"permisi kak."
Malya yang tadinya ingin masuk ke dalam kelas, menghentikan langkahnya saat ada adik kelas yang menyapa. "ya? Kenapa?" tanya Malya. Tak kalah sopan dan ramah.
Kedua adik kelas terlihat malu-malu pada awalnya. "eum...mau nanya kak. Ini kelasnya kak Hans bukan?" tanya salah satunya, perempuan cantik dengan rambut sebahu.
Sambil memaksakan senyum, Malya mengangguk mengiyakan. "iya bener. Ada urusan apa ya sama Hans?" tanya Malya. Pacarkuh dalam bahaya nih...
Si perempuan rambut sebahu mengeluarkan sebuah kotak kecil. "mau minta tolong, kasih ini ke kak Hans. Boleh?"
"ah boleh boleh, nanti aku kasih ya ke orangnya," ujar Malya, sembari melihat detail kotaknya.
Si adik kelas tersenyum senang. "makasih ya kak!" akhirnya dua siswi itu pergi sambil tersipu malu sendiri. Sedangkan Malya, hanya berdecih pelan melihatnya. Nitip kok ke pacarnya sendiri sih dek...
Dengan malas, Malya menaruh kotak titipan adik kelas tadi di meja Hans. Si empunya tampak kebingungan. "tuh dari adek kelas," ujar Malya dan langsung berlalu begitu saja, kembali ke tempat duduknya.
Hans ingin menghampiri Malya, tetapi bel masuk sudah lebih dulu berbunyi. Terpaksa Hans mengurungkan niatnya. Ia memandangi kotak kecil yang katanya tadi pemberian dari adik kelas. Hm, tidak menarik. Agar tak mengganggu pemandangan, Hans pun menaruh kotak itu di kolong meja.
Tak lama, guru pengajar pun datang. Kegiatan belajar dilakukan seperti hari-hari biasanya, dengan suasana yang sama, dengan guru yang sama. Tak ada yang istimewa. Yang istimewa hanya pelajaran olahraga dan prakarya. Tapi jam pelajaran kali ini adalah matematika.
Selamat berpusing ria!
***
Sepulang sekolah. Hans mengajak Malya ke rumah makan milik pamannya. Walaupun sedang dalam mode kesal, jika masalah makan, Malya tak pernah menolak. Rezeki kalo dateng, ya jangan ditolak atuh, pikirnya.
Hans yang mengerti dengan suasana hati Malya tidak mengajak si perempuan mengobrol di perjalanan. Takut-takut membuat suasana hati sang pacar semakin buruk. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tujuh menit, akhirnya kedua sejoli itu sampai. Malya turun, dan berjalan mendahului Hans.
"eh eh Malya!" panggil Hans.
Si empunya nama menoleh. "kenapa?!"
"helmnya," ujar Hans. Berusaha menahan tawa.
Malya memegang kepalanya. Dan ternyata helm masih bertengger di kepalanya. Tetap dengan mood kesal, ia melepaskan helmnya dan memberikannya pada Hans. Setelah itu, ia langsung masuk ke dalam rumah makannya.
Karena tempat makannya self-service. Jadi pelanggan memilih dan mengambil makanan sendiri, jika sudah langsung ke kasir untuk dihitung harganya. Malya mengambil nasi, ayam opor, dan juga sambal. Sedangkan Hans, ia mengambil nasi, sayur tahu, dan ati ampela. Mereka duduk di sudut ruangan, dekat dengan jendela, agar bisa melihat pemandangan di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different | Hendery ( ✔ )
Фанфіки- Tuhan memang satu, kita yang tak sama - Di setiap hubungan pasti ada masalah sewaktu-waktu, apalagi hubungan beda agama. Saling menerima perbedaan dan saling toleransi bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Ditambah lagi dengan pertentangan dan...