Part 6. Yeoseot

75 13 10
                                    

Part 6. Yeoseot
By: AdeliaYulianti19

Hai, hai!

Hari ini giliran Fey lagi yang bercerita.

Apa? Lebih kangen sama Joice? 🤭😂

Tenang, Joice juga akan hadir lagi di cerita hari ini.

Baiklah! Enggak pakai lama, yuk kita baca sama-sama ceritanya! 😍

👭🌺👭🌺👭

Siang hari, terlihat sudah banyak pelanggan memenuhi ruang perawatan. Bahkan sudah ada dua orang antri di ruang tunggu. Salon AD memang selalu banyak pelanggan. Apalagi yang datang dari kalangan penggemar K-Pop. Suguhan alunan musik, desain full K-Pop dan salon yang homies membuat mereka betah berlama-lama berada di salon AD ini.

Seperti biasa aku mengecek satu persatu kerjaan kapster. Memastikan tak ada masalah yang terjadi. Aku berjalan sembari menyapa pelanggan. Aroma rambut salah satu pelanggan tercium ketika melewatiku.

"Eh Joice, Joice! Itu pelanggan rambutnya wangi banget barusan lewat. Pakai yang mana sih? Kok saya jadi pengen di creambath deh!" bisikku menghampiri Joice yang sedang istirahat duduk di kursi dekat lantai dua.

"Ya ambruk, Cyin! Masa Mbak Fey gak tau? Itu tuh wangi sto-be-ri. Karena tadi pertama itu potong rambutnya sama akika, terus lanjut creambathnya sama si Riska yang cucok meong, panteslah, wanginya mana tahaaan," ucap Joice genit.

"Emang ngaruh gitu ya?" cetus Wulan yang duduk di bawah tangga dengan mata menyipit mendengar percakapanku dan juga Joice.

"Ya iyalah, ngaruh Cyiin. Soalnya setiap Riska pegang pelanggan mijitnya pake hati. Gak kaya elo mijitnya pake ....!"

"Duh, kalian ini. Berisik deh. Ganggu yang lain itu," sambarku menepuk pundak Joice. "Mending kalian makan dulu gih! Mumpung belum ada pelanggan lagi."

"Good idea! Siap Mbak Cantik. Akika udah lapar juga ini, beby di dalam perut pasti sudah meronta-ronta," ledek Joice memegang perutnya yang buncit itu.

"Alah, Jijik gue dengernya. Eh sekalian ya Jo ambil makannya dua. Buat gue juga," ucap Wulan yang masih duduk di anak tangga.

"Ih, Plis deh ah. Jangan panggil Jo. Emang nama akika Bejo. Panggil Joice! Ah udeh ah. Ambil aja sendiri. Punya kaki juga," cetus Joice sembari menjulurkan lidahnya.

Kulihat Wulan mengejar Joice ke belakang mengambil katering yang sudah disiapkan untuk para karyawan AD.

Aku hanya menggeleng-geleng mendengar keributan mereka sembari berlalu. Tiba-tiba Nissa, resepsionis berlesung pipi menghampiriku.

"Mbak! Ini ada kiriman majalah untuk AD dari majalah percepatan bisnis." Nissa memberikan majalah itu padaku.

"Oh, iya makasih Nissa." Aku tersenyum ramah, segera kuambil majalah dari tangan nissa lalu berjalan menuju kursi yang ada di ruang perawatan.

Kugeser kursi ke belakang dan duduk tepat di depan cermin. Jemariku mulai membuka halaman demi halaman majalah itu. Aku sedikit kaget saat membuka halaman berikutnya. Foto Dey terpampang hampir setengah halaman. Aku membaca sekilas artikelnya dan segera tahu tulisan itu hasil wawancara Percepatan Bisnis dengan sang adik. Kenapa Dey tidak mengabarinya kalau ia diwawancara salah satu majalah papan atas di Indonesia itu?

Aku membuang napas perlahan. Melihat foto Dey terpampang di majalah itu pun, rasanya iri. Mengapa Dey selalu diberi kesempatan untuk tampil di depan umum?

Areumdaun DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang