Part 11. Yeol Hana

37 12 5
                                    

Part 11. Yeol Hana
By: AdeliaYulianti19

Haiii 🌺🌺🌺

Fey datang sore kali ini.

Gimana respons Fey atas keputusan Papa di rapat keluarga?

Langsung baca yuk! 😍

👭🌺👭🌺👭

"Sudah lama Papa tidak disetirin kamu, Fey. Ternyata kamu sudah lebih lihai dari Papa," ucap Papa yang berdiri di parkiran AD.

Setelah semalam minta izin dengan Papa karena Mama akan kuajak ke salon, lelaki separuh baya itu mengizinkan dan meminta agar ia juga ikut. Sudah satu bulan lebih keduanya tak datang ke salon. Dengan senang hati aku mengiyakan agar bisa lihat sendiri perkembangan AD.

Pagi ini kami sudah berada di parkiran AD. Sengaja datang lebih pagi karena Mama ingin dipijit oleh Wina sebelum banyak pelanggan datang.

Aku tertawa kecil mendengar ucapan Papa, "Anak siapa dulu, dong!"

"Papa gitu!" bisiknya sembari melirik Mama.

"Giliran yang bagus anak Papa. Yang gak bagus dibilang anak Mama," ledek Mama menepuk pundak Papa sembari pura-pura merengut. Papa segera menggandeng tangan dan mengajak Mama menuju pintu masuk. Aku tersenyum melihat kemesraan Mama dan Papa.

Mama beruntung mendapatkan suami seperti Papa yang begitu menyayangi keluarga. Kalau Mama sakit, Papa orang pertama yang paling khawatir. Semoga kelak aku juga akan beruntung mendapatkan lelaki seperti Papa dengan tampang seperti Taeyoung, Jungmo atau paling tidak Cho SiWon.

"Pagi, Mbak Fey!" Sapaan hangat terdengar kala aku mendorong pintu masuk AD.

"Pagi juga, Nissa," balasku yang masih menahan pintu terbuka untuk Papa dan Mama.

"Eh ada Bapak sama Ibu. Selamat pagi, Pak, Bu," ucap Nissa.

Papa dan Mama membalas sapaan resepsionis berlesung pipi itu dengan senyuman.

Aku menebarkan pandangan ke ruang perawatan. Terlihat sudah ada pelanggan yang dirawat
"Nis, udah rame aja. Hari ini sudah masuk berapa pelanggan?" Aku menghampiri Nissa. Sementara Papa dan Mama duduk di ruang tunggu dekat meja resepsionis.

"Kebetulan sudah delapan orang, Mbak!" Nissa mengecek komputer yang berada dihadapannya.

Aku mendekati layar komputer dan meliriknya "Wah, sepagi ini sudah masuk delapan?" Mataku membulat.

"Iya Mbak." Nissa mengangguk.

Aku tersenyum lebar dengan dada meluas. Baru buka sudah banyak pelanggan yang datang. Aku berlalu ke ruang perawatan untuk menyapa pelanggan yang sedang perawatan. Papa dan Mama pun ikut menyapa.

"Eh konde copot, eh copot," terdengar suara latah primadona AD. Semua menoleh ke pemilik suara yang berada di ruang perawatan.

"Apanya yang copot, Joice?" Papa terbahak-bahak.

Joice segera menghampiri. "Anuan yang copot, eh maksudnya itu. Eh apa sih, ah! Aduh Cyiin, ada Om dan Tante ternyata! Makin serisa aja sih kalian ini?" Ia melambaikan tangannya.

"Apa tuh serisa Joice?" Dahiku mengernyit.

"Maksud akika serasi Mbak cantik!"

"Wah Joice. Saya pikir kamu sudah berubah nama jadi Karsono," ledek Papa. Mama menepuk pundak Papa sembari tertawa kecil.

"Hush Om, plis deh jangan buka kartu akika. Itu nama akika dulu sebelum taubat." Joice melirik genit. Papa terbahak mendengar ocehan Joice.

"Mbak Dey gak ikut, nih?" sahut Riska, salah satu karyawan AD kepadaku dan juga Papa.

Areumdaun DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang