31. Auryn

524 32 25
                                    

Pura-pura kuat itu butuh tenaga

•••

Jessica menggeliat dalam tidurnya, perlahan ia membuka mata. Betapa terkejutnya saat ia menemukan Leon yang tengah memeluknya. Ia dapat merasakan hangatnya tangan Leon di atas perutnya.

Jessica meringis saat kepalanya terasa pusing. Mungkin karna efek obat--ah tunggu? Tadi apa?

Ia dapat merasakan hangatnya tangan Leon di atas perutnya.

Dengan cepat Jessica menyibak selimut. Kali ini ia benar-benar terkejut. Dirinya sampai tak bisa berkata-kata sekarang. Apa yang mereka lakukan semalam?

"Leon," lirih Jessica menutup mulutnya.

Leon semakin mengeratkan pelukannya. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jessica. "Tidur."

Jessica terdiam, ia benar-benar syok sekarang. Setelah ini bagaimana? Sekolahnya bagaimana? Ia tak mau sampai putus sekolah.

"Gak usah mikirin apa-apa. Tidur," gumam Leon tepat di telinga nya.

•••

"Gue minta maaf, g-gue...."

"Gak papa. Bukan salah lo," balas Jessica memalingkan wajahnya.

"Lo gak marah?" tanya Leon sambil menggenggam tangan Jessica erat.

"Buat apa gue marah? Gak bakal balikin keadaan juga kan? Lagian kita---"

"Makasih Je, maaf."

Leon memeluk Jessica erat membuat si empunya menegang. Ia gugup sekarang, sangat. Jessica mengelus punggung tegap Leon yang tengah memeluknya itu.

"Lo gak akan ninggalin gue kan?" tanya Jessica pelan sambil menatap Leon yang sudah melepaskan pelukannya.

"Lo mikir apa sih? Ya enggak lah, gue gak akan ninggalin lo."

Jessica mengangguk lalu menghela nafas lega. Ia tak perlu khawatir jika seandainya dirinya hamil. Tapi yang ia pikirkan sekarang adalah sekolahnya.

"Lo mikirin apa?" tanya Leon membuat Jessica tersadar.

"Gue di suruh jadi guru private nya Alvin," ucap Jessica membuat Leon menyeritkan keningnya.

"Lo terima?"

"Mereka gak nerima bantahan gue," balas Jessica.

"Yaudah."

"Yaudah apa?"

"Ya, iya. Gue ikut, lo juga harus ngajarin gue. Bukan cuma dia!" ucap Leon.

"Lo udah pinter. Mau di ajarin apa nya coba?"

"Lo gak mau?"

"Bukannya gak mau. Tapi bakal ribet, lo tau gimana kalo kalian ketemu. Ada aja alesan buat debat."

Leon hanya berdecak sambil memalingkan wajahnya. Ia akui jika dirinya benar-benar cemburu jika Jessica hanya berdua dengan Alvin. Jelas saja, Alvin adalah mantan Jessica.

"Terserah lo," ucap Leon kemudian beranjak ke luar kamar.

•••

Jessica mengendarai mobil nya dengan gelisah. Ia khawatir dengan keadaan Auryn. Tadi saat ia sedang mengerjakan tugas, mama Auryn menelpon dan meminta tolong pada nya untuk membujuk Auryn.

Gadis itu pulang entah dari mana dengan keadaan menangis hebat. Dan saat di tanya pun ia hanya diam. Apalagi sekarang Auryn mengunci dirinya di kamar, masih dengan keadaan yang sama.

Jessica jeluar dari mobil nya. Gadis itu langsung berlari ke rumah Auryn. Tampak mama Auryn yang berharap-harap cemas.

"Je, bantu tante. Au gak mau keluar dari pagi, dia nangis terus."

"Jeje izin ke atas ya tan?" ucap Jessica yang langsung di angguki.

Setelah mendapat izin, Jessica langsung melangkahkan kaki nya menaiki undakan tangga. Ia bingung kepada Auryn, gadis itu akhir-akhir ini tak pernah cerita kepadanya.

Tok
Tok
Tok

"Au, bukain pintu," ucap Jessica sambil mengetuk pintu, berharap Auryn mau mendengarkannya.

"Lo bikin khawatir tau gak? Lo jangan gini. Kalo ada masalah lo seharusnya cerita sama gue, jangan ngurung diri terus nangis kayak gini," ucap Jessica.

"Gue gak papa. Lo pulang aja," balas Auryn tanpa membuka pintu kamar nya.

"Gak papa gimana? Gue tau lo lagi gak baik-baik aja. Sekarang lo bisa cerita sama gue, lo nganggep gue sahabat kan?"

Cklek

Jessica tersenyum dalam hati. Akhirnya Auryn mau membuka kan pintu untuk nya. Jessica mengehela nafas melihat keadaan Auryn dari atas sampai bawah. Sangat mengenaskan. Dengan rambut acak-acak an, baju kusut, mata bengkak, lingkaran hitam di bawa mata, jangan lupakan air mata nya yang terus mengalir.

"Lo bener-bener bikin gue khawatir tau gak? Gue sampe kebut-kebut an di jalan."

"Seharusnya lo gak perlu kesini, gue gak papa."

"Gak papa lo bilang? Sayangnya, keadaan lo kayak gini gak nunjukin kalo lo gak papa. Duduk sini, cerita sama gue."

"Lo kenapa?" tanya Jessica mengelus punggung tangan Auryn.

Auryn kembali teringat Dian, gadis itu kembali menangis sesegukan membuat Jessica kelabakan. Dengan cepat Jessica memeluk Auryn, berusaha menenangkan gadis itu.

"Kalo lo belum siap cerita juga gak papa. Lo puasin aja nangis di pundak gue."

"Dian, dia mutusin gue."

Jessica mengelus punggung Auryn yang bergetar. Jadi karna Dian, Auryn menangis hebat seperti ini. Cowok itu tak mendengarkan ucapannya untuk tak menyakiti Auryn.

"Gue sama dia berantem hebat. Dan lo tau itu karna apa? Dian selingkuh dari gue, dan bahkan, tadi saat berantem sama gue pun dia malah belain selingkuhan nya. Sakit Je," jelas Auryn.

"Dia marah karna gue tampar selingkuhan nya itu. Dan lo tau? Dia hampir nampar gue, terus setelah itu dia mutusin gue. Dia bilang gue kayak anak kecil, egois, mentingin diri sendiri."

"Lo yang tenang ya, tunjukin sama dia kalo lo baik-baik aja. Jangan pikirin dia lagi, kalo emang dia jodoh lo. Dia bakalan balik lagi sama lo, percaya. Sekarang lo makan ya?"

"Gue gak mau."

"Ck, dengerin apa kata gue. Pura-pura kuat itu butuh tenaga. Makan ya?"

Jessica tersenyum saat Auryn menganggukan kepalanya, Jessica keluar dari kamar Auryn untuk mengambil makanan untuk gadis itu. Dian, ah cowok itu memang benar-benar membuat darahnya naik. Ternyata sifat playboy nya tak pernah pudar dari cowok itu.

•••
To be continue
Tunggu part selanjutnya!

I, You, and He [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang