BAB 15 | DINNER

75 16 0
                                    

HALO TEMAN TEMAN, APA KABAR❤️❤️

SEMOGA SELALU BAIK-BAIK SAJA💘

gimana chapter sebelumnya? Belum puas ? Masih gantung? Yuk temuin jawabannya cuma ada di chapter ini

Semoga setelah membaca kalian langsung jangan terror aku wkwk karena apaaa

Karena aku buat chapter ini gantung wkwkkw maap ya🥺❤️❤️

So langsung aja yuk, happy reading all ❤️

Vote komen nya jangan lupa yaa❤️❤️

"Di saat dirimu terpaku, di situ otakmu tak bisa berkerja secara langsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di saat dirimu terpaku, di situ otakmu tak bisa berkerja secara langsung."

•••••••

Natha spontan langsung menoleh kaget saat mendengar sebuah suara di belakang tubuhnya. Ia mendelik kesal pada Dewa yang selalu berhasil membuatnya jantungan, seperti orang bego bila berhadapan, dan menjadi diam seribu bahasa jika kalah bicara dengan Dewa. Natha dengan cepat menyimpan ponselnya, dan menatap Dewa sebal. Sedangkan yang ditatap, hanya berlagak santai dan menaik-turunkan alisnya.

"Baca apa? Pesan apa yang lo maksud?" tanya Natha sok-sokan tak tahu menahu soal yang dikatakan Dewa. Membuat Pria itu tersenyum kecil, yang anehnya berdampak pada Natha yang sekarang berkeringat dingin. Dewa mengubah posisinya, dan dengan santai mendekat ke Natha yang membuat cewek itu berdetak semakin kencang.

"Lo gak perlu jawab pertanyaan gue. Karena gue udah tahu, lo pasti juga udah baca surat itu, kan? Jadi, nanti malam gue jemput dan kita makan malam di kafe dekat rumah lo," ucap Dewa dan setelahnya pergi meninggalkan Natha yang terdiam.

Namun, dua detik kemudian, Natha langsung berteriak, tak peduli pria itu mendengarnya atau tidak. "Gue gak mau, Dewa songong!!"

Dewa sudah melenggang pergi meninggalkan Natha dengan satu tangan dimasukkan ke hoddie hitamnya, dan tas hitam yang menggelayut di bahu kanan.

Natha mendengus kesal. Ternyata inisial 'D' di lembar surat kemarin, adalah Dewangga Putratama. Bisa-bisanya cowok itu menyelipkan sebuah surat ke dalam tasnya. Yang menjadi pertanyaannya, kenapa dirinya tidak sadar saat Dewa membuka tasnya?

"Natha! Bengong mulu, sih? Lihat apa?" tegur Naya sembari menepuk pundak Natha. Perempuan itu langsung tersadar dan menoleh cepat ke arah Nadhira dan Naya yang baru saja keluar dari kamar mandi. 

"Gue gak pa-pa. Langsung balik aja, yuk. Mau naik taksi atau angkot?"

*****

Natha menghempaskan tubuhnya di atas kasur yang nyaman. Malam ini sudah pukul delapan. Ia bahkan sedari tadi sudah melihat ke luar rumah melalui kaca rumahnya yang bertingkat, namun tak kunjung menemukan tanda-tanda bahwa Dewa sudah tiba.

TWO-FACED [SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang