Pekerjaan Baru

24 3 0
                                    

"Aku dengar CEO kita mengundurkan diri dari jabatannya," bisik salah satu wanita cantik berambut model box. Sekumpulan karyawan sedang bergosip di loby kantor. Mirisnya mereka menggosipkan atasan mereka sendiri.

Zulaikha sedang duduk menunggu panggilan, hari ini ia akan di interview. "Aku dengar ia adalah anak hasil hubungan gelap, gara-gara itu juga ia mengundurkan diri," kata salah satu laki-laki cantik yang ikut bergosip dengan sekumpulan wanita itu.

"Nona Zulaikha, anda sudah dipanggil. Mari saya antarkan," ucap wanita cantik berpakaian modis dan sexi menghampiri Zulaikha. Mungkin saja salah satu kriteria perusahaan ini dalam mencari karyawan salah satunya adalah cantik dan modis.

Zulaikha berjalan di samping wanita yang memanggilnya tadi. Saat di belokan ia berpapasan dengan seorang laki-laki berpenampilan acak-acakan membawa tas laptop, ia berjalan cepat menghiraukan tatapan-tatapan padanya.

Sekali lagi Zulaikha merasa tidak asing dengan paras tampan pria itu, apa mungkin efek jatlag membuatnya berhalusinasi? "Nona, kita sudah sampai. Semoga sukses dengan interviewnya," ucap ramah wanita itu, Zulaikha hanya tersenyum mengucapkan terima kasih. Ia perlahan masuk ke dalam ruangan.

Satu jam kemudian Zulaikha keluar dari gedung kantor dengan wajah sumeringah. Ia diterima kerja di bagian yang lumayan. Tidak terlalu berat tidak juga terlalu ringan, ia menyukai pekerjaannya yang baru. Meski kecil kemungkinan ia akan ditolak kerja--selain CV dan kualitas dirinya yang memang tidak diragukan lagi--Tino juga merekomendasikan langsung kepada teman dekatnya yang adalah HRD itu sendiri. Laki-laki itu ternyata memiliki banyak teman yang bisa diandalkan.

Zulaikha memilih cafe terdekat untuk sekedar minum dan santai. Ia masih baru disini, tidak tau jalan dan seluk beluk kota ini. Jadi ia harus lebih hati-hati agar tidak tersesat, meski zaman sudah canggih menyediakan maps sebagai peta online dari satelit langsung.

Saat ia masuk ke dalam Cafe--lonceng di atas pintunya berbunyi menandakan ada tamu yang hadir--ia menelisik tempat yang nyaman untuk duduk bersantai. Tatapannya jatuh pada pria yang baru saja ia temui di gedung kantor, pria acak-acakan itu.

Entah karena penasaran atau entah apa yang merasukinya. Ia berjalan menuju meja pria itu. "Excuse me, boleh aku duduk di sini?" seperti dejavu, pria itu menoleh dan menatap sekitar dan diam sejenak. "Tapi masih banyak meja yang kosong, Nona," ucap pria itu datar.

Tanpa rasa malu Zulaikha menarik kursi dan duduk di hadapan pria itu. Membuat pria itu menyatukan kedua alisnya sejenak lalu mengabaikan Zulaikha.

"Maaf kalau aku terlihat lancang." Pria itu seolah tidak mendengar apa yang diucapkan Zulaikha. Ia masih menatap dan mengaduk-aduk minumannya. "Aku membiarkanmu untuk rasa terima kasihku. Tidak lebih," ucap pria itu tanpa menoleh. Kali ini Zulaikha yang dibuat menyatukan kedua alisnya, ucapan pria itu. Apa maksud dari ucapannya, apakah ia berterimakasih karena sudah mau menemaninya duduk di sini, atau berterima kasih karena sudah mengganggunya, atau berterima kasih karena mengabaikannya di kantor, atau apa? pria itu sungguh tidak jelas, tapi Zulaikha berusaha untuk mengabaikan ucapannya.

"Namaku Zulaikha, aku karyawan baru di kantormu tadi." Zulaikha berusaha terlihat ramah untuk membuka percakapan mereka. Ia benar-benar merasa penasaran, siapa pria itu. Ia juga ingin memastikan apakah ia benar merasa pernah bertemu pria itu beberapa kali.

"Mantan kantorku lebih tepatnya," klarifikasi pria itu. "Apa kau sudah resigne dari sana? uh itu bukan urusanku, maaf." Pria itu tidak merespon. Tatapannya kini sudah beralih menatap Zulaikha, "aku ... aku hanya penasaran, apa kita sudah pernah bertemu beberapa kali sebelumnya? aku sangsi hal itu, karena aku baru beberapa hari di sini, tapi aku benar-benar merasa pernah bertemu denganmu." tutur Zulaikha penuh penasaran, ia akan mati penasaran jika pertanyaan itu tidak segera diungkapkan.

Pria itu tersenyum tipis, "namaku Rama, beberapa jam yang lalu aku adalah CEO kantor tempatmu bekerja sekarang." Zulaikha mulai tertarik, ia akan menanyakan hal yang lain, tapi urung. Rama memberi isyarat untukku agar memesan sesuatu.

"Beberapa wanita membicarakanmu di loby," ungkap Zulaikha setelah ia memesan minuman. "Itu sudah menjadi hal yang tidak bisa dihilangkan dari tabiat buruk seorang wanita." Zulaikha sedikit tersinggung, tapi ia abaikan karena sedikit banyaknya apa yang pria itu ucapkan adalah yang sebenarnya.

"Lalu, apakah benar kita pernah bertemu sebelumnya?" Zulaikha menyelipkan anak rambut di belakang telinganya. "Aku kira ingatanmu tidak salah, tapi kenapa harus kau pastikan lagi? apa ingatanmu tentang sesuatu hanya sebagiannya saja, lalu sebagian yang lainnya hilang seperti puzzle?" pria itu tertawa pelan, menganggap itu adalah sebuah lelucon.

Zulaikha kembali tersinggung. Sialan pria itu benar-benar membuat Zulaikha merasa seperti wanita yang tidak punya malu. "Baiklah, aku rasa pertanyaanku sudah terjawab. Terima kasih untuk waktunya, Pak Rama." Ia berdiri bermaksud untuk pergi namun urung karena salah satu pergelangan tangannya sudah dicekal oleh Rama.

"Duduklah, maaf membuatmu tersinggung." Rama tersenyum lebar. Zulaikha kembali duduk dengan wajah yang kesal, pelayan datang membawakan minumannya. "Dua minggu yang lalu aku berada di Indonesia, kita bertemu di Taman saat kau jogging. Dua hari yang lalu aku duduk satu meja denganmu di restoran seafood. Dua jam yang lalu kita berpapasan di koridor kantor. Apa cukup menjelaskan pertanyaanmu?" ungkap Rama, kali ini ia lebih ramah.

"Hari ini suasana hatiku hanya sedikit kacau, maaf dengan sambutan tadi." Zulaikha mengangguk. "Lalu, kenapa kau sampai ke sini? apakah ini salah satu kebetulan juga kita bertemu di negara yang jaraknya kurang lebih 16.000KM dari tempat asalmu?"

"Apa maksudmu aku mengikutimu, begitu?" sinis Zulaikha. "aku yakin Ini hanya kebetulan. Aku hanya tidak pernah merasa pernah bertemu dengan orang asing hingga beberapa kali. Lalu di pertemuan kita yang kedua, apa kau sudah menyadarinya?" lanjutnya.

"Apa ini bentuk introgasi, Nona?" Rama mengulum senyum. "Baiklah lupakan. Apa kau sekarang sedang sendiri? maksudku kau tidak sedang menunggu seseorang, 'kan?"

"Aku tidak punya teman, maksudku ... aku rasa tidak masalah jika kau mau jadi teman ngobrolku kali ini?" Rama tertawa, "kau bicara gugup seperti sedang ketahuan melakukan kesalahan oleh kekasihmu. Santailah sedikit, aku suka pertemuan pertama kita. Mengesankan."

Zulaikha menahan senyum, "apa kita teman sekarang?" pria itu kembali terkekeh, "seperti yang kau mau." Wanita itu sungguh lucu dan menggemaskan. Seketika suasana hati Rama membaik. Ia memang sudah mengenali wanita itu kala pertemuannya yang kedua, tapi tidak pernah menyangka kalau akan dipertemukan lagi di kantor yang sama, meski ia sekarang bukan lagi bagian dari perusahaan itu.

Terjebak Sandiwara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang