Ice cream

24 7 0
                                    

Ting!

Pintu lift terbuka.

Saat gadis yang berada di dalam akan melangkah keluar, pintu lift tiba-tiba akan menutup kembali. Dengan sigap tangan kokoh seorang pria di belakang gadis itu menahan pintu agar tidak menjepit sang gadis, dan segera merangkulnya dengan satu tangan untuk keluar bersama.

Gadis itu sempat terkejut namun langsung tersipu, pasalnya sang pria sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya, tapi selalu sangat peka terhadap sekitarnya terutama hal yang berhubungan dengannya.

Mereka keluar dan berjalan bersisian. "Lain kali lebih hati-hati," peringat Rama dengan suara merdunya.

Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Rama masih bicara di telpon, dia hanya tidak ingin mengganggu.

Di hadapan mereka sudah terparkir manis sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilat. Seperti biasa, mereka akan keluar untuk makan siang sebagai rutinitas mereka sehari-hari.

"Kemana kita kali ini?" tanya Rama saat sudah duduk di kursi pengemudinya-setelah mematikan sambungan telepon.

Dengan gerakan malas Mina memasang sabuk pengaman nya, "aku tidak lapar."

Rama mengernyitkan dahinya, ia sudah menjalankan mobilnya keluar dari area gedung kantor miliknya. "Aku tau kemana kita kali ini." Rama tersenyum penuh arti ke arah Mina.

Sepanjang perjalanan hanya keheningan dan beberapa notif dari sosial media milik Mina, ia hanya berfokus pada ponselnya. Tidak lama kemudian ia menoleh ke arah jalan dan sudah Mina duga, setiap kali dirinya merasa sedang tidak selera, pria itu selalu bisa mencari solusi agar Mina tidak bisa menolak untuk makan.

Rama membawa Mina ke salah satu tempat favorite mereka, yaitu  Ice Cream Castle. Wajah Mina yang yang tadi terlihat lesu dan tidak berselera, berubah seketika. Ia tersenyum lebar menatap simbol dari castle yang berada di atap tertinggi, sehingga bisa dilihat meski mereka masih berada 200 meter menuju Castle.

Mina tampak bersemangat sekali menatap semangkuk ice cream vanila yang telah di suguhkan di hadapannya, dengan berbagai toping di atasnya. Tanpa menunggu lama Mina melahap ice cream itu dengan rakus.

Rama hanya memesan seporsi Desert sebagai pembuka makan siangnya atau lebih tepatnya hanya sebagai pengganjal perut, karena sesungguhnya Rama tidak bisa makan siang dalam porsi kecil, setelah mengembalikan mood gadis di hadapannya ini ia akan membawanya mencari salah satu restoran untuk mencari makanan yang lebih berat.

Saat usianya 15 tahun ia tinggal di salah satu negara Asia, Indonesia. Selama hidup di sana, ia jadi terbiasa dengan cara makan orang Asia. Bahkan sewaktu ia masih berumur 5 tahun sama sekali tidak bisa menyentuh makanan lain selain spagetti dan keju. Ia tidak menyangka bahwa selera makannya bisa berubah saat menginjakkan kaki di Indonesia hingga kini meski sudah setahun ia kembali ke New York.

Tangan kekar Rama beralih mengusap pelan ujung bibir ranum milik Mina, menghapus jejak-jejak ice cream di sana. Mina juga tampaknya sudah biasa dengan sikap manis Rama, mereka memang sudah biasa melakukan kontak fisik seperti itu, pegangan tangan, berpelukan dan bergandengan. Sejauh ini hanya itu, apalagi? mereka hanya kakak adik kan? yah meski tidak dilandasi hubungan darah, tapi hubungan mereka memang sedekat itu.

"Sudah?" tanya Rama saat melihat mangkuk ice cream Mina sudah kosong. Mina mengangguk cepat, tidak lupa dengan cengirannya.

Saat Rama berdiri untuk melakukan pembayaran di kasir, Mina dengan cepat mengikuti dan bergelanyut manja di lengan Rama.

"Aku mau satu cup lagi di bungkus," bisik wanita itu yang mengundang pelototan dari Rama. Mina memang pencinta ice cream, tapi Rama tidak mau mengambil resiko jika ice creamnya akan mencair di dalam mobil, karena mereka harus mencari restoran setelah ini. Lagi pula ini bukan musim dingin, meski di dalam mobil ada AC, tidak menutup kemungkinan akan cair juga.

Terjebak Sandiwara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang