Zulaikha menyukainya

11 3 0
                                    

Mereka masuk ke dalam ruangan bercat putih yang lebih tertutup dan … sempit. "Ram untuk apa kita ke sini?" tanya Zulaikha bimbang, mendengar itu Rama tersenyum jahil. "Menurutmu?" Zulaikha mulai kelihatan panik, ia menggelengkan kepalanya dengan kedua tangan menyilang di dada. "Ram, jangan main-main ini sama sekali tidak lucu!"

Pria itu tertawa, membuat Zulaikha merasa heran sekaligus takut. "Film apa yang kau tonton? kenapa pikiranmu jadi nethink begitu?" Rama menarik tangan Zulaikha agar mengikutinya. Dalam ruangan itu terdapat pintu lain, saat Rama membukanya lebar, Zulaikha sedikit takjub. Barusan dia berada di restoran yang tidak bisa di katakan mewah, dan sekarang di tempat yang sama ia bisa menemukan ruangan yang ia sendiri tidak menyangka. "Masuklah," ajak Rama.

Dua buah Rak buku tinggi menjulang hingga ke atapnya yang menempel di dinding. Nuansa ruangan sangat damai dan hangat, ruangan ini juga ia yakin sengaja dibuat kedap suara. Meski bangunan terbuat dari bahan permanen, tapi tetap dibuat seolah berbahan dari kayu dengan dicat berwarna vernis kayu. Terdapat beberapa meja dan kursi untuk membaca, ada satu sofa panjang dengan bahan bludru berwarna merah dengan mahkotanya berwarna keemasan. Salah satu sudut yang mencuri perhatian Zulaikha, sebuah furniture buatan di dalam ruangan kaca yang dibuat jadi dinding. Di dalamnya terdapat replika hutan kecil yang rindang dengan air terjun yang dibuat seakan nyata. Suara gemercik airnya bisa terdengar di telinga Zulaikha, serta suara kicauan burung-burung yang berasal dari speaker seakan membuatnya berimajinasi berada di belahan dunia yang lain.

"Kau menyukai tempat ini?" ucapan Rama membuatnya tersadar bahwa ia tidak sendiri di sini. Zulaikha mengangguk cepat, "ini sungguh luar biasa, Rama." Zulaikha mulai menelusuri ruangan. Sedari tadi Rama sibuk memotret dirinya dan ruangan ini. "Aku suka ke tempat ini kalau aku sedang tidak bekerja. Kau bilang kau juga suka baca buku, jadi aku bawa kau ke sini." Rama ikut berkeliling untuk mendapatkan beberapa foto dari tempat ini.

"Kau dengan kekasihmu?" Rama menggeleng, "teman-temanmu?" tanya wanita itu lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari mencari buku yang menarik. "Hanya kau. Aku tidak memiliki kekasih atau teman yang suka membaca sepertiku." Rama kembali mengambil foto Zulaikha dari berbagai arah.

Setelah mendapatkan beberapa buku mereka mengambil posisi masing-masing. Rama duduk di kursi goyang yang terbuat dari rotan dan meletakkan kameranya di atas nakas yang berada tidak jauh darinya kemudian ia mulai membuka halaman buku.

Zulaikha dan Rama sibuk dengan bacaannya masing-masing. Zulaikha lebih banyak memilih novel dari penulis-penulis terkenal dari  seluruh belahan dunia, seperti JK. Rowling dengan novel terbarunya yang terbit di tahun 2020 Trouble Blood dan William Shakespeare si Penyair Nasional Inggris dengan Novelnya yang berjudul Othello.

Rama melirik Zulaikha yang sedang berbaring di sofa panjang yang tidak jauh darinya. "Apa kau mau aku pesankan minuman hangat?" tanya Rama yang hanya dibalas anggukan oleh wanita itu.

Tidak lama kemudian Rama datang dengan dua cangkir di tangannya. Zulaikha menoleh, "apa hujannya sudah reda?" Rama menggeleng "masih cukup deras." Rama melirik jam di tangannya, pukul 15.35. Mereka kembali hanyut dalam bacaan masing-masing.

Entah Sudah berapa lama mereka masuk ke dalam dimensi imajinasi masing-masing, Rama merasa pegal kemudian menutup bukunya dan berdiri untuk merenggangkan tubuhnya. Ia melirik Zulaikha yang sudah tertidur pulas dengan buku yang masih terbuka di atas dadanya.

Rama meminta selimut kepada pihak restoran kemudian menyelimutinya ke tubuh Zulaikha, ia melirik jam, 19.45 hari sudah berganti malam. 

"Hei, kau dengar aku tidak?" panggil Tino yang sudah duduk di hadapan Zulaikha, membuyarkan lamunan Zulaikha tentang kejadian kemarin yang membuatnya membolos kerja setengah hari sekaligus tidak ikut menjemput Tino di bandara. Ia baru pulang pagi tadi. Beruntung ini adalah hari libur, sehingga ia tidak perlu mencari alasan untuk tidak bekerja lagi hari ini.

"Maaf, kau bilang apa?" Tino merengut membuat Zulaikha tertawa, "aku kehujanan di sebuah restoran, kebetulan Rama menggunakan motor. Jadi terpaksa kami harus menunggu hujan reda." Zulaikha berdiri dari sofa dan mengambil beberapa roti di dalam kulkas dan bermaksud untuk membuat minuman hangat.

"Rama?" Tino mengikuti Zulaikha "dan menunggu hujan hingga pagi ini?" Tino menyangsikannya.

"Rama teman baruku di sini. Sebenarnya aku kemarin tertidur, kami menunggu hujan sambil membaca di perpustakaan milik restoran itu … kau mau juga?" Zulaikha menunjukkan gelasnya, Tino mengangguk. "Wuaahhh kau tidur dengannya? cepat sekali kau mendapatkan teman kencan?" Tino mengaduh saat Zulaikha memukul lengannya tiba-tiba. "Bukan teman kencan, hanya teman, dan aku bukan tidur dengannya seperti apa yang kau bayangkan. Sudahlah yang penting aku di sini. Bagaimana kabar Linda dan Bundaku?" Zulaikha sudah selesai membuat minumannya dan kembali ke sofa ruang tengah.

Tino menurut dan tentu saja percaya dengan apa yang diucapkan sahabatnya itu. "Mereka baik-baik saja, kau tidak ingin menghubunginya?" Tino mengikuti dari belakang dengan cangkir minuman yang dibuat oleh Zulaikha tadi ditambah dengan setoples cemilan cochochips. 

"Terakhir dua hari yang lalu, Bunda tidak berhenti menyuruhku pulang dan segera memberikannya calon menantu," keluh Zulaikha. "Ya sudah carikan saja," Zulaikha melotot mendengar jawaban dari Tino, dan pria itu malah tertawa.

Sahabatnya itu tahu persis bagaimana Zulaikha yang tidak mudah untuk mencintai seorang pria, dalam hidupnya hanya didedikasikannya untuk pekerjaan dan Malaikat dalam hidupnya yaitu Bundanya. Berpacaran-pun ia sungguh tidak mau. Bundanya sendiri juga ikut khawatir akan masa depan Zulaikha.

"Tapi aku sedikit tertarik dengan temanmu yang bernama Rama, siapa dia? kenapa dia bisa membuatmu betah berlama-lama dengan laki-laki lebih dari 6 jam selain aku? ini rekord baru Zul!" Tino memekik girang. Zulaikha menanggapinya dengan malas, "entahlah, aku merasa nyaman dengannya sama sepertimu, kami bisa bicara banyak hal hingga lupa waktu. Dia juga baik, pengertian, tidak membosankan, dan yang paling penting, dia tidak seperti sedang mencari muka dan suka mengambil kesempatan dalam kesempitan. Aku hanya merasa aman," tutur Zulaikha tanpa sadar menjelaskan.

Tino menjentikan jarinya, "nah pria seperti itulah yang kau butuhkan Zuleha!" Zulaikha memutar bola matanya, "sudahlah jangan bahas dia lagi. Bagaimana dengan Butikmu?" Tino mendesah kecewa saat Zulaikha tidak mau membahas pria lain, kemudian memilih menyalakan televisi. "Siang nanti aku pergi untuk mengurusnya. Pekerjaanmu bagaimana?" tanya Tino balik, "kali ini aku menyukainya," ucap Zulaikha sambil tersenyum.

Ia kembali memikirkan apa yang diucapkannya tentang Rama, benarkah seperti itu? Zulaikha mungkin sudah gila jika dia benar-benar menyukai pria yang baru saja dikenalnya belum genap sebulan. Hei, menyukai belum tentu jatuh cinta kan?

Terjebak Sandiwara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang