Part 8. Yeodeolp
By : AdeliaYulianti19Pagiii 🌻🌻🌻.
Sesuai janji, hari ini Fey mau curhat di sini. Jadi, gimana perasaan Fey atas perselisiannya dengan Dey?
Langsung baca aja, yuk!
👭🌺👭🌺👭
Kuputuskan untuk tidak mengangkat dua panggilan dari nomor tak dikenal. Entah dari siapa, aku tak peduli. Kali ini aku benar-benar tak punya selera untuk menjawab telepon sekali pun itu penting.
Bagaimana tidak? Diri ini masih begitu kesal dengan Dey yang sengaja meninggalkanku di ruang kerja AD padahal belum selesai berbicara. Aku tahu, ia mengalihkan pembicaraan ketika aku mengatakan kepadanya jika ia sedang dekat dengan seseorang. Padahal aku hanya tidak ingin Dey mudah percaya dengan orang yang baru saja dikenalnya.
Tepat pukul sembilan lebih empat puluh menit, aku tengah duduk di mobil sambil menunggu Dey datang. Sengaja aku lebih dulu masuk ke mobil. Menunggunya yang sedang mengobrol dengan Wina, karyawan AD yang memijitnya barusan, membuatku menggelengkan kepala. Padahal tadi, ia menyuruhku agar cepat pulang karena begitu lelah. Sekarang? malah ngobrol di depan salon.
Sekitar sepuluh menit, langkah kaki Dey terdengar dan membuka pintu belakang mobil. Dahiku mengernyit. Mendengarnya membuka pintu belakang membuatku geram.
"Duduk di depan Dey!" pintaku padanya.
Gadis itu tak menjawab, tetapi akhirnya ia pindah ke sebelahku. Aku melirik. Terlihat Dey bersedekap dan membuang muka.
Setelah memasang sabuk pengaman dan menghidupkan mesin mobil, kuinjak gas perlahan. Jalanan tidak terlalu ramai karena sudah cukup malam, tetapi sengaja kujalankan mobil pelan. Aku mulai membuka percakapan dan melanjutkan pembicaraan kembali yang sempat terpotong tadi.
"Dey, kakak capek kalau harus meributkan masalah ini terus-terusan. Kakak hanya enggak habis pikir kalau caranya seperti ini, berarti kamu itu enggak menghargai kakak." Kuturunkan intonasiku mencoba untuk perlahan menuntaskan perselisihan yang terjadi ini.
Dey menoleh. Sejenak tatapan kami beradu. Tak lama ia membuang muka kembali.
"Siapa sih yang enggak menghargai Kakak?! Kakak aja yang berlebihan!" jawab Dey kasar.
Aku kaget ketika Dey membalas ucapanku dengan nada kembali meninggi.
"Lah! Iya, kan?! Kalau kamu menghargai kakak, kamu akan bilang sebelum wawancara dan membicarakan jawaban apa nanti sesuai kesepakatan! Ini enggak!" Intonasiku makin tinggi. Diri ini merasa sudah mati-matian berjuang demi membangun bisnis, tapi tidak dihargai oleh adik sendiri.
Entah mengapa kali ini aku merasa benar-benar tidak mengenali gadis yang berada di sampingku. Ia bukan Dey yang kukenal dulu! Bukan!
Dey yang kukenal dulu begitu penurut dan selalu ingin bersamaku. Bahkan, ketika membangun AD pun, Dey begitu antusias dan memberi banyak masukan untuk perkembangan AD. Tetapi sekarang? Sangat berubah drastis.
Sebenarnya aku sudah merasakan Dey mulai berubah sejak lama. Semenjak kuliah aktivitasnya padat. Membuat kami jarang bertemu dan berkomunikasi. Saat itulah aku merasa Dey lambat laun berubah.
Padahal, sejak kecil aku dan Dey begitu akrab. Sering melakukan aktivitas bersama dan apa yang kusukai, adikku menyukainya, termasuk K-Pop. Setiap ada konser, Dey bersemangat untuk ikut menonton.
Dey adalah adik yang sangat kuinginkan. Di saat teman-temanku sudah punya adik, aku masih menjadi anak satu-satunya. Membuatku kesepian dan iri ketika melihat teman-teman bermain dengan adiknya. Sehingga aku kerap meminta adik pada Mama dan Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Areumdaun Duo
General Fiction🌺👭 COMPLETED 👭🌺 "Enggak Dey! Cara itu bukan untuk kita. Udahlah, enggak usah punya pikiran yang aneh-aneh kayak gitu! Kita kan sudah sampai di titik ini. Jangan sampai mundur lagi, Dey!" "Siapa yang mau mundur? Justru Dey mau bikin kita maju, K...