[HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA KARENA ADA PART YANG DIPRIVAT]
JANGAN LUPA UNTUK MEMBERI VOTE DAN KOMEN, KARENA SANGAT BERARTI BAGI AUTHOR, THANKIES❤️
BERHENTI PLAGIAT! INI CERITA ASLINYA⚡✨
Sebenarnya, pertemuan kita ini, hanya menunda sebuah per...
Malam semuanyaa apa kabar pembaca wattpad zakisept?? ❤️❤️❤️
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT ya temen temen tetep stay safe masing masing😻✨💝💝
Oke, langsung aja, gimana chapter sebelumnya? Dari chapter berapa aja kalian mulai suka sama cerita ini?❤️❤️❤️
Chapter favorit kalian di chapter berapa sih? Sebutin donggg🙏😭🌹
So, chapter ini bikin kalian tahu arti sahabat yang sebenarnya. Selamat membaca, vote komen yaa🤍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo itu terbuat dari unsur campuran Cuprum sama Telurium ya? Soalnya lo terlalu Cu-Te."
••••••••
"Selamat, Natha. Kamu hebat!!"
Suara itu membuat Natha yang masih terbangun setengah jiwa dengan seragam sekolah, langsung terkejut bukan main saat tahu kedua orang tua dan Abangnya membawa spanduk dan kue kecil dengan lilin di atasnya.
Natha membelalakkan matanya, tersenyum haru karena Bram pulang setelah berminggu-minggu keluar daerah untuk bertugas.
"Selamat, ya, Natha, soalnya kamu pinter banget bisa menang di Olimpiade Sains Nasional juara kedua!!" sorak Desti dengan wajah berbinar. Wanita tua itu mengelus puncak kepala anaknya lantas mengecup keningnya. Natha tersenyum kecil saat Mama dan Papanya ikut bangga seperti ini.
"Makasih, Ma, Pa. Udah repot-repot buat surprise kecil-kecilan kayak gini," ucap Natha seraya memeluk Bram dan Desti. "Enggak repot, Natha. Papa malah bangga, pulang dari kantor kerja, langsung tahu kabar kalau kamu menang Olimpiade," tutur Bram yang sedang memeluk Natha bersamaan dengan istrinya. Mereka berdua melepas pelukannya dan bersiap untuk sarapan pagi.
Abdi mendekat, lantas mengulurkan tangan kanannya. "Selamat, ya. Lo adik gue yang paling hebat." Nada bicara Abdi masih sama, netral dan datar tanpa ekspresi yang menunjukkan bangga atau sebagainya. Natha mendengus kecil. Abangnya yang satu ini memang sangat sulit untuk berekspresi. Terlalu dingin menjadi cowok.
Natha menjabat tangan Abangnya. "Bang Abdi, ih. Kalau kasih ucapan selamat tuh, senyum atau gimana, gitu? Bahagia dikit, deh, seengaknya," cibir Natha merengut. Abdi menarik sudut bibirnya ke atas, hanya beberapa detik, namun menjadi pemandangan langka bagi Natha. Bram dan Desti terkekeh kecil dengan sikap Abdi yang selalu saja datar.
"Udah, udah. Buruan makan, yuk. Nanti keburu dingin, nih, soto buatan Mama," tukas Desti membuat Natha langsung melepaskan jabatan tangannya dan berlari kecil untuk duduk di meja makan. Abdi memutar bola matanya dan menurunkan tangan kanannya tadi. Pria kampus itu langsung berjalan pelan ke meja makan dan mengambil duduk.
"Natha, Mama dengar kemarin kamu sempat pingsan, ya?" tanya Desti tiba-tiba membuat seisi meja makan langsung tegang. Natha yang mendengar sang Mama bertanya seperti itu langsung menelan makanannya dengan cepat. Bagaimana bisa Mamanya tahu kalau dia sempat pingsan?