Part 14. Yeol Net
By: Puspa KiranaPagiii 🌺🌺🌺
Hari ini Dey enggak sabar pengin cerita pagi.
Jadi, apa jawaban Dey untuk permintaan menjadi timnya Pak Ardi?
Yuk, kita baca bareng 😍
👭🌺👭🌺👭
Aku mengakhiri WA call singkat dengan Hara yang mengatakan masih perlu waktu sekitar sepuluh menit lagi sebelum ia bisa keluar dari kantor. Dari kemarin, aku memintanya menemani melihat tempat indekos pulang kantor. Rasanya lega hari ini aku bisa menyelesaikan dua laporan dan mengirimkan ke Bu Listya pukul empat tadi, setengah jam sebelum tenggat.
Besok aku bebas tugas harian karena akan ikut pelatihan dua hari berturut-turut yang sudah direncanakan sejak sebulan lalu. Aku tersenyum memikirkan itu. Lumayan mengistirahatkan mata dari angka-angka yang bertumpuk di laporan cabang.
"Belum pulang, Dey?" Sapaan Tania membuatku menoleh.
"Bentar lagi, nunggu Hara masih ada kerjaan."
"Tahu, enggak? Boce lagi bad mood melulu akhir-akhir ini." Suara Tania nyaris berbisik.
Matanya melirik sejenak ke ruangan atasan kami. Setengah jam lalu, ia melewati kubikelku karena dipanggil Bu Listya.
"Katanya lagi ada masalah di beberapa cabang yang jadi tanggung jawab kita. Boce minta gue ikut pelatihan lagi besok dan minggu depan, katanya biar gue bisa lebih banyak bantu ngerjain tugas-tugas dia. Jadi, dia lebih banyak punya waktu buat atasi masalah di cabang."
Entah kenapa hati ini agak mendung mendengar cerita Tania. Biasanya aku yang diajak bicara saat Bu Listya punya banyak masalah kantor. Hampir setiap minggu, paling tidak sekali, ia memanggilku untuk membicarakan itu.
Namun, sejak Tania menggantikanku ikut pelatihan gara-gara kesiangan datang beberapa waktu lalu, kebiasaan itu menghilang. Aku jadi menyesal dulu sering mengomel dalam hati kalau hal itu terjadi karena setelahnya aku kerap diberi tugas lumayan banyak dengan tenggat pendek. Mungkin karena dulu masih terlibat di ... tempat yang tak ingin kusebut! Tugas-tugas itu mengambil sebagian jatah waktuku untuk mengurusi tempat tersebut.
Sekarang setelah "dipecat" dari tempat tersebut, ada rasa kangen berbincang dengan Bu Listya. Mendengarkan suaranya yang menggebu-gebu, melihat gerak-geriknya yang penuh keyakinan, dan merasakan semangatnya mengatasi masalah. Ada yang menggigit di sudut hati saat barusan kata "dipecat" melintas di pikiran. "Dipecat"! Oleh orangtua sendiri! Bayangkan! Sekarang tidak hanya sakit, melainkan panas mulai menyelimuti hati.
"Nah, lo kan dulu sering tuh, dipanggil Bu Listya bahas masalah kantor, kayak yang dia bahas barusan sama gue. Kalau lagi gitu, bagusnya gue diam aja apa komentar, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Areumdaun Duo
General Fiction🌺👭 COMPLETED 👭🌺 "Enggak Dey! Cara itu bukan untuk kita. Udahlah, enggak usah punya pikiran yang aneh-aneh kayak gitu! Kita kan sudah sampai di titik ini. Jangan sampai mundur lagi, Dey!" "Siapa yang mau mundur? Justru Dey mau bikin kita maju, K...