Part 30. Seoreun
By: Puspa KiranaSoreee 🌺🌺🌺
Senangnya Dey sudah hadir sore ini untuk lanjutkan cerita 😍.
Jadi, apa jawaban Dey kepada Kak Ardi?
Baca deh! 😍
👭🌺👭🌺👭
Ponsel berbunyi. Aku mengalihkan pandangan dari laptop. Ternyata WA call dari Ibu Kos yang mengabarkan ada kiriman 10 dus. Tentunya itu stok Kireina. Ibu Kos menanyakan mau ditaruh di mana. Aku berpikir sebentar dan menjawab, "Mmm ... taruh di depan kamar saya saja, Bu."
Kugigit bibir bawah dan terdiam menatap layar laptop setelah WA call dari Ibu Kos berakhir. Stok-stok itu belum bisa disimpan di kamarku karena stok sebelumnya belum terkirimkan ke pelanggan. Memang, bisa saja aku minta tolong Citra lagi agar ia merelakan kamarnya untuk dititipi stok-stok yang baru datang itu. Namun, tidak bisa terus-terusan seperti ini. Dengan yang sekarang berarti keempat kalinya aku menitipkan sejumlah dus di sana. Sudah cukup aku merepotkan Citra.
Aku melirik jam di kanan atas layar laptop. 18.46. Dan pekerjaanku masih setengah jalan. Aku menarik napas dalam sebelum menggerakkan leher dan bahuku. Setelah terdiam lagi beberapa saat menatap layar di hadapan, aku memutuskan mencari chat Whatsapp seorang teman di komunitas bisnis. Toh, jam kantor sudah berakhir sekitar dua jam lalu.
Beberapa hari lalu, teman itu membalas melalui japri pesanku di grup yang mengabarkan kalau aku sedang membutuhkan ruko untuk Kireina. Saat itu aku sempat membalas tetapi belum tuntas. Setelahnya kami belum sempat membicarakan lebih lanjut masalah tersebut karena disibukkan tugas kantor.
Pak Ardi (karena ini urusan kantor dan aku belum terbiasa, bolehlah tetap memakai kata "Pak", ya?) sedang ditugaskan ke Bandung tiga hari sejak Senin, sehingga aku diminta melakukan kunjungan ke dua cabang hari Senin dan kemarin ditemani Helen dan Siska bergantian. Setelahnya aku mengerjakan laporan hasil kunjungan tersebut.
Belum lagi, aku harus menyelesaikan berbagai media pemasaran untuk beberapa produk terbaru Pro Life dan seminar untuk menyosialisasikan produk-produk itu. Bahkan waktuku berkurang banyak untuk Kireina. Untung saja, Vinka, karyawanku satu-satunya, cepat mengerti dan cekatan. Ia bisa mengerjakan semua aktivitas penjualan dan pengiriman barang. Jadi aku tinggal mengurusi pemesanan stok dan keuangan Kireina.
Walaupun jadi sangat sibuk, tetapi aku lega Pak Ardi ditugaskan ke luar kota. Aku khawatir peristiwa saat soft launching Kireina kemarin terjadi lagi. Ia menagih janjiku menjawab permintaannya. Sementara aku hingga saat ini masih belum tahu jawabannya.
Untung saja saat itu, Hara bergabung dengan kami beberapa saat setelah Pak Ardi menagih janji itu. Aku melihat senyumannya agak masam ketika menjawab sapaan Hara di saat aku menarik napas lega.
Namun, besok aku harus bersiap-siap dan kalau bisa menghindar berduaan dengannya karena tugasnya di Bandung sudah selesai. Beban yang terbang tiga hari ini sekarang bertengger lagi di bahu.
Aku memfokuskan lagi pikiran pada Kireina. Tidak butuh terlalu lama WA call dengan teman komunitas bisnis itu, aku segera mendapatkan nomor Arinta, pemilik ruko yang ia maksud. Tak ingin membuang waktu, saat itu juga aku langsung menghubunginya. Ia setuju ketika aku meminta izin melihat ruko Sabtu pagi ini.
Senyumku mengembang dan dada serasa berdenyar-denyar, tak sabar ingin segera sampai di hari Sabtu. Bahkan baru melihat beberapa fotonya saja yang ia kirim, pikiranku sudah merajut cerita indah tentang Kireina di sana. Berarti tinggal mengontak Hara, mengajaknya melihat ruko tersebut Sabtu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Areumdaun Duo
General Fiction🌺👭 COMPLETED 👭🌺 "Enggak Dey! Cara itu bukan untuk kita. Udahlah, enggak usah punya pikiran yang aneh-aneh kayak gitu! Kita kan sudah sampai di titik ini. Jangan sampai mundur lagi, Dey!" "Siapa yang mau mundur? Justru Dey mau bikin kita maju, K...