Part 22. Seumul Dul

37 12 10
                                    

Part 22. Seumul Dul
By Puspa Kirana

Haiii 🌺🌺🌺

Akhirnya Dey berkunjung juga walaupun sudah mendekati tengah malam. Maafkan, ya 🙏.

Kita langsung baca aja 😍

👭🌺👭🌺👭

"Pagiii ...." Aku memasuki kubikel dengan langkah ringan dan kepala mengangguk-angguk pelan mengikuti alunan lagu B Me dari Stray Kids yang terdengar pelan dari earphone yang masih terpasang.

I gotta free me neoegeseo meolli
meoreojilsurok gakkaweojyeo no worries
Nobody can't stop me neoreul noa geob eopshi

Gotta free me, no worries
nan ije neoreul tteona be me
jigyeobge meorissogeul hejibeotteon
nan ije neoreul tteona be me
neoreul bonaelsurok nan nopi nara

Terdengar sayup-sayup Helen dan Siska membalas sapaanku sambil mengatakan sesuatu yang kurang jelas. Namun, dari nadanya, sepertinya mereka menggodaku. Tepat saat aku mengeluarkan laptop dari tas, seseorang menepuk bahuku pelan. Aku menoleh sambil melepas sebelah earphone.

"Pantesan dari tadi diam aja, kita teriak-teriak juga enggak kedengeran." Siska sudah berada di jalan masuk kubikelku. "Itu sumbat kuping betah amat, Dey."

Aku tertawa kecil dan membuka earphone yang sebelah lagi. "Sorry, sorry. Ada apa?"

"Girang banget kayaknya lo pagi ini." Helen yang baru datang mendekat langsung menimpali. "Tadi malam mimpi dilamar?"

"Atau jangan-jangan lo baru jadian. Kenalin, dong pacar barunya ke kita. Tinggal lo yang belum ngenalin pasangan. Kemarin gue udah. Helen minggu lalu."

Tawaku berlanjut. "Gue belum kepikiran kayak begituan, sih."

"Terus apa, dong?"

"Ada deehh." Aku mengedipkan sebelah mata kepada Siska.

Tak mungkin aku menceritakan begitu saja alasannya kepada orang yang baru kukenal. Tiga malam ini aku benar-benar bersemangat dan menikmati aktivitas di indekos. Di sana, aku melakukan trial and eror meracik produk perawatan wajah dan tubuh. Hingga tadi malam baru satu produk yang berhasil kubuat, itu pun belum sempurna. Tadi malam juga aku membuat lagi tiga racikan dan berharap dengan menyimpan racikan itu selama 24 jam bisa menghasilkan produk sesuai harapan.

Beberapa bahan yang kupesan minggu lalu mulai habis karena belum berani menyetok terlalu banyak. Selain tempat penyimpanan di indekosku terbatas, juga khawatir bahannya rusak jika terlalu lama disimpan. Jadi, kemarin aku mulai memesan beberapa bahan yang diperlukan serta beberapa bahan baru. Bahan-bahan hasil berselancar di internet dan membaca beberapa buku yang kubeli secara online tentang berbagai manfaat bumbu dapur untuk kesehatan dan kecantikan.

"Deuuhh, anak baru udah main rahasiaan-rahasiaan. Kita blacklist baru tahu." Siska tertawa kecil.

"Selamat pagi semua! Siapa yang mau di-blacklist, Sis?" Tiba-tiba terdengar suara Pak Ardi. Ia berhenti di dekat Siska dan Helen yang tubuhnya menempel di dinding kubikelku.

"Eh, pagi Pak." Siska menegakkan badan sambil mengangguk kecil dan tersenyum jenaka. "Dey, Pak. Punya pacar baru enggak mau bilang-bilang."

"Benar itu, Dey?"

Aku merasa napas Pak Ardi seolah tertahan dan senyumnya menipis. Ah, pasti cuma halusinasiku saja. Aku tersenyum dan tiba-tiba saja ingin mengatakan. "Kalau iya, memangnya kenapa, Pak?"

"Lah, katanya tadi lo belum mikirin yang begituan. Kok enggak konsisten sih, Dey." protes Helen, tetapi ia tersenyum.

Tawaku terlepas. "Memang iya."

Areumdaun DuoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang