Amarahnya yang tidak bisa dikendalikan lagi, siapapun yang sedang bernasib malang saat ini sudah pasti terkena dampaknya. Biasanya, wanita berkemeja putih polos itu lebih bisa mengendalikan emosinya dengan baik, tapi entah apa yang merasukinya saat ini hingga hampir seluruh orang yang ditemuinya pagi ini harus menerima 'sarapan pedas' darinya.
"Lagi-lagi ini yang jadi masalah utama kamu! Sebenarnya kamu ini bisa bekerja atau tidak? Typo bertebaran dimana-mana, kalkulasi bisa meleset, kamu mau buat saya rugi?!" Cercanya.
Gadis yang dimarahi itu baru saja lulus SMK beberapa bulan yang lalu. Ia berdiri gemetar tanpa berani mengangkat wajahnya biar pun seinci. Hari ini adalah tepat satu bulan gadis itu bekerja, memang masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki Mona dalam setiap pekerjaannya.
Bukan hanya kali ini Mona melakukan kesalahan dan entah sudah yang keberapa kalinya, tapi Mona tidak pernah dibentak dan dimarahi seperti ini, ah bukan tidak pernah, tapi mungkin belum. Dan ini adalah kali pertamanya harus menerima luapan amarah dari wanita yang bernotabane sebagai bosnya.
Pintu ruangan terbuka perlahan, seorang pria berpakaian formal dan berkacamata masuk dengan satu bungkus snack besar di tangannya. Pria itu menatap iba ke arah gadis yang sedang menunduk itu. "Sudah, biarkan dia pergi." Pria itu memberikan perintah di sela kunyahan nya.
"Saya minta ini diperbaiki lagi!" Ketus wanita di balik meja menyerahkan map berwarna merah, Mona menerimanya dan mengangguk pelan kemudian ia berbalik meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata.
"Ada keperluan apa kau datang?" tanya wanita di balik meja tanpa basa-basi. Terlihat wanita itu sangat tidak suka dengan kedatangannya.
"Apa kau tidak ingin menyuruhku untuk duduk dulu?" pria itu kemudian berjalan menuju kursi dan duduk di sana bahkan sebelum wanita itu mengiyakan. "Aku rasa kedatanganmu bukanlah hal yang baik, jadi aku tidak berfikir harus ramah padamu kali ini," ucap wanita itu sambil mulai membuka-buka berkas yang ada di atas meja untuk mengabaikan pria pengganggu itu.
"Aku dengar perusahaan milikmu mengalami guncangan yang cukup dahsyat," ucap Boy santai mengindahkan sindiran sang wanita.
Mendengar itu sang wanita memilih duduk bersandar menatap tajam pria yang bernama Boy itu, sembari jemarinya memainkan bolpoin.
Merasa pernyataannya tidak akan dijawab, Boy berdiri berjalan menyusuri ruangan, tanpa berniat mencari sesuatu ia menelisik setiap map yang ada di rak. "Jadi tujuanmu datang ke sini hanya untuk mencemooh ku?" ujar wanita itu pelan, tatapannya tidak luput dari pria bernama Boy itu.
Boy melirik sekilas dengan senyum yang tertahan. "Kau terlalu sensitif baby, apa kau sedang PMS hari ini? aku datang untuk memberimu solusi." Boy menjilati jemarinya yang dipenuhi dengan bumbu dengan sensual.
Wanita itu menaikan satu alisnya. "Tidak tertarik! sekarang aku minta kau keluar dari sini!" ketus wanita itu. Ia kembali mengalihkan perhatiannya pada berkas-berkas yang ada di atas meja.
"Apa kau yakin? penawaran ku ini hanya berlaku satu kali, kau tidak ingin mendengarnya dulu? aku khawatir kau akan menyesal jika melewatkannya." Boy berjalan sambil mengangkat kursi kemudian meletakkannya di samping meja dan duduk tepat di hadapan wanita itu tanpa sekat atau penghalang.
Wanita itu refleks sedikit mundur namun kursinya sudah tidak ada ruang gerak, di belakangnya sudah tertahan oleh dinding.
"Apa?" tanya wanita itu sedikit gugup, ia merasa terintimidasi. Boy meraih salah satu tangan wanita itu dan mengelus-elusnya. "Pilihannya adalah ... jadilah kekasihku, atau,--"
"--atau apa?!" wanita itu menarik paksa tangannya saat Boy akan mencium punggung tangannya.
Pembawaan pria itu masih begitu tenang meski wanita itu begitu menolak keberadaannya. Ia tersenyum kemudian perlahan berdiri membelakangi wanita itu. "--atau kau menjual seluruh saham milikmu beserta perusahaan ini kepada perusahaan Algario Holding." Perusahaan tersebut adalah perusahaan milik Boy dalam bidang perindustrian.
Wanita itu mendengkus, nyalinya sudah kembali. "Apakah tidak ada pilihan yang lebih buruk dari itu semua?" kelihatan sekali pria itu memanfaatkan keadaan.
Boy tertawa pelan, "tentu saja ada ... " Boy berbalik menatap wanita itu " ... seluruh perusahaanmu ini akan disita oleh pihak bank, lalu para lintah darat mengambil sisanya. Serta pikirkan semua kerugian mu untuk mengganti seluruh uang karyawan mu."
Wanita itu cukup terhenyak mendengar kenyataan terburuk yang harus ia terima saat ini, ia terdiam cukup lama. Memang, perusahaannya kini sudah berada di ujung tanduk. Akibat dari seorang pengkhianat dari dalam kantornya sendiri, dengan mengambil seluruh uang perusahaan serta pinjaman bank atas nama perusahaan, lalu menghilang bagai ditelan bumi. Orang tersebut sudah dilaporkan ke pihak yang berwajib dan sekarang sedang dalam pencarian. Walau bagaimanapun perusahaannya juga memang sedang mengalami penurunan yang drastis, sehingga tanpa adanya pengkhianat itupun perusahaan ini akan tetap bermasalah.
"Berikan aku waktu untuk berfikir...." lirih wanita itu tanpa melihat kearah Boy.
Boy berjalan pelan mengitari meja kemudian duduk di hadapan wanita itu lalu berkata, "bukan aku yang memberimu waktu, tapi memang kau hanya ada waktu satu minggu sampai kau keluar dari perusahaan mu ini dengan rasa sakit serta malu." Ia berdiri dan melanjutkan, "aku harap pilihanmu secantik penampilanmu untuk berada di sisiku," ungkap Boy tersenyum penuh kemenangan sambil berjalan mundur keluar dari ruangan, meninggalkan wanita yang sedang terdiam seribu bahasa.
Boy sudah lama mencintai wanita itu, sejak mereka masih sama-sama sekolah menengah atas. Wanita itu selalu menolaknya dengan alasan mereka masih pelajar, meski alasannya sangat klise, namun Boy menurutinya dengan menunggu saat mereka lulus. Kembali Boy ditolak dengan alasan tidak mempunyai pekerjaan dan berasal dari keluarga yang kurang berada. Padahal Boy sangat mencintainya dengan tulus, maka ini adalah kesempatan emas yang dimilikinya untuk mendapatkan pujaan hatinya setelah 7 tahun penantiannya.
Ep17
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Sandiwara (On Going)
RomantikKetika takdir menyatukan cinta yang tumbuh dan berawal dari sandiwara. Salah satu tetap kukuh menjadi naif dan tidak mengakui perasaannya, berakibat pada penyesalan yang tidak berguna. Zulaikha adalah seorang gadis yang menjadi korban cinta itu send...