"Rama, boleh aku bertanya sesuatu?" ujar Zulaikha sambil memotong-motong daun menjadi beberapa bagian di tangannya, sedangkan Rama sibuk memotret segala objek yang ada di sana. Sore ini mereka sedang berjalan santai di taman kota. "Ya," tanggapnya menoleh sekilas.
"Kenapa wajahmu seperti bukan orang Amerika? aku bahkan tidak mengira kalau kau orang Amerika saat kita bertemu pertama kali." Zulaikha mengungkapkan apa yang mengganjal di pikirannya begitu ia tersadar saat mereka sudah saling mengenal, meski pertanyaannya bisa dibilang konyol. Bisa saja jawabannya adalah karena memang Tuhan ingin menciptakannya dengan wajah seperti itu, Zulaikha tertawa dalam hati. Zulaikha hanya ingin mengungkapkan apa yang membuatnya penasaran.
Rama tertawa pelan, "sudah satu bulan kita kenal dan baru sekarang kau menanyakannya?" Zulaikha hanya menyengir kuda. Rama diam sejenak dengan senyum di wajahnya sebelum menjawab, "Alm. Ibuku asal Johor-Malaysia, kami juga cukup lama tinggal di Kalimantan-Indonesia." jawab Rama.
"Maaf, aku tidak bermaksud mengungkit Alm. Ibumu," cicit Zulaikha tampak menyesal sudah mengingatkan pria itu pada orang yang sudah tiada. "Tidak masalah, itu sudah 7 tahun yang lalu. Aku sudah terbiasa."
Wanita itu hanya mengangguk, kini ia mengerti mengapa Rama memiliki wajah Asia dan bisa bicara menggunakan bahasa Indonesia. Pria berambut hitam sedikit ikal, kulit sawo matang, hidung mancung, satu-satunya hal yang membuat Zulaikha percaya bahwa Rama keturunan orang Amerika adalah ketampanannya yang di atas rata-rata.
Zulaikha tertawa dalam hati, apa yang sedang dipikirkannya? ia merasa sudah menjadi gadis-gadis alay yang selalu mengukur ketampanan seorang pria.
"Kak Rama!" suara wanita memanggil dari arah belakang, mereka menoleh. Rama tersenyum ke arah wanita yang memanggilnya, Zulaikha malah terlihat sedikit kaget. "Mona?!" gumamnya. Mona juga tak kalah terkejut, "Bu Zulay?"
Rama terlihat bingung menoleh ke arah Zulaikha dan Mona bergantian. "Kalian saling mengenal?" Zulaikha melihat Rama menanyakan hal yang sama, "kalian saling kenal?" Mona juga merasa tak mau kalah ikut menanyakan, "Kak Rama sama Bu Zulay saling kenal?" tidak lama mereka saling tertawa bersama melihat kekonyolan mereka bertiga.
Mona adalah kembaran Alm. Mina-wanita yang dulu sempat mengisi hari-harinya Rama-wanita yang sudah ia anggap sebagai adiknya. Mona lahir selisih 10 menit dari Mina, jadi Mona adalah kakak.
Mina tinggal di Amerika untuk melanjutkan pendidikannya. Ia sempat magang di perusahaan Rama yang membuatnya mengenal Rama. Berapa minggu lalu Rama ke Indonesia untuk menawarkan pekerjaan di perusahaan cabangnya, dan wanita itu menyetujuinya.
"Jadilah Mona ada di sini," jelas Rama. Mereka sedang duduk dan minum di cafe untuk berbincang. Zulaikha diam mendengarkan dongeng Rama sambil menikmati minumannya. "Mona, kapan kau mengundurkan diri dari perusahaan itu?" tanya Zulaikha setelah Rama selesai bicara.
Wanita yang panjang rambutnya hanya setengah dari lehernya itu menghela nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan Zulaikha, "setelah bu Zulay … " Zulaikha segera memotong,"jangan panggil aku itu lagi, aku sudah bukan atasanmu."
Mona mengangguk, "satu minggu setelah kepergianmu, peraturan di perusahaan berubah drastis, dan lebih mengekang. Pak Boy bahkan banyak memecat karyawan yang berkompeten tanpa alasan."
Mona berhenti sejenak untuk minum. Zulaikha sudah bisa menebak itu akan terjadi, mengingat ia pernah melihat langsung bagaimana sifat kepribadian Boy yang lainnya.
Rama jadi mengerti, Mona adalah mantan karyawan Zulaikha, dan Zulaikha dulunya punya sebuah perusahaan. Tunggu, "lalu kemana perusahaanmu sekarang?" sergap Rama sebelum Mona bicara lagi. Mereka saling menoleh satu sama lain, jadilah mereka saling bercerita panjang lebar tentang diri masing-masing.
Tidak terasa, mereka berbincang-bincang sampai malam, akhirnya mereka memutuskan untuk makan malam dulu. Setelah itu Rama mengantar Mona pulang ke Apartemennya, kemudian terakhir mengantar Zulaikha.
Semenjak Rama tidak lagi bekerja, waktunya hanya dihabiskan untuk berjalan-jalan mencari objek fotonya. Beberapa hari terakhir ia sedang mencoba kembali bergelut dengan teknik arsitektur, sesuai saran dari Zulaikha. Kedepannya Rama bisa melamar menjadi Arsitek atau Konsultan. Sesuai dengan cita-citanya dulu.
Ah mengingat wanita itu, Rama merasakan nyaman saat berada dekat dengannya, terlebih dia adalah wanita yang supel dan nyambung kalau diajak bicara tentang apapun, karena ia cukup pintar tau segala hal yang sedang mereka bicarakan. Meski terlihat mandiri, tegar dan kuat, wanita itu sebenarnya mempunyai sisi yang sangat manja.
Rama adalah anak tunggal, ia tidak memiliki saudara. Ia juga tidak memiliki sahabat dekat, lebih tepatnya ia tidak mudah percaya dan dekat dengan orang lain. Ia memiliki beberapa teman hanya sekedar untuk hangout atau hal biasa lainnya.
Dalam kesendiriannya ia selalu menginginkan seorang adik. Mina adalah salah satu gadis yang cocok dengan kepribadiannya dan ia anggap sebagai adik. Saat Mona meninggal pada kecelakaan 6 bulan yang lalu, ia merasa sangat kehilangan.
Sebenarnya, ia memiliki satu adik tiri perempuan. Dulu mereka sangat dekat, tapi beberapa tahun terakhir mereka berpisah meski masih dalam satu negara, karena Ibu tirinya tidak menginginkan kedekatan mereka.
Sekarang ada wanita lain yang sepertinya juga bisa membuatnya nyaman dan bisa mengisi kesepiannya, Zulaikha.
"Terima kasih," ujar Zulaikha saat ia turun dari mobil. Mereka berdiri di samping mobil untuk mengucapkan perpisahan. "Aku yang harusnya berterima kasih. Hari ini kau sudah memberikan kepercayaanmu untuk berbagi cerita pahit manis dalam hidupmu."
Wanita bergaun biru itu tersenyum lebar, "sekarang bukan hal yang pahit." Rama menarik Zulaikha dalam dekapannya, salah satu tangannya mengusap rambut panjang wanita itu yang tergerai di punggungnya.
Cukup lama, membuat Zulaikha sedikit terkesima dengan sikap Rama yang sedikit berbeda. "Aku … aku harus masuk, Ram. Tino pasti sudah menungguku," ujar Zulaikha gugup.
"Masuklah." Rama tersenyum hangat ke arah Zulaikha yang mulai melangkah meninggalkan Rama yang berdiri bersandar di mobilnya dengan kedua tangan yang berada dalam sakunya.
Zulaikha dengan langkah lebar meninggalkan Rama. Ia tidak mau berlama-lama bersama Rama disituasi yang membuatnya canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Sandiwara (On Going)
RomanceKetika takdir menyatukan cinta yang tumbuh dan berawal dari sandiwara. Salah satu tetap kukuh menjadi naif dan tidak mengakui perasaannya, berakibat pada penyesalan yang tidak berguna. Zulaikha adalah seorang gadis yang menjadi korban cinta itu send...