Part 20. Seumul

38 10 14
                                    

Part 20. Seumul
By Puspa Kirana

Malam lagiii 🌺🌺🌺

Sekarang Dey yang hadir di sini. Mau cerita apa, ya?

Ah, langsung baca aja deh, biar enggak kemalaman 😍.

👭🌺👭🌺👭

Aku menatap punggung Helen dan Siska yang melangkah ceria meninggalkan kubikelku. Mereka sempat menyapa dan meledek karena aku masih berkutat dengan satu tugas yang belum selesai. Aku pura-pura merengut dan memohon agar ditunggu dengan alasan takut kalau ditinggal sendirian. Keduanya malah mencebik sebelum Helen berucap, "Lo kan enggak sendirian. Masih ada Boco."

Dagunya menunjuk ke ruangan Pak Ardi. "Minta temenin dia aja. Makan malam terjamin kalau sama dia. Minta anter pulang juga pasti mau. Gentle bangetlah pokoknya."

"Memang dia sebaik itu sama semua anggota timnya?" Aku mencoba menghilangkan kekhawatiran yang akhir-akhir ini sering mengganggu.

"Yang gue tahu sih, gitu. Kalau kunjungan ke cabang bareng dia juga gitu. Pulang malam ditraktir dinner dulu, terus dianterin pulang. Gita sama Nanda yang sering kunjungan bareng dia. Kita berdua lebih jarang soalnya banyak kerjaan yang mesti diberesin di kantor."

"Iya, Dey. Jadi, walaupun lo masih lajang, enggak usah ge-er. Dia memang perhatian banget sama kita-kita." Siska menimpali. "Jangan sampai jadi korban kayak mantan boce lo."

"Maksudnya?" Aku mengerutkan kening.

"Ya, mantan boce lo tuh kege-eran sama perhatian boco kita. Katanya sih nembak terus ditolak. Kan enggak cuma sakit hati kalau kayak gitu, malunya juga enggak ketulungan. Kalau gue sih, gengsi nembak cowok segala."

"Enggak apa-apa kali, zaman sekarang kan emansipasi, Sis. Cuma sayang sikap mantan boce lo kekanak-kanakan. Kita-kita ini dijutekin melulu, apalagi Gita sama Nanda. Katanya kalau ketemu, mata mantan boce lo udah kayak mau keluar aja dari rongganya. Padahal Gita sama Nanda sering bareng boco kita karena kerjaan. Lagian mereka udah berkeluarga."

Ucapan Helen membuatku berpikir, jangan-jangan sikap Bu Listya berubah akhir-akhir ini karena aku diminta pindah ke sini. Bukan masalah kehilangan tenaga dan keahlianku, melainkan karena aku dianggap "mendekat" kepada "target'-nya.

Nada pemberitahuan pesan masuk mengurai lamunanku. Pesan dari Hara.

Aulia Maharani: Dey, gue udah kelar sebenarnya.
Aulia Maharani: Tapi boce gue minta bantuin Putri dulu.
Aulia Maharani: Dia kan baru sebulan di tim gue.
Aulia Maharani: Jadi gue belum bisa nemenin lo di sana.
Aulia Maharani: Sabar, sabar aja ya ngadepin yang nge-modus mulu.

Aku tersenyum. Setelah mendengar penjelasan Helen dan Siska tadi, hati jadi lebih tenang.

Me: Enggak apa-apa, Ra.
Me: Lagian boco gue enggak modus, kok.
Me: Nanti gue ceritain kalau udah di taksi ke rumah lo.

Hari ini Hara tidak membawa mobil karena tadi pagi mesinnya tidak bisa dinyalakan. Aku bersiap melanjutkan pekerjaan setelah Hara menjawab "oke". Kupasang headphone, memilih lagu Imsomnia dari play list Stray Kids-ku, dan menyentuh tuts laptop. Melihat tampilan pekerjaan di layar, aku menarik napas dalam. Setengah jam cukup!

Sesuai perkiraanku sekitar setengah jam kemudian, diiringi lagu Voices, aku mengeklik tanda menyimpan fail, menautkan kedua tangan di atas kepala kemudian meregangkan badan, dan bersenandung sambil bergoyang mengikuti irama.

Step out of them voices
nae du gwireul makgo ttodashi wechilge
Step out of them voices
Break free from the voices in my head ....

Areumdaun DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang