Rencana terealisasikan

25 5 0
                                    

Suara tawa menggelegar memenuhi di setiap sudut ruangan, membuat orang-orang menatap heran ke arah si wanita gila yang sedari tadi belum juga menghentikan tawanya.

"Teman seperti apa yang bahagia melihat penderitaan sahabatnya sendiri?" Sarkas Zulaikha pada Linda di hadapannya.

Linda berusaha untuk menghentikan tawanya. Akhirnya orang-orang yang menatap sudah mulai sibuk dengan aktifitasnya dan makanannya masing-masing setelah Linda berhasil diam sepenuhnya.

"Oke-oke.  Sorry. " Linda menyengir dan menunjukan dua jari membentuk huruf v. Zulaikha hanya mendengus dan memutar bola matanya malas sambil menikmati minumannya. Mereka sedang berada di cafe yang memang sedang ramai pada jam makan siang seperti ini, karena letaknya tidak jauh dari gedung-gedung kantor.

"Jadi sekarang rencananya apa?" tanya Linda mulai serius. "Cari yang baru!" Desis Zulaikha tajam. Membuat Linda tercenung sesaat, "tapi ini akan menjadi pekerjaanmu yang ke 10, apa kau yakin?" Linda menatap aneh ke arah Zulaikha.

"Apanya yang tidak yakin Lin? Maksudmu aku harus bisa menerima perlakuan si Adi perut besar itu?!" cerca Zulaikha berang, ia mendengkus.

"Tidak-tidak, kau salah. Tentu saja aku mendukungmu untuk resign dari sana. Maksudku apa kau tidak ingin mencoba lagi membangun usaha kecilmu?" klarifikasi Linda cepat, sebelum sahabatnya benar-benar salah paham.

Terdengar samar Zulaikha mendesah, ekspresi wajahnya berubah sedih, "aku belum punya cukup nyali untuk itu…." Cicitnya.

"Itu sudah 5 tahun yang lalu Zul, apa kau tidak bisa melupakannya? ayolah, sudah saatnya kau bangkit," bujuk Linda.

Zulaikha menatap Linda nanar sambil menggeleng pelan. Rasa trauma masih membekas dalam benaknya, saat mengetahui fakta-fakta dari seorang laki-laki yang berusaha menghancurkan usaha yang sudah dibangunnya dari nol dengan cara licik hanya bertujuan untuk mendapatkan dirinya, dan lebih tragis saat Zulaikha sudah setuju menjadi kekasihnya-demi menyelamatkan perusahaannya-pria itu mencoba untuk melecehkannya dengan cara yang tragis dan kejam, menyisakan rasa trauma yang mendalam.

Zulaikha harus kehilangan perusahaannya, demi mempertahankan harga diri dan kehormatannya. Selama 5 tahun ini ia hanya bisa menjadi seorang pekerja di bawah naungan org lain. Ia belum cukup berani untuk memulai bisnis lagi dari nol, iya mentalnya selemah itu. Untuk memulai sesuatu yang baru dari nol bukanlah hal yang mudah bagi dirinya.

Selama 5 tahun ini juga ia sudah bergonta-ganti pekerjaan sebanyak 10 kali, dengan alasan yang sama, pelecehan. Sebenarnya tidak semua benar-benar melecehkannya, tapi karena rasa trauma membuatnya sangat sensitif, bahkan saat teman pria sekantornya sering tersenyum padanya saja ia sudah bergidik ngeri memikirkan hal yang tidak-tidak hingga akhirnya ia kembali resign.

"Aku bisa merekomendasikan tempat kerja!" seru Tino yang baru saja tiba, dia memang sudah tau permasalahan Zulaikha dari pesan yang dikirim Zulaikha. Ia duduk di hadapan Zulaikha sambil memakan snack berukuran besar di tangannya.

Keduanya pun menoleh menatap Tino. "Dimana?" ucap Zulaikha dan Linda bersamaan. Tino yang melihat ini pun sontak terdiam, ia sempat merasa terintimidasi dari tatapan kedua wanita yang berstatus sahabatnya itu.

"Luar negeri," celos Tino akhirnya.

Wajah Linda langsung berbinar, tapi lain halnya dengan Zulaikha yang langsung melotot, "Aku tidak mau!" jawab Zulaikha cepat. Linda menoleh kemudian bertanya "Kenapa?"

"Sudah pasti aku tidak bisa bertemu kalian lagi, lagi pula kenapa harus jauh-jauh?" alibinya.

"Oh ya ampun Zuleha yang cantik baik hati wanita salehah sepanjang hari nan tiada bandingan dari wanita di bumi," keluh pria berpenampilan modis itu.

"Aku berencana akan buka butik di New york, aku sudah merencanakannya dengan temanku yang adalah salah satu desainer ternama di sana. Maka dari itu aku mengusulkanmu ke sana, aku juga punya beberapa kenalan dengan orang besar di sana." Tino menjelaskan, mulutnya tidak pernah berhenti mengunyah atau sekedar menjeda.

"Ah tidak-tidak! apa ini artinya kalian berencana akan meninggalkanku?" Linda mengutarakan keberatannya.

"Kalau kau mau, kau bisa menjadi karyawanku di sana," bisik Tino dengan smirk nya. Linda langsung menjauh dengan ekspresi yang lucu. "Aku tidak sudi jadi pesuruh siluman sepertimu!"

Tino tertawa pelan. "Itu artinya selamat tinggal nenek sihir…." Tino melambaikan tangan dengan anggun.

Linda mendengus, raut wajahnya menjadi sendu lama kelamaan ia terisak dan merengek kuat.

"Huuuaaaaaaa!!!!!! Kalian tega meninggalkanku!!!"

"Duuuhhh Linda! aku saja belum mengambil keputusan akan pergi atau tidak, tapi kau sudah seakan-akan ditinggalkan. Jangan mendramatisir keadaan, aku tidak suka." Zulaikha mengomel, karena orang-orang sudah mulai memperhatikan mereka lagi.

Linda menghentikan rengekannya, sedang Tino berusaha setengah mati menahan tawanya. Tino adalah laki-laki bertubuh sedikit gempal, namun berparas tampan. Dia mempunyai hobby yang sangat aneh, yaitu mengganggu dan mengusik Linda.

"Jadi bagaimana?"

"Bagaimana dengan Bundaku?" Zulaikha mulai sangsi. Bagaimana tidak, Bundanya tengah sakit-sakitan ia tidak tega untuk meninggalkannya.

Tino tampak memanggil seorang pelayan dengan mengangkat tangannya lalu menoleh ke arah Zulaikha mencoba untuk menjelaskan, "Bunda akan tinggal dulu sementara dengan Linda yang menjaganya, saat kau sudah mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal, mereka akan menyusul. Bagaimana?"

Zulaikha tampak sedang mempertimbangkannya. Linda memincingkan matanya menatap Tino penuh selidik, "sepertinya kau sudah merencanakan ini sebelumnya. Apa aku benar Tino si … luman?"

Tino tertawa. "Bukan rencanaku, tapi memang keinginanku saat aku berencana akan pindah ke New York, aku merasa tidak bisa jauh dari kalian terutama kau si nenek sihir. Tidak akan ada lagi yang akan aku ganggu. Jadi ini kesempatanku untuk merealisasikannya." Tino tersenyum lebar, tapi kemudian meringis karena pinggangnya baru saja dicubit oleh Linda. Mereka sempat beradu mulut dan cubitan kemudian pelayan datang menghentikan kegiatan mereka.

Tino memesan segelas minuman dan dessert, Linda ikut memesan beberapa cemilan manis seperti coklat dan kek. "Baiklah aku setuju." Setelah mempertimbangkan segalanya, Zulaikha mengambil keputusan.

"Nah aku suka, kau memang sahabatku Zul."

Terjebak Sandiwara (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang