudah mendapat ucapan dari semuanya termasuk Bunda, hanya Asaka yg belum memberikan ucapan padanya.

"Saka kemana ya Bun, kok dia belum datang juga?"

"Dia tadi udah bangun kok. Waktu Bunda ajak katanya Bunda di suruh duluan aja nanti dia nyusul."

"Mungkin bentar lagi dia datang," lanjut Bunda yg melihat Angkara gelisah

Hari sudah siang. Semuanya sudah makan bersama namun tanpa Asaka. Angkara sudah mencari Asaka ke rumahnya namun Asaka tidak ada dirumah. Telpon Angkara pun beberapa kali tidak diangkat.

Hingga waktu sudah sorepun Asaka belum datang juga.

"Jangan sedih nanti Bunda marahin Sakanya ya."

"Jangan Bunda. Kasian Sakanya."

Angkara sedih bahkan sangat sedih ketika dirinya mengingat janji Asaka yg di berikan padanya, jika dia akan datang dan tidak akan lupa.

"Yaudah Bunda pamit pulang ya. Sekali lagi selamat ulang tahun buat anak perempuan Bunda."

"Makasih Bunda udah mau datang." Angkara memeluk Bunda singkat

Bunda langsung pergi setelah berpamitan dengan keluarga Angkara.

***

Keesokan harinya, seperti sudah terbiasa Angkara dan Asaka tidak berangkat sekolah bareng.

Asaka yg baru sampai dan memarkirkan motornya langsung melihat Angkara yg baru turun dari mobilnya.

"Kara!"

Bukannya berhenti, Angkara malah mempercepat langkahnya.

"Kara tunggu!"

Angkara menghiraukan panggilan Asaka dan membiarkan Asaka terus mengejarnya. Hingga di koridor, Asaka berhasil menghentikan langkah Angkara dengan mencekal tangannya.

"Ra tunggu."

Angkara mengehempaskan cekalan Asaka dari tangannya. Tidak peduli dengan tanggapan para murid yg melihatnya.

"Maafin aku Ra."

Semalam Asaka pergi ke rumah Angkara untuk minta maaf dan memberi ucapan selamat ulang tahun. Namun Angkara menolak untuk bertemu dengannya.

"Kara." Asaka mencegah Angkara yg akan pergi. " Maafin aku. kemarin ak__"

"Udah lah Ka, aku lagi nggak butuh alesan apapun sekarang."

"Kemarin aku__"

"Lupa? Kamu mau bilang kan kalo kamu lupa. Nggak perlu Ka, aku nggak mau denger."

Angkara pergi begitu saja meninggalkan Asaka yg tengah menyesali dirinya. Kemarin dirinya jalan dengan Ajeng, sungguh ia tidak ingat sedikitpun soal ulang tahun Angkara dan acara makan bersama keluarganya.

"Cie yg kemarin ultah. Habede ya Ra."

"Terimakasih  Ryan."

"PUnya dong."

"PU?"

"Pajak Ultah."

"Nggak ada pajak-pajakan."

"Pelit lo ah."

"Kara maafin gue." Asaka masih keukeuh meminta maaf pada Angkara sampai kelas

"Kalian kenapa?" tanya Ryan melihat pemandangan di depannya yg kurang kondusif

"Ra, plis..."

"Iya aku maafin. Puas?!"

"Udahan dong ngambeknya. Aku nggak bisa di giniin. Sebagai gantinya nanti malem kita jalan ya. Aku janji aku nggak bakal lupa."

"Udah deh Ka. Jangan mengobral janji kayak gitu. Jangan janji kalo nggak bisa nepati."

"Aku serius Ra. Nanti malem aku jemput kamu ya?"

"Nggak usah. Aku lagi nggak mood jalan sama kamu."

"Ra, ayolah."

"Udah di maafin kan? Yaudah sana aku lagi nggak mau di ganggu."

Asaka langsung diam ia tidak mau Angkara semakin marah padanya.




###

TBC.

Dukung  Aku dalam cerita ini dengan memberi vote 🌟dan komentar 🗨ya ☺

Terimakasih untuk yang sudah memberikan vote dan komentarnya 🤗💚

ASAKA ANGKARA (TAMAT)✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang