Chapter 1 🎁 Tolong

656 63 6
                                    


Dinding batu yang tebal tak dapat menyelimuti rasa dingin di ruangan ini. Seorang gadis tidur meringkuk di dalam ruangan yang gelap. Ia mendengar suara pintu yang terbuka.

Selain embusan angin, ketukan sepatu langkah kaki pun merebak di telinganya. Sang gadis yakin bahwa seseorang yang telah menyibakkan tirai pembatas di tempat tidurnya adalah lelaki yang sudah dua minggu ini selalu menemaninya.

Namun, gadis itu merasa sesorang telah menyentuh kulit kakinya yang sedang kedinginan. Awalnya, ia berpikir bahwa orang yang berada didekatnya akan melinkarkan selimut. Tetapi, belaian lembut itu semakin menekan permukaan kulit bagian tubuh lainnya. Ia terkejut, seketika duduk dan meraba tempat di sekitarnya.

"Kabir, apakah itu kamu?" tanya gadis tersebut.

Dari postur tubuh yang teraba, gadis itu meyakini bahwa yang ada di hadapannya adalah seorang lelaki. Ia tak bisa mengenali karena di ruangan tersebut tak ada cahaya yang menyinari.

"Kabir, itukah kamu? Tolong bicaralah! Aku takut, sudah satu jam lebih listrik padam. Di luar angin berembus sangat kencang. Aku kedingingan dan tidak berani mencari pencahayaan ataupun selimut," tutur sang gadis.

Namun, pemuda di hadapannya justru membungkam mulut gadis itu memggunakan telapak tangan. Tubuh lelaki itu dengan kuat mendorong perempuan cantik berkulit kuning langsat tersebut. Ia memaksa gadis di hadapannya untuk berbaring.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu siapa?" pekik gadis yang sejak tadi berada di ruangan tersebut.

Kedua tangannya yang mulus kini terkunci tak dapat bergerak. Tangan asing yang tadi membungkam mulut sekarang terlepas. Gadis itu menyadari bahwa seseorang telah melumat bibirnya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk memberontak, tetapi tenaganya tak sekuat pemuda yang sedang mendekap tubuhnya.

Ketika pemuda itu menjauhkan wajah dari bibir sang gadis, perempuan malang itu pun seketika berteriak, "Help me! Help me! Kabiiir... help meee. Toloong aku ya Allah... TOLOOONG!!"

Suara perempuan yang tak asing lagi baginya pun terdengar dengan jelas.

"Ma, Mama...." Seseorang menggoyangkan tubuhnya. "Ma, bangun. Mama kenapa?"

Rasinta membuka mata dan berhasil keluar dari mimpi buruknya. Wanita itu menatap wajah gadis cantik di hadapannya. Perlahan, ia pun bangkit dan membenarkan posisi duduknya.

"Mama kenapa?" tanya Akshita, anak semata wayang Rasinta yang sudah tumbuh dewasa.

Rasinta mengusap keringat yang menggenang di atas kening dan permukaan lehernya.

"Mama mimpi buruk," ungkap Rasinta.

"Lagi?" tanya Akshita seraya mengernyitkan keningnya.

Rasinta melemparkan senyuman seraya menggenggam tangan Akshita. "Nggak apa-apa... ini, kan, cuma mimpi. Udah, Shita balik ke kamar aja."

"Dari kecil sampai usia udah mau dua puluh lima, Shita udah seribu kali dengar Mama teriak tolong kalau lagi tidur!"

"Mimpi, kan, bunga tidur, Shita. Mama juga pernah dengar Shita ngigo!"

"Bohong! Mana ada aku ngigo! Mama ngarang, nih!"

"Beneran, lho!"

"Gimana ngigonya?" tanya Akshita penasaran.

"Gini, ni, 'Reeey, Reey, Reynaldi!' gitu," goda Rasinta.

"Apaan sih, Mama, ngapain bawa-bawa Rey!"

Rasinta tersenyum. "Ya sudah, Mama mau tidur lagi. Kamu kenapa jam segini belum tidur?"

"Aku lagi edit video buat posting malam ini, Ma. Mau kelar, sih, sebentar lagi. Tapi malah dengar Mama teriak tolong, kebiasaan!"

Serpihan Cinta di Surga Kashmir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang