Suasana kelas 12 IPS 5 pagi ini terlihat ramai. Ralat, bukan hanya kelas 12 IPS 5 tapi juga kelas yang lain. Dengan mendadak, para guru mengadakan rapat untuk kegiatan try out yang akan dilakukan minggu depan. Jadilah jam pertama setelah upacara tidak belajar.
Di kelas, banyak kegiatan yang menarik. Ada yang bermain game, ada yang tidur, ada yang bermain ponsel, ada yang asik menggambar, ada yang asik gibahhhh, dan ada yang berpacaran seperti; Hans dan Malya, Devin dan Vania, pasangan terakhir ada Ray dan Vidiya. Keenamnya saling bertukar tempat duduk, tentu saja karena ingin duduk bersama pacar masing-masing.
"Hans, nanti jam empat sore anterin aku ya?"
Tanpa pikir panjang, Hans langsung mengangguk mengiyakan. "mau kemana?"
"ke pengajian," jawab Malya.
Mendengar itu, Hans tersenyum senang dan mengacungkan ibu jarinya pada Malya. "nahhh bagus itu. Oke nanti sore aku anterin."
Setelah itu, keduanya terdiam sebentar karena kehabisan topik pembicaraan. "eh Mal, itu di mata kamu ada apaan?" Hans mendekatkan wajahnya, guna untuk melihat dengan jelas.
Malya mengusap kedua matanya. "emangnya ada apa?" tanya Malya.
Bukannya menjawab. Hans malah menatap lekat mata si perempuan. "ke-kenapa? Mata aku ada apa sih?" Malya berusaha bertingkah biasa saja agar tak terlihat gugup dan salah tingkah. Ia tidak pernah melihat wajah Hans sedekat ini sebelumnya. Rasanya mendebarkan tapi juga menyenangkan.
"itu di mata kamu, ada aku hahahaha!" Hans tak bisa menatap Malya lagi dan menutupinya dengan pura-pura tergelak tertawa melihat pipi Malya menjadi merah merona. Sedangkan si perempuan mendengus kesal. "kamu ngapain sih tadi?! Bikin ambigu tahu!"
Hans tertawa lagi. "tadi aku numpang ngaca di mata kamu," jawabnya dengan asal. Padahal yang sebenarnya, ia hanya ingin melihat wajah Malya lebih dekat.
"kurang kerjaan banget. Kan bisa ngaca di handphone!" ujar Malya. Berpura-pura kesal.
***
Saat pulang sekolah. Cuaca sedikit mendung, tanda ingin turun hujan. Dengan terburu-buru Hans mengambil motornya di parkiran, dan menghampiri tempat Malya menunggu. "ayok, Mal. Udah gerimis nih," ujar Hans.
Malya pun segera naik ke motor Hans.
Karena takut hujan deras. Hans sedikit menambah kecepatan laju motornya. "pelan-pelan aja Hans! Ngeri ih!" Malya sedikit berteriak karena suaranya pasti beradu dengan angin. "pegang aja tali tas aku itu," sahut Hans. Masih terus mengendarai motornya dengan kecepatan yang sama.
Dari tepi jalan, tiba-tiba saja ada kucing yang ingin melintas. Hans pun langsung mengerem mendadak. Dan Malya refleks memeluk pinggang Hans. Satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik. Detik kelima, Malya langsung melepaskan pelukannya. "eh...maaf maaf, re-refleks tadi," ujar Malya.
"sa-salah aku juga sih, ngerem mendadak, maaf ya. Lain kali...aku bawa mobil aja deh, bi-biar gak kayak gini lagi hehe," ujar Hans. Lalu kembali melajukan motornya. Kali ini tidak mengebut, karena cuaca terlihat cerah lagi, jadi tak perlu khawatir akan hujan.
Di balik punggung Hans. Malya mengulas senyum, karena mengingat kejadian barusan. "ya Allah, tadi gak disengaja, gak dosa kan ya?" tanya Malya dalam hati.
Setelah sepuluh menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Malya. "makasih ya. Nanti sore, jangan lupa anterin aku," ujar Malya.
Hans mengangguk. "iya siap."
"hati-hati ya, jangan ngebut."
Lagi-lagi Hans mengiyakan. Saat hendak menjalankan motornya, Hans melihat ke arah Malya lagi. "Malya! Nanti kalo shalat, bilang ke Tuhan kamu ya. Tadi aku gak sengaja, ngerem mendadak, kamu jadi refleks meluk."
Yahhhh kirain; Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya, mencintai hamba-Nya?
Malya tertawa mendengarnya. "Allah juga tahu kok kalo itu gak sengaja."
"yeuhhh gak bisa gitu. Coba, kalo kamu gak sengaja numpahin minuman punya orang, kamu tetep minta maaf kan? Begitu juga ke Tuhan kamu. Paham gak?"
"iya pak bos, iyaaa."
***
= 15 : 30 PM =
Teringat dengan janjinya dengan Malya. Hans langsung menghentikan kegiatan bermain gamenya dan bersiap-siap ke rumah Malya. Tak butuh waktu lama untuk bersiap-siap, hanya lima menit. Setelah selesai bersiap, Hans langsung memanaskan mobilnya.
Drrrttt...drrrttt...
Ponsel Hans berdering, tanda ada telepon masuk. Tanpa melihat nama si penelepon lagi, Hans langsung menjawab panggilannya. "halo?"
"kak Hans! Tolong kak, mama aku pingsan..."
"o-oh yaudah, aku ke rumah kamu sekarang"
"cepetan ya kak, aku takut mama kenapa-napa"
"iya iya, ini aku udah jalan"
Hans pun langsung bergegas menuju rumah si penelepon tadi, yang tak lain adalah Aurora. Tak lupa ia menelepon Devin untuk meminta bantuan. Beruntung langsung diangkat. "halo, Vin?"
"yoo kenapa?"
"lo bisa anterin Malya gak? Dia mau pergi ke pengajian jam empat sore ini."
"lah? Emangnya lo gak bisa?"
"gak bisa. Tante Tina pingsan, ini gue lagi jalan ke rumahnya. Lo bisa kan anterin Malya?"
"iya iya oke, ini gua langsung jalan ke rumahnya"
"makasih ya, maaf ngerepotin."
"iya sama-sama"
***
Malya mengernyit heran saat melihat Devin yang datang, padahal ia sedang menunggu Hans. "Devin? Ngapain? Aku mau pergi ke pengajian nih," ujar Malya.
Devin menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal sama sekali. Tiba-tiba saja laki-laki itu merasa sedikit tidak enak, karena takut merusak mood baik Malya. Tapi karena keadaan mendesak, mau tidak mau. "ah itu Mal. Hans gak bisa nganter, soalnya ada temen gereja, ibunya pingsan, jadi Hans lagi ke rumahnya buat dibawa ke rumah sakit. Terus dia minta tolong ke gue, buat anterin lo. Ayo berangkat, nanti telat."
Malya melihat jam di tangannya. Ah benar, sudah pukul empat kurang lima belas menit. Mau tak mau, Malya pun naik ke atas motor Devin. "udah?" tanya Devin.
"iya, udah," sahut Malya.
Mereka pun langsung melesat dari rumah Malya. Di tengah perjalanan, Malya iseng bertanya pada Devin. "temen gerejanya itu, orang yang sama kayak perempuan yang kemarin?"
Dengan ragu, Devin menjawab iya. "maklum, Mal. Hans itu ketua pemuda remaja di komunitas gereja gue. Jadi kalo ada apa-apa, pasti larinya ke Hans. Lo kan juga tahu, Hans orangnya paling bisa diandalkan."
"iya ya, kamu bener juga."
***
JANGAN LUPA VOTE YA!
THANK YOU FOR READING!
KAMU SEDANG MEMBACA
Different | Hendery ( ✔ )
Fanfiction- Tuhan memang satu, kita yang tak sama - Di setiap hubungan pasti ada masalah sewaktu-waktu, apalagi hubungan beda agama. Saling menerima perbedaan dan saling toleransi bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Ditambah lagi dengan pertentangan dan...