| 11 |

84 26 18
                                    

Kadang kukesal dengan sikapmu
Yang s'lalu bertanya mana perhatianku
Mungkin kau tak pernah merasakan
Apa yang kulakukan di setiap pengorbananku

S'lalu jadi yang kau mau
Menjaga di setiap saat
Tapi kau tak melihatnya

Mana ada aku cuek
Apalagi gak mikirin kamu
Tiap pagi malam ku s'lalu
Memikirkan kamu

Bukalah pintu hatimu
Agar kau tahu isi hatiku
Semua perjuanganku
Tertuju padamu

Cuek - Rizky Febian 🎶

“jangan dibentak, jangan mengedepankan ego, jangan terlalu cemburu, jangan juga terlalu diambil hati, jatuh cinta sewajarnya aja, jangan berlebihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“jangan dibentak, jangan mengedepankan ego, jangan terlalu cemburu, jangan juga terlalu diambil hati, jatuh cinta sewajarnya aja, jangan berlebihan. Saling percaya, saling memberi kebebasan tapi juga harus tahu batasan. Sentuh hatinya pake perasaan. Tips langgeng dari gue.”

Setelah mengucapkan itu, Ray langsung beranjak, dan masuk ke salah satu kamar di rumah Hans. Temannya yang lain, Devin dan Yandra mungkin sudah tertidur karena ini sudah pukul setengah satu pagi. Ah iya. Teman-teman Hans memang sedang menginap. Toh, sudah lulus SMA. Sekarang tinggal menyiapkan diri untuk UTBK dan SBMPTN.

Drrttt...Drrttt...

Ponsel Hans berdering. Dahinya berkerut, saat melihat panggilan video dari Malya. Ia ingin mengangkatnya, tapi sedikit ragu. Namun, pada akhirnya, tetap dijawab. “kenapa, Mal?” tanya Hans pada seseorang yang ada di layar ponselnya.

“mau shalat tahajud, tapi takut ke kamar mandinya”

Hans terkekeh. “yaudah aku temenin video call.”

Dari layar ponselnya, Malya tampak berjalan keluar kamar, menyalakan lampu ruang tamu, dan ke kamar mandi. “tunggu ya, aku wudhu dulu,” ujar Malya dan menaruh ponselnya di wastafel.

Tak lama, Malya selesai wudhu. “aihhhh, tambah cantik ya...” ujar Hans. Memuji.

“hihi terimakasih.”

Saat masuk ke dalam kamar, Malya memakai mukenanya, dan itu tak lepas dari pandangan Hans. “aku shalat ya, kamu temenin, jangan tidur.”

Hans mengangguk. “iyaa, Malyaaa.”

Malya tampak menaruh ponselnya, dan menyandarkannya di tumpukan buku, agar ponselnya itu tetap berdiri. Saat Malya mulai shalat, Hans hanya diam memperhatikan. Menemani Malya untuk shalat tahajud seperti ini, bukan hal yang baru untuk Hans. Dirinya juga heran, kenapa si perempuan bisa takut di rumah sendiri. Katanya sih, karena lampu ruang tamu selalu mati, jadi takut untuk ke kamar mandi. Dan juga, merasa takut jika setelah sujud, si makhluk halus beserta dayang-dayangnya muncul di hadapan. Ada-ada saja, pikir Hans.

“dah selesai deh!”

“mau tidur lagi?” tanya Hans.

Malya mengangguk. “iya. Makasih ya, udah mau nemenin.”

“sama-sama, Malyaa. Dah sana tidur, nanti aku bangunin jam empat buat shalat subuh.”

“oke iyaaa. Bye bye!”

***

Keesokan harinya. Hans mengajak Malya ke mall. Hanya berjalan-jalan seperti biasa, sekaligus memperbaiki hubungan yang sempat sedikit rusak kemarin hari. Setelah berkeliling hampir dua jam menemani si perempuan belanja. Kedua sejoli itu naik ke lantai tiga, tempat foodcourt. “mau nasi padang aja deh kayaknya,” gumam Malya.

“gimana sih? Tadi kamu minta makan di Texas.”

“jauh banget makannya di Texas,” sahut Malya.

Hans mendengus. “nama restorannya kan Texas!”

Pada akhirnya si laki-laki menuruti keinginan si perempuan saja. Sebenarnya bisa saja Hans menolak, karena cukup membuang waktu untuk keluar mall, dan mampir lagi di warung masakan padang. Sayangnya, ia tidak setega itu, untuk menolak keinginan Malya.

Sesampainya di parkiran. Hans berniat usil pada Malya, dengan membuatnya sedikit panik, mungkin. “karcis parkir di kamu, kan?” tanya Hans.

“emangnya sama aku?” tanya Malya, sambil mengecek isi tasnya.

Hans berdecak. “tadi pas masuk aku langsung kasih ke kamu, Mal.”

Malya berusaha mencari, tapi tetap saja tidak ada. “sama kamu kali, aku gak nyimpen.”

Sudah merasa puas melihat wajah panik si pacar, Hans pun mengeluarkan karcis parkir yang ada di saku celananya. “eh ternyata ada di aku hehe.”

Malya mendengus kesal. “usil banget sih!!!”

***

“Hans, main tanya jawab yuk?”

Malya menaruh gelas es teh manisnya di meja, dan memandangi Hans yang masih asik memakan rendangnya. “tanya jawab gimana?” tanya Hans.

“nih, bahasa inggrisnya kucing apa?”

“cat,” jawab Hans.

“bahasa inggrisnya pohon?”

“tree.”

“bahasa inggrisnya bayi?”

“baby.”

Malya mengulas senyum. “iya kenapa, baby?”

Awalnya Hans tidak paham, tapi sedetik setelahnya ia tertawa. “hahaha aku terbang guysss.”

***

JANGAN LUPA VOTE YA!

THANK YOU FOR READING!

Different | Hendery ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang